Konten dari Pengguna

Tak Tahan Miskin, Gunakan Jenglot Untuk Kejar Kekayaan

5 Maret 2020 23:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dukun. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah 5 tahun Anto hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, orang yang dahulunya kaya raya, punya mobil, rumah mewah hingga perhiasan yang tidak ternilai harganya akhirnya lenyap dalam sekejap karena kasus korupsi yang diderita.
ADVERTISEMENT
Anak dan istri Anto meninggalkan dia untuk mencari kehidupan yang lebih baik, ditambah lagi sudah tidak kuat dengan sikap arogan yang ditunjukkan Anto sehari-hari. Sekarang, ia hanya hidup seorang diri di rumah sepetak peninggalan ibunda.
Malam itu ia teringat kata-kata dari salah satu orang yang ditemuinya secara tidak sengaja, seorang kakek memakai baju hitam serta kain batik yang diikat di atas kepala. Seingatnya, si kakek berkata seperti ini “Kalau sudah tidak kuat hidup, jajal pelihara jenglot untuk kaya kembali toh”
Entah apa yang merasuki Anto hingga menganggap perkataan tersebut ada benarnya, lagi pula kenapa kakek tersebut bisa tahu kalau Anto ingin kaya kembali.
Kemudian ia menelusuri jasa dukun yang menjual benda klenik pesugihan seperti itu di internet, dihubungi nomornya hingga ia diberikan alamat jelas tepatnya di kawasan paling barat Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Saat itu menunjukkan pukul 09.00 malam, Anto masuk dengan perlahan ke sebuah gubuk kecil di tengah kawasan pedesaan. Aroma kemenyan dan bunga kamboja menyertai setiap langkahnya.
Di sana sudah ditunggu oleh seorang mbah yang komat kamit mengucapkan sebuah mantra, Anto pun tidak terpikir apa yang diucapkan mbah tersebut. Di depannya terlihat kopi, dupa, arang,sirih, tembakau yang digabung dalam wadah anyaman janur. Si mbah berkata
“Salah satu syarat kamu bisa kaya dengan pelihara jenglot, namun banyak ketentuan yang harus kamu penuhi,”
“Apa saja mbah? Saya sudah siap menanggung risikonya,” ucap Anto.
“Jaga jenglot ini seperti anak mu sendiri, beri dia darah paling sedikit seminggu, agar tetap hidup”, si mbah pun mengeluarkan jenglot yang disimpan dalam wadah kotak berwarna hitam.
Jenglot. Foto: koranmadura
Anto melihat jenglot tersebut dengan terheran-heran, bentuknya kecil mungkin hanya sepanjang 10-17 cm dengan rambut coklat panjang dan dua taring di bagian mulut.
ADVERTISEMENT
Lantas ia kembali ke rumah membawa jenglot tersebut dengan perasaan khawatir sekaligus berharap agar si jenglot cepat membawa perubahan. Keinginan mencapai kekayaan dengan instan membuat ia gelap mata, apapun dilakukan demi kesenangan semata.
Setiap harinya Anto memberikan jenglot tersebut darah hewan yang ia buru sendiri, dari mulai tikus, ular, bahkan burung, darahnya rutin diberikan kepada jenglot.
Percaya atau tidak jenglot tersebut ternyata sama seperti manusia, lama kelamaan rambut semakin panjang begitu pula dengan taringnya.
Lalu bagaimana keadaan Anto, ternyata benar seperti yang dikatakan mbah dukun perlahan Anto mulai bangkit dari kesuksesan tidak tahu uang yang ia dapat berasal dari mana, tetapi banyak yang percaya uang tersebut merupakan benda yang diberikan oleh jenglot sebagai balas terima kasih.
ADVERTISEMENT
“Apa pun kulakukan agar jenglot ini tetap hidup, sekalipun aku mati,” ucapnya sambil memegang jenglot tersebut.
Hampir 2 tahun ia memelihara jenglot, akhirnya ia pindah ke sebuah rumah besar beserta kekayaan di dalamnya. Namun ada kesalahan fatal yang Anto buat.
Tepatnya di 100 minggu kepemilikannya dengan jenglot, ia lupa diri hingga tidak memberikan sesajen darah yang seharusnya dijanjikan. Pada malam itu, hawa di sekitar Anto terasa berbeda.
Angin menderap kaca jendela dengan sangat keras, suara sunyi di sekeliling memberikan rasa yang mencekam. Perlahan hujan mulai turun, yang anehnya bau anyir tercium di sekeliling sudut kamar Anto.
Ilustrasi foto: ragam manfaat
Ia menelusuri dari mana bau tersebut berasal hingga tepat di sudut lemari ia menemukan jenglot yang selama ini ia jaga, dalam hati Anto berkata “Bagaimana bisa jenglot ini ada, aku sudah lama meninggalkannya di rumah ibu,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Wujud dari jenglot juga sudah berbeda lebih kecil bahkan sampai tipis seperti ranting, rambutnya tidak panjang seperti semula. Anto lalu mengangkat jenglot tersebut, dilihatnya dengan seksama dan yang terjadi
“Aaaaaa!!!” teriak Anto sekencang-kencangnya. Sang jenglot bangkit dan menerkam Anto serta menghisap darah tubuh Anto. Dia tak berkutik sampai detik penghabisan hanya rasa sakit dan ketakutan yang Anto rasakan. Untuk terakhir kalinya sebelum menutup mata, Anto melihat sosok kakek yang ditemuinya untuk pertama kali. Ia melanggar ketentuan.
Tamat