Senjata Makan Tuan, Dicelakai Kudanya Sendiri Akibat Pakai Susuk untuk Pesugihan

Konten dari Pengguna
25 Mei 2020 15:50 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: pinterest
zoom-in-whitePerbesar
foto: pinterest
ADVERTISEMENT
Budi adalah seorang atlet berkuda. Sejak usia 10 tahun ia sudah terjun di dunia Equestrian. Equestrian adalah salah satu olahraga cabang ketangkasan berkuda. Olahraga ini menitikberatkan pada keserasian antara gerak kuda dan penunggang. Bakatnya turun dari keluarga besarnya. Ayah dan paman-pamannya juga merupakan pecinta dunia berkuda. Bukan tanpa sebab keluarga Bramantyo menyukai berkuda, menurutnya kuda adalah hewan istimewa yang disukai Rasulullah dan akan mendatangkan rejeki bagi mereka yang tulus merawatnya.
ADVERTISEMENT
Mereka memiliki usaha jual-beli kuda. Bermula dari halaman rumah dengan memiliki 3 ekor menjadi 300 ekor kuda dengan kualitas terbaik. Kini bisnis perternakan keluarga ini berkembang pesat hingga menduduki lahan seluas 10 hektar. Keluarga dengan marga Bramantyo ini memang terkenal tekun, teliti, jujur dan taat beragama. Kejujuran dan mengutamakan kepuasan pelanggan jadi suatu hal yang penting dalam etika bisnis mereka. Jadi tak heran bila bisnisnya bisa berkembang pesat hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun.
Di usia 18 tahun, Budi Bramantyo telah dididik ayahnya untuk menjadi penerus peternakan dengan nama the Bram’s Farm ini. Selain itu ia juga berprestasi. Di usianya yang masih remaja, Budi sudah menyabet beragam penghargaan. Ia banyak sekali memenangkan pertandingan seperti meloncati rintangan setinggi 80cm, 90cm, satu meter, bahkan 1,35 meter. Sebuah kemampuan yang hanya bisa dicapai dengan kerja keras.
ADVERTISEMENT
Budi kini beranjak dewasa. Wajah yang semula imut berubah menjadi tampan dengan garis tegas dahi, hidung, dan dagunya. Paras dengan senyum yang menawan lengkap dengan gigi bersih rapi ia wariskan dari ibunya. Sedangkan perawakan Budi yang tinggi semampai dengan dada bidang ia warisi dari ayahnya. Kulit karamel dan otot dibagian tangan, dada, dan bokong ia miliki akibat berlatih kuda saban hari. Rambut lurus pendek yang berantakan menambah ketampanan pria muda ini.
Seperti kebanyakan remaja di umurnya, Budi Bramantyo, menjalin kisah cinta. Tini adalah seorang gadis ternama di sekolahnya. Wanita terpopular ini terpicut dengan Budi-tentu saja- oleh tampilan maskulinnya. Budi bisa saja memilih gadis lain, namun kecantikan Tini merebut hatinya. Keduanya pasangan yang serasi, bila dilihat dari fisik mereka. Budi Bramantyo tinggi, rupawan dan berkharisma sedangkan Tini memiliki tubuh semampai, ramping, wajah putih yang berseri lengkap dengan rambut hitam legam yang terurai.
ADVERTISEMENT
Keserasian keduanya ternyata tidak menarik hati orangtua Budi. Tak hanya orangtuanya, bahkan seluruh keluarga Bramantyo telalu suka dengan hubungan mereka. Kedua orangtuanya gagal menjelaskan kepada Budi mengapa mereka tak mendukung hubungan yang ada. “Budi, Ayah dan Ibu tidak telalu suka dengan Tini. Kami juga tak tahu mengapa demikian. Tapi kami merasa tak nyaman berada di dekatnya, seperti ada beban berat yang menggelantungi kaki bila berjumpa dengannya” tutur orangtuanya suatu sore.
foto: adminskss.blogspot.com
Restu orangtua merupakan hal utama baginya, tetapi ayah dan ibunya juga tak memaksanya untuk memutuskan hubungan. Dilema berkecamuk dalam pikirannya. Merasa bersalah telah membuat anaknya sedih, orangtuanya mau mencoba mengenal Tini lebih dalam. “Baiklah, mungkin ini hanya perasaan Ayah dan Ibu saja, besok ajak Tini ya dipengajian rutin kita” ucap Ibunya.
ADVERTISEMENT
Bukan kepalang bagaia rasanya mengetahui Ayah dan Ibunya masih memberikan kesempatan untuk keduanya. Acara pengajian ini rutin diadakan tiap bulan di peternakannya. Keluarga Bramasyto percaya bila mengaji bersama kuda akan memberikan keberkahan. Diajaklah Tini untuk menghadiri pengajian tersebut.
“Hah? Pengajian? Untuk apa aku datang di pengajian? Pengajian itu bukan aku banget, sayang” tutur Tini.
“Please sayang, kalau kamu dateng Insya Allah, Ayah Ibu akan seneng. Apalagi kalau mereka lihat kamu ngaji” pinta Budi
Dalam hatinya, Tini gelisah. Mendengarkan orang mengaji saja bisa merupakan pantangan, apalagi ia sendiri yang harus mengaji. Bakal sia-sia usahanya. “Yaudah deh aku dateng, tapi aku gak mengaji ya. Sedang datang bulan” kelakarnya.
“Alhamdulillah kalian sudah sampai nak, yuk silahkan duduk. Sebentar lagi pengajian akan kita mulai” ucap Ibu Budi.
ADVERTISEMENT
Tini memilih tempat duduk yang paling jauh. Sialnya tempat duduk itu tepat di depan kandang kuda. Pengajian baru dimulai 10 menit saat Si Jamet, kuda yang kadangnya ada dibelakang Tini, ribut. Jemet bertingkah tak biasa, ia terus menerus menendang pintu kandangnya seraya berteriak seperti ada yang mengganggunya. Keluarga Bramastyo pun mengehentikan pengajiannya “Sayang kudanya kenapa? Aku takut deh.” ucap Tini sembari bergetar.
Budi mengambil inisiatif untuk menangkan kudanya. Ia mengeluarkan kudanya. Namun naas, saat Jamet dikeluarkan, ia terus menendang dan tak sengaja mengenai Tini yang lengah. “Aduhhhh sakit banget. Kuda sialan!” ucap Tini yang terjerumus jatuh di tanah.
Ibu Budi berusaha menolong Tini yang jatuh tersungkur. Namun ia kaget setengah mati ketika melihat Tini menjadi buruk rupa. Rupanya susuk Tini lepas saat tertendang kuda. Mengubahnya menjadi seorang buruk rupa dengan bau anyir darah. Tini yang malu kemudian lari terbirit-birit.
ADVERTISEMENT
Sungguh Budi tak menyangka, perempuan yang ia cintai itu cantik lantaran memakai susuk. Padahal, keluarganya ialah orang yang bersih. Mereka tak pernah mengenal susuk atau pesugihan atau sesuatu yang berkaitan dengan keduanya. Fakta itu lantas membuat mereka semua kecewa.
Sejak saat itulah, Budi dan Tini tidak melanjutkan hubungannya.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka
****
Saksikan video menarik di bawah ini: