Pesugihan dari Hantu Mirip Artis Korea: Pancing Ajaib Pembawa Kekayaan

Konten dari Pengguna
22 Mei 2020 16:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemancing di tepi sungai. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemancing di tepi sungai. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Hujan deras dan petir menggelegar. Angin dingin bertiup kencang dari sela dedaunan. Zakaria segera beranjak dari batu besar tempat ia menunggu mata kailnya dilahap ikan. Joran pancing digenggam erat sembari ia berlari mencari tempat teduh. Rimbunnya rumpun bambu tepi sungai Winongo yang membelah Kota Yogyakarta menjadi tempat Zakaria berteduh. Malam itu sangat sepi. Sorot lampu dari perkampungan seberang sungai menjadi satu-satunya pendar cahaya. Zakaria hanya sendiri. Zaidanu saudara kembarnya sedang tak enak badan dan enggan diajak mancing bersama.
ADVERTISEMENT
Malam semakin larut, dan hujan tiada tanda berhenti. Sopir taksi online ini menggigil kedinginan. Jaket bahan wind proof dan water resistant yang membalut tubuhnya tak berdaya menahan. Zakaria berupaya naik ke bantaran sungai. Ia menemukan celah pintu masuk sebuah komplek bangunan perkantoran tua. Melalui pagar besi yang berkarat, Zakaria berhasil masuk di halaman belakang yang berbatasan langsung dengan sungai. Halaman itu sangat luas, Zakaria menengok ke segala arah, ia hanya menemukan dua mobil ambulan rusak di pojok. Zakaria mendekatinya, dibukanya pintu bercat putih yang sudah berkarat itu. Lumayan, setidaknya ia menemukan tempat berlindung.
Kelelahan, Zakaria pun terlelap. Setengah sadar Zakaria didatangi perempuan cantik berambut lurus panjang. Kulitnya putih pucat. Tubuhnya tinggi semampai, pinggang ramping berpadu dengan bokong berisi. Kaki jenjangnya menyembul dari belahan gaunnya. Zakaria terkesiap. Yoon Se Ri tokoh drama Korea idolanya ada di depan mata.
ADVERTISEMENT
“Aku ada di Korea ….? Ahh… bukan,” Zakaria mengucek-ngucek matanya. Suasana sekitarnya gelap, gerimis masih turun disertai angin sepoi-sepoi.
Perempuan itu membalas keterkejutan Zakaria dengan senyumnya yang mengembang.
“Zakaria manis… ,” perempuan itu membisikan namanya.
Foto : negerilaskarpelangi.com
“Aku tahu mancingmu malam ini untuk mengusir galau hatimu. Penghasilanmu tak menentu. Taksi online andalanmu tak lagi ada penumpang akibat aturan social distancing dampak pandemi covid-19. Cicilan mobilmu telah ditunggu debt collector. Istrimu jadi korban PHK. Biaya kuliah kedua anakmu sudah di depan mata,” dengan lembut perempuan cantik itu berbicara.
Zakaria tak bisa mengatupkan kedua bibirnya. Ia melongo tak satupun kata keluar dari mulutnya. Belum hilang rasa takjubnya perempuan itu terus mengucapkan kata. Ia memperkenalkan dirinya.
ADVERTISEMENT
“Namaku Les-Ta-Ri. Meskipun mirip, tapi aku bukan Yoon Se Ri pacar Kapten Ri dalam drama Korea yang sedang kamu ikuti. Aku tinggal disini sudah dua tahun sejak ambulan rusak ini ada. Yaa.. aku tinggal di ambulan yang kau masuki ini. Duluu…, aku mati dibunuh pacarku karena ia tak mau bertanggungjawab terhadap janin di perutku. Aku dicekik dibawah rumpun bambu itu, jasadku dicampakkan di Sungai Winongo dan ditemukan warga di batu besar dimana kamu mancing tadi,” cerita Lestari.
“Zakaria, aku akan membantu kesulitanmu jika kamu mau, namun tidak ada makan siang yang gratis untukmu,” lanjut Lestari.
Tanpa berpikir panjang, Zakaria mengiyakan pesugihan itu.
“Aku akan memberimu kekayaan. Cukup untuk melunasi semua hutangmu, membayar biaya kuliah anakmu, membeli rumah di komplek Kotabaru lengkap dengan mobil fortuner hitam impianmu,” tutur Lestari tersenyum manis.
ADVERTISEMENT
Zakaria hanya bisa mengulum ludah. Lehernya seolah tercekik, deru nafasnya tersumbat. Ia tak bisa berkata selain mengikuti kemauan Lestari.
“Aku kesepian. Kamu harus mau menemaniku setiap malam minggu disini. Bawakan aku ayam goreng crispi dari Mekdi dan minuman Boba yang segar. Ohh.. tak hanya itu, aku juga ingin ikut di duniamu. Sepertinya indah menonton drama Korea yang lagi hits.., mudah bukan ?” bujuk Lestari.
Sekali lagi, Zakaria hanya mengiyakan pesugihan itu.
“Setiap kali kamu kesini, aku tak ingin para satpam penjaga gerbang itu melihatmu. Mereka tak berhasil aku rayu untuk mau menemaniku. Sepertinya mereka sangat patuh pada pimpinan. Selalu patroli keliling komplek gedung perkantoran tua ini setiap dua jam, bahkan aku hampir pernah diusirnya,” kata Lestari.
ADVERTISEMENT
“Zakaria, setelah empat kali kamu menemaniku, aku akan memberikan joran kail pancing ajaib. Bukan ikan yang akan kamu dapatkan jika memancing di Sungai Winongo pinggiran kampung Ngampilan ini. Mata kailmu akan menyangkut pada sebongkah berlian ukuran 10 karat. Tapi, sekali lagi tak ada makan siang yang gratis untukmu,” Lestari terus saja mendominasi pembicaraan.
“Setiap kali kamu memancing, kamu akan kehilangan satu jarimu. Bersediakah kamu ?” tanya Lestari.
Zakaria masih terus mengiyakan tanpa pikir panjang. “Tak apalah, hanya jari ku saja. Aku punya kesempatan menumbalkan 20 jari yang ku punya dengan berlian yang mahal harganya,” gumam Zakaria.
***
Zakaria telah makmur sejahtera. Janji Lestari untuk memberikan kekayaan menjadi kenyataan. Rumah mewah di komplek mahal Kotabaru. Mobil fortuner hitam impian telah di tangan. Kedua anaknya pun bergaul nge-hits dengan teman-teman kuliahnya. Istri tercintanya mengubah gaya wajahnya dengan operasi plastik. Segalanya telah ia dapatkan. Bahkan Zakaria tak lagi menyopir taksi online. Kini ia memiliki banyak mobil untuk usaha rentalnya.
ADVERTISEMENT
Meski telah kehilangan 20 ruas jari kaki dan tangannya, Zakaria tak cukup puas. Ia mendatangi lagi Lestari di mobil ambulan rusak pojok halaman gedung perkantoran tua tepi Sungai Winongo.
“Masih ada berlian super yang bisa kamu dapatkan Zakaria,” kata Lestari terkekeh ,“dan ini adalah kesempatan terakhirmu”.
“Bawa saudara kembarmu Zaidanu kesini. Biarkan ia menemani dalam keabadianku, sanggupkah kamu,” tanya Lestari.
***
Zaidanu ditemukan meninggal dunia. Ada bercak biru di leher pejabat eselon tiga itu. Jasadnya terbujur kaku tergeletak di ruang kerjanya. Satpam penjaga gerbang gedung perkantoran tua menjadi saksi bisu pertengkaran kedua saudara kembar itu di malam sebelumnya.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT