Pesugihan: Menolak Tumbalkan Anak Berujung Petaka

Konten dari Pengguna
29 Maret 2020 22:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi praktik perdukunan. Foto: Aditia Noviansyah/ kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi praktik perdukunan. Foto: Aditia Noviansyah/ kumparan.
ADVERTISEMENT
Azhar hanya menatapi jalan tol yang lengang. Di jok samping, anaknya, Asri, tertidur pulas sambil memeluk jaket berwarna ungu yang Azhar belikan 1 tahun lalu, ketika mereka sekeluarga merayakan pencapaian Asri yang berhasil naik ke kelas 3 SD sebagai juara kelas. Tidak tega melihat anaknya meringkuk seakan kedinginan, Azhar membuka jaketnya lalu menyelimuti tubuh Asri yang mungil.
ADVERTISEMENT
Rest Area tidak terlalu sepi malam itu, dan menjadi alasan mengapa Azhar merasa nyaman untuk beristirahat di tempat tersebut. Adapun alasan mengapa ia memutuskan untuk berdiam diri di pinggir jalan tol pukul 2 pagi adalah merasa kelelahan setelah sebelumnya ia melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Kabur dari kejara polisi.
“Kamu harus mengorbankan anak itu atau akan ada akibat yang harus ditanggung,” ujar mbah Sapto di sebarang telepon.
Ancaman tersebut dibalas oleh makian dan sumpah serampah oleh Azhar. Ia sama sekali tidak tega dan menolak untuk menjadikan anak semata wayangnya sebagai tumbal pesugihan.
Setelah lamunannya pecah, Azhar mulai mengemasi beberapa pakaian miliknya juga keperluan-keperluan Asri. Anaknya yang sedang menonton televisi dibuat bingung oleh ayahnya sendiri yang menangis sembari menenteng-nenteng tas.
ADVERTISEMENT
“Ayo Asri, kita ke rumah nenek sekarang,” Azhar mencoba membujuk Asri.
Jalan tol membawa mobil yang Azhar kemudikan menuju ke masa lalu. Masa di mana hanya ada kebahagiaan yang tidak habis-habis di dalam keluarga kecilnya. Kebahagian tersebut harus ia korbankan hanya untuk memenuhi egonya semata.
Azhar merupakan pengusaha ternama di kotanya. Ia memiliki berbagai macam bisnis mulai toko grosir, 2 toko handphone, jasa penyewaan mobil dan apotek. Azhar juga memiliki sawah berhektar-hektar dan peternakan kambing yang berada tak jauh dari rumahnya.
Kekayaan yang dimiliki oleh Azhar merupakan buah dari kerja kerasnya belasan tahun lalu, meski beberapa bulan terakhir mengalami penuruan yang signifikan. Semua tokonya tidak lagi dipenuhi pembeli sebagaimana dulu. Hal ini mennyebakan Azhar berada pada satu titik menuju kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
Istrinya sudah mengingatkan Azhar untuk tidak memikirkannya berlebihan karena kesehatan dan keluarga lebih penting. Azhar tahu bahwa kedua hal itu penting, tapi ia tidak jika popularitasnya menurun akibat munculnya pengusaha-pengusaha baru dengan ide dan barang dagangan yang lebih segar.
Merasa tersaingi dan tidak lagi dihormati, Azhar memutuskan untuk mengambil jalan pintas agar dapat melambungkan namanya kembali. Ia menemui mbah Sapto, dukun ternama di kotanya.
Mbah Sapto dikenal sebagai dukun yang bisa memberikan berbagai macam solusi dari setiap masalah, meski tidak semua orang mengetahuinya. Reputasi dan testimoni yang bagus membuat sosoknya dipuja oleh kalangan orang-orang yang punya banyak uang namun sedikit usaha, maka dari itu Mbah Sapto menetapkan harga tinggi untuk sekali praktik pesugihan.
ADVERTISEMENT
Azhar meminta kepada mbah Sapto agar bisnisnya kembali seperti semula, bahkan meningkat. Tidak tanggung-tanggung, Azhar sudah membawa uang belasan juta rupiah agar mbah Sapto menariknya dari nasib buruk secepat mungkin.
“Dalam 4 hari, kamu akan kembali menjadi orang nomor satu di kota ini,” ucap mbah Sapto.
Sebagaimana janji, Azhar mampu berhasil terhindar dari kebangkrutan. Tokonya mendadak disesaki oleh pengunjung hampir setiap hari, bahkan dalam waktu 1 bulan saja pendapatannya berada pada titik yang belum pernah ia capai sebelumnya.
Azhar senang bukan kepalang, meski dalam waktu yang tidak lama. Ia lupa bahwa terdapat sebuah syarat yang harus dipenuhi jika ia tak ingin kesuksesannya berakhir dalam waktu singkat.
“Aku tidak mungkin menumbalkan anakku sendiri,” ujar Azhar.
ADVERTISEMENT
“Kamu jangan main-main Azhar, “dia” sudah memenuhi permintaan kamu, sekarang kamu harus membalasnya atau sesuatu yang buruk bisa menimpamu,” ucap mbah Sapto mengingatkan.
Azhar menganggap hal tersebut sebagai gertakan saja, hingga istrinya meninggal tiba-tiba 1 minggu setelahnya. Tim yang melakukan otopsi pun merasa kebingungan atas penyebab dari kematian istri yang amat ia cintai itu, walau sebenarnya Azhar tahu.
“Saya sudah peringatkan sebelumnya, Azhar, tapi kamu tidak menuruti perkataan saya. Kamu harus mengorbankan anak itu atau akan ada akibat yang harus ditanggung,” mbah Sapto marah.
“Sialan kamu Sapto, jangan main-main kamu sama saya! semoga kamu membusuk di neraka atas apa yang kamu perbuat!” Azhar marah atas apa yang terjadi kepada istrinya.
ADVERTISEMENT
Ancaman tersebut masih belum dihiraukan oleh Azhar dan itu berimbas kepada bisnis yang ia miliki. Kedua toko yang baru saja ia buka tidak bertahan lama karena sepi pengunjung, begitupun salah satu toko handphone miliknya. Sawah milik Azhar yang biasanya menghasilkan padi-padi gemuk saat itu dilanda hama juga sebagian mengalami kebusukan.
Rasa frustasi yang dialami oleh Azhar semakin tajam ketika ia tahu dari salah satu orang kepercayaannya yang memberikan kabar bahwa polisi berencana untuk menangkapnya. Saat itu juga Azhar memutuskan untuk kabur bersama Asri.
Semua hal tersebut membawa ia ke titik ini, titik di mana ia hanya bisa melihat anaknya terpejam dengan darah memancar dikepalanya. Titik di mana ia mobilnya hilang kendali dan menghantam pohon dengan kecepatan tinggi. Titik di mana ia sadar bahwa ia akan mati yang merupakan sebuah akibat yang harus ia tanggung ketika bermain-main dengan setan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.