Pesugihan: Anak Kecil Misterius di Warung Bakso

Konten dari Pengguna
4 April 2020 18:49 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi panci pedagang bakso. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi panci pedagang bakso. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Aku memiliki warung bakso favorit. Berbeda dengan warung-warung bakso yang pernah aku coba, warung bakso yang satu ini memiliki rasa yang begitu enak sehingga selalu menjadi pilihan bagiku untuk santap malam setelah pulang kantor.
ADVERTISEMENT
Rasanya yang enak tentu saja membuat warung bakso ini tak pernah sepi. Maka dari itu aku tak pernah makan siang di situ meski letaknya tak jauh dari kantor. Waktu istirahat yang tidak lama bisa-bisa terbuang hanya untuk menunggu tempat duduk.
Karena laku, warung bakso itu juga memiliki kabar-kabar miring . Beberapa temanku pernah bercerita bahwa si pemilik warung bakso yang biasa duduk di meja kasir melakukan pesugihan agar dagangannya laris manis. Ada yang bilang menggunakan jimat, ada yang bilang juga jika terdapat makhluk berlidah panjang yang meneteskan air liurnya ke dalam kuali . Entahlah, kabar itu berganti-ganti sehingga membuatku tidak percaya dengan semua cerita itu.
*
Tidak seperti biasanya, bosku memberikan pekerjaan yang lebih banyak dengan alasan sebentar lagi adalah waktunya libur Panjang. Aku yang biasa merapikan meja lalu meninggalkan kantor pada pukul 6 sore, kali ini harus berjibaku dengan berbagai macam laporan dan data-data yang mulai membingungkan jika dilihat pukul 5 sore ke atas .
ADVERTISEMENT
Tidak terasa, waktu sudah menujukkan pukul 9 malam ketika aku selesai berkemas. Ketika sedang membuka aplikasi aplikasi ojek online untuk pulang, tiba-tiba perutku mulai berbunyi, tanda perlu diisi sehingga aku memutuskan untuk pergi ke warung bakso favoritku, dengan harapan tidak terlalu ramai.
Sesuai dugaan, warung bakso tersebut masih buka dan tempat duduk sama sekali tidak ada yang mengisi. Aku memesan satu porsi bakso dengan bihun beserta es teh manis.
Saat sedang menunggu pesanan datang, entah kenapa aku malah teringat cerita-cerita pesugihan yang dilakukan oleh warung bakso ini. Tidak ada hal yang mencurigakan sejauh mata memandang, hanya kursi dan meja kosong, seorang karyawan yang membuatkan pesananku, dan si pemilik warung yang sedang membaca koran di meja kasir. Lagipula jika memang betul ia melakukan pesugihan, warung ini seharusnya masih dipenuhi pelanggan.
ADVERTISEMENT
Satu mangkuk bakso dan es teh manis sudah berada dihadapanku. Aku berani mengatakan bahwa wujud dari bakso ini sudah cukup untuk meningkatkan selera lapar. Setelah memberikan sambal dan kecap, aku lantas berdoa dan mulai memakannya.
Seperti biasanya, bakso ini memanjakan lidah. Baru saja aku menikmati 3 suap bakso di mulutku, hingga seorang anak kecil berdiri disampingku, memperhatikanku makan. Aku memperhatikan kembali anak itu sambil menawarinya bakso, tapi dia diam saja, tak beranjak.
Aku merasa ibu melihat keadaannya. Tubuhnya yang kurus dan pendek seperti anak kecil, tapi wajahnya terlihat seperti orang tua. Yang lebih aku tidak mengerti, mulutnya dipenuhi oleh air liur yang beberapa kali menetes. Aku tidak habis pikir, mengapa ada orang tua yang rela menelantarkan anak berkebutuhan khusus di jalanan malam-malam.
ADVERTISEMENT
Baru saja aku mengambil uang receh, tiba-tiba dia beranjak menuju pelanggan lain yang datang setelah aku. Pria itu sedang mengaduk bakso saat anak kecil tersebut mendekati mulutnya ke mangkuk.
Entah apa yang ada di dalam pikiran itu, tiba-tiba ia meneteskan air liurnya dengan sengaja ke mangkuk bakso yang baru saja diaduk. Adapun yang membuatku lebih tak habis pikir adalah, laki-laki tersebut kemudian memakan mangkuk yang sudah tercampur air liur. Ia mengunyah dengan lahap, dan sesekali membuka hp dengan si anak kecil yang masih saja mendekatkan mulutnya ke mangkuk.
Aku kehilangan selera makan setelah melihat apa yang terjadi, lalu memutuskan untuk berhenti makan dan pergi ke kasir untuk membayar.
Aku menyerahkan sejumlah uang kepada pemilik warung bakso yang dengan ramah menyambutku ketika aku menghampirnya. Dengan uang kembalian, ia tiba-tiba berdiri lalu berbisik di samping telingaku:
ADVERTISEMENT
“Jangan bilang siapa-siapa, ya!”
Aku tidak paham dengan apa yang dimaksud pria tua itu. Aku memilih mengangguk dan bergegas meninggalkan warung bakso itu karena cukup sulit mencari ojek online jika terlalu malam.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.