Kisah Warung Tembakau Berpesugihan yang Terbakar Akibat Lantunan Tahlilan

Konten dari Pengguna
9 Juli 2020 17:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tembakau hasil perkebunan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tembakau hasil perkebunan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Desa itu memang dikenal sebagai penghasil tembakau yang unggul. Setiap bulan, banyak pengusaha dari berbagai penjuru kota mendatangi para petani, berniat memborong aneka jenis tembakau untuk mereka jual kembali dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
Di antara banyak petani di sana, Pak Dewa ialah salah satu yang punya perkebunan tembakau paling luas dibandingkan yang lain. Alhasil, praktis, ia pun jadi orang yang paling kaya raya dibanding para tetangganya.
Kalau banyak petani pada umumnya menjual tembakau dengan harga rendah pada para tengkulak, Pak Dewa bisa dengan bebas membuka tokonya sendiri yang tampak amat mentereng di pinggiran desa. Di sana, aneka macam tembakau tersedia bagi siapa saja yang menginginkannya.
Oleh orang-orang desa, Pak Dewa dikenal sebagai pria yang misterius. Semenjak bisnis tembakaunya makin membesar, ia amat jarang keluar rumah. Pekerjaan untuk merawat perkebunan juga telah ia limpahkan pada orang lain. Maka, karena hal itu, ia dianggap oleh orang-orang sebagai si kaya yang lupa dengan asal muasalnya.
ADVERTISEMENT
Di banyak acara penduduk yang diadakan di desa itu, misalnya, Pak Dewa hampir tak pernah kelihatan batang hidungnya. Padahal, di desa yang sebagian besar masyarakatnya dekat dengan kultur Islam kejawen seperti di sana, acara pengajian hampir rutin diadakan setiap malam. Tetapi, tetap saja, menjadi orang yang misterius, Pak Dewa tak pernah hadir dalam acara-acara itu.
*
Siang itu, para penduduk tampak murung. Mereka mendengar kabar bahwa Mbah Tejo, salah satu penduduk yang menjadi sesepuh di desa itu, dikabarkan meninggal karena penyakit tua. Maka, sebagaimana yang biasa terjadi, para penduduk datang ke rumah Mbah Tejo di malam harinya, mengadakan tahlilan. Seperti yang ditebak oleh orang-orang, Pak Dewa tak hadir dalam acara itu.
ADVERTISEMENT
Di malam itu, berasal dari tahlilan yang diadakan di rumah Mbah Tejo, lantunan ayat-ayat suci terdengar nyaring di telinga para penduduk. Mereka yang tinggal di desa itu hampir dipastikan bisa mendengarnya, mengingat desa itu hanya punya wilayah yang tergolong sempit.
Namun, di tengah nyaringnya lantunan ayat suci itu, para penduduk yang sedang mengadakan tahlilan mendengar kegaduhan yang amat sangat, tak jauh dari tempat mereka duduk dan membaca tahlil. Sesaat setelah acara tahlilan selesai, mereka pun berbondong-bondong keluar, melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah berlari ke luar rumah, mereka melihat kobaran api yang kian membesar di toko tembakau milik Pak Dewa. Di depan toko yang terbakar itu, Pak Dewa terlihat berteriak dan memegangi kepala dengan kedua tangannya, meminta tolong. Maka, melihat apa yang terjadi, para penduduk yang sebelumnya melakukan tahlil di rumah Mbah Tejo berbondong-bondong mencari air, berniat menyelamatkan toko Pak Dewa.
ADVERTISEMENT
Namun, sayang teramat sayang, kobaran api yang kian membesar tak bisa menyelamatkan toko itu. Diakibatkan oleh kejadian itu, toko lengkap beserta tumpukan aneka jenis tembakau milik Pak Dewa hangus terbakar. Praktis, malam itu ia tak lagi menjadi pemilik kebun tembakau kaya raya: ia bangkrut sejadi-jadinya.
*
Ilustrasi kebakaran. Foto: kumparan
Beberapa minggu setelah kejadian kebakaran, anak Mbah Tejo, Pak Agung, yang di desa itu dikenal sebagai penceramah, bercerita tentang sesuatu yang sebelumnya tak disangka para penduduk sama sekali. Ia bercerita ketika para penduduk datang ke rumah Mbah Tejo, melaksanakan tahlilan di h+7 kematian Mbah Tejo.
“Kejadian itu justru membuat Pak Dewa tobat, seharusnya,” jelas Pak Agung singkat.
“Maksudnya, Pak?” Seorang penduduk menimpali. Menjawab pertanyaan itu, Pak Agung lantas menjelaskan semuanya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan dari keterangan Pak Agung, penduduk mengetahui bahwa selama ini, Pak Dewa telah memakai pesugihan untuk membesarkan bisnis tembakaunya. Dulu, ketika belum terlalu banyak orang datang dan menetap di desa itu, ia mengorbankan banyak tumbal ke kebun tembakaunya yang ditinggali oleh jin.
“Ia membunuh banyak orang. Hasilnya, tembakau-tembakaunya selalu diburu oleh para pembeli,” kata Pak Dewa.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.