Pesugihan Membawa Petaka Akibat Lupa Rapal Mantra

Konten dari Pengguna
26 Mei 2020 18:56 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Transkrip naskah kuno. Foto : ancient-origins.net
zoom-in-whitePerbesar
Transkrip naskah kuno. Foto : ancient-origins.net
ADVERTISEMENT
Sejak dibukanya layanan restorasi arsip di Kantor Arsip milik pemerintah daerah, Irwansyah menjadi lebih sibuk. Ia satu-satunya arsiparis ahli berlisensi internasional dalam melakukan restorasi arsip dan naskah kuno. Ia dipercaya oleh pimpinan untuk mengerjakan restorasi naskah-naskah kuno penting di negeri ini. Reputasi kantor arsip itu semakin meningkat berkat dedikasi dan kinerja baik Irwansyah.
ADVERTISEMENT
Sudah beberapa bulan ini Irwansyah mendapat tugas untuk restorasi dan restorasi dokumen naskah-naskah penting peninggalan kerajaan Jawa Empire abad 18. Deadline ketat yang diberikan pimpinan membuat ia harus ekstra kerja keras. Sebelum adzan magrib terdengar, ia pantang pulang. Hari libur pun lebih sering dihabiskan di ruang restorasi.
Sore itu pukul setengah lima, di ruang restorasi mata Irwansyah tertuju pada satu kotak arsip yang berbeda dengan lainnya. Penasaran ia membukanya. Tampak gulungan-gulungan manusript berbahan kulit kayu daluang halus. Warnanya kuning kecoklatan, penuh bercak hitam tak beraturan.
Penuh kehati-hatian, Irwansyah meletakkan kertas-kertas usang itu di meja kaca. Ia berupaya memisahkan lembar per lembar yang lengket. Cairan alkohol membantunya membersihkan debu dan kotoran. Satu persatu gulungan kertas dibukanya.
ADVERTISEMENT
“Woow...” Irwansyah sungguh terkejut.
“Manuskript ini indah sekali, tak hanya penulisan huruf Jawa Kuno yang halus, namun juga gambar indah menghiasi setiap lembaran kertasnya,” gumam Irwansyah.
Hari demi hari berikutnya Irwansyah berupaya menterjemahkan isi naskah kuno itu. Hingga suatu saat ia berhasil memahami bahwa teks-teks kuno itu berisi tentang harta kekayaan kerajaan yang disembunyikan. Ia terus berupaya melakukan penelitian mendalam. Ada harta berupa apa saja, berapa nilainya, disembunyikan dimana. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menjadi motivasinya untuk menyelesaikan pengerjaan penataan arsip kuno itu.
***
Sumur. Foto : Alvis Taurens
Diam-diam Purwanto mencuri tahu tentang arsip kuno yang sedang dikerjakan Irwansyah. Ia merekam, memotret dan sesekali menggandakan semua catatan penelitian Irwansyah. Tanpa sepengetahuan siapapun, Purwanto mempelajari dan ikut meneliti. Purwanto arsiparis muda yang keberadaannya sering diremehkan oleh pimpinan ini justru mampu menganalisis isi lembaran manuskrip tersebut. Kelebihannya dalam ilmu filologi yang pernah dipelajari membuat Purwanto lebih cermat dalam analisa isi teks. Ia mencoba menggabungkan variabel data dari beberapa lembaran, lalu membuat kesimpulan.
ADVERTISEMENT
Temuan Purwanto luar biasa dan jauh melebihi ekspektasi. Ia mendapatkan petunjuk peta harta karun kerajaan tersebut. Ia mencocokkan dengan titik koordinat di google map. Lokasinya identik dengan gedung tua kantor arsip tempat dimana ia bekerja. Titiknya mengarah pada menara air tua di halaman samping gedung itu.
Memang dari catatan sejarah yang ada, gedung tua kantor arsip itu ratusan tahun yang lalu adalah bagian penting dari bangunan kerajaan. Sudah beberapa kali ditemukan arca, koin logam, gerabah, dan material penting benda arkeologi. Hal ini membuat Purwanto semakin yakin. Petunjuk yang dapatkan dalam mimpinya mirip sekali dengan temuannya.
Purwanto ingin kaya. Himpitan hidup dan tanggungan hutang menumpuk jadi motivasinya. Sebulan sebelumnya ia datang ke orang pintar di daerah candi Borobudur. Namanya Kiai Hilqam. Seorang Kiai dan juga ahli supranatural yang telah dikenal di jagat nyata dan juga maya. Alih-alih memberikan benda wasiat atau mantra-mantra gaib. Kiai Hilqam justru memberikan petunjuk agar keinginan Purwanto untuk ingin kaya tidak dilakukan dengan cara menyekutukan Allah Swt. Bagi Purwanto, Kiai Hilqam tidak memberikan solusi. Ia tetap percaya usahanya untuk kaya tetap dapat dilakukan dengan cara mencuri transkrip itu.
ADVERTISEMENT
Sepulang dari rumah Kiai Hilqam, Purwanto kemudian mencoba mencari juru kunci sendang di dekat candi. Ia mengatakan maksudnya, mendapatkan jimat untuk membuatnya kaya. Di sana ia lantas diberikan pesugihan mantra-mantra ajaib yang harus dibaca sembari menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya di kantor.
***
Benar juga, dengan olah pikirnya, dengan data-data yang dicuri dari rekan kerjanya, Purwanto menemukan jalannya. Ia segera merencanakan untuk melakukan penggalian. Menara air tua samping gedung kantor menjadi tujuannya. Seusai apel pagi di kantor, diam-diam Purwanto mengamati lokasi menara air itu. Ia menyusun strategi agar tengah malam nanti ia dapat menggali tanpa menimbulkan kecurigaan.
Malam pun tiba. Purwanto sengaja memberikan minuman kepada satpam penjaga yang sudah dikenalnya. Tanpa curiga kedua satpam itu meneguknya. Keduanya terlelap. Purwanto leluasa menggali lokasi yang telah direncanakan. Hingga satu jam, linggisnya terantuk benda keras. Dengan hati-hati ia sisir tanah dengan kedua tangannya. Sebuah guci keramik berhasil diangkatnya. Tetapi ada satu hal yang tak ia sadari. Ia gegabah tak merapalkan mantra pemberian juru kunci.
ADVERTISEMENT
“Ohh.. ini rupanya,” ia bergumam.
Purwanto membuka tutup guci itu, seketika memancar sinar berkilauan. Bongkahan berlian, batu jamrud, merah delima, kecubung, dan berbagai jenis lain ada di dalamnya.
“Aku jadi kaya raya…. Ini tak ternilai harganya. Bahkan aku akan bisa membeli apapun yang kuinginkan,” Purwanto tertawa gembira.
Tanpa merapikan bekas galiannya, Purwanto beranjak. Baru selangkah ia membalikkan badan, ada Irwansyah di depan matanya. Belum habis rasa terkejutnya. Sosok tinggi besar dan berwibawa datang ke arahnya. Pak Hendra kepala kantor arsip itu ternyata memantau seluruh pergerakan Purwanto malam itu melalui CCTV yang terkoneksi dengan telepon genggamnya.
“Besok menghadap saya,” perkataan pendek Pak Hendra ini meluluhlantakkan seluruh tulang dan otot Purwanto. Ia lemas. Impiannya untuk menjadi kaya telah kandas.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.