Tangis Sesal Tak Berkesudahan Pelaku Pesugihan di Malam Takbiran

Konten dari Pengguna
16 Mei 2020 22:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penjara. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penjara. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Gema takbir bersahutan di langit dan sesekali bersanding dengan suara petasan. Yanto hanya terdiam, mencoba meresapi suara itu baik-baik di saat di dalam dirinya hanyalah ruang hampa yang gelap dan ia kerap kali ketakutan hingga tidak bisa tidur karena hal tersebut.
ADVERTISEMENT
*
“Kamu hati-hati ya di jalan, jangan lupa sholat” ujar Halimah, istri Yanto.
Yanto tidak mengacuhkannya dan bergegas masuk ke dalam mobil. Ia tidak ingin telat di hari yang ia sudah tunggu sejak lama.
Hari itu, Yanto akan bertemu kembali dengan seorang investor untuk membahas hasil dari pengajuan investasi yang dilakukan olehnya. Jika berhasil, perusahaannya yang bergerak di bidang pengembangan aplikasi jual beli akan menjadi lebih maju karena suntikan dana tersebut mencapai angka puluhan juta rupiah.
Di sepanjang perjalanan , Yanto membayangkan bahwa ia dan karyawan-karyawannya tak lagi bekerja di sebuah rumah yang dijadikan kantor, melainkan sebuah Gedung puluhan lantai yang berada di tengah kota dengan fasilitas yang lebih lengkap. Ia juga yakin bahwa dalam waktu beberapa tahun kedepan, wajahnya akan terpampang di sampul-sampul majalah bisnis atau masuk ke dalam daftar orang kaya.
ADVERTISEMENT
“Maaf, sepertinya kami belum bisa bekerjasama dengan anda,” ucap sang investor.
Impian yang berada di kepala Yanto dalam perjalanan menuju kemari seketika hangus ditelan amarah yang menggebu ketika ia mendengar penolakan yang dilontarkan calon investor dengan nada se ramah mungkin. Pria itu tidak menyangka bahwa kerja kerasnya dalam membangun perusahaan dan bertemu dengan orang-orang baru untuk mengajak kerjasama tidak mendapatkan hasil yang setimpal.
Yanto ingin meluapkan amarahnya di hadapan kliennya, namun ia mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja karena satu kesalahan kecil yang tidak dipertimbangkan baik-baik mampu merusak reputasi yang kemudian melebar ke sisa umur yang dimiliknya.
“Sudah, mas, tidak usah dipikirkan. Kita tetap bisa hidup tenang kok tanpa uang,” kata Salimah yang mencoba untuk menenangkan Yanto.
ADVERTISEMENT
“Kamu tau apa, sih? kamu belum pernah bisnis.” Yanto membalas dengan membentak.
“Maaf, bukan begitu, mas, maksud aku nanti kita coba usahakan lagi, mungkin belum rezeki,” ucap Salimah pelan.
“Kamu kalau gak ngerti gak usah ngingetin atau nasehatin aku. Perusahaan aku perlu uang supaya bisa berkemang dan kalau berkembang kan duitnya buat kamu juga. Udah, gak usah cerewet,” Ujar Yanto sambil melengos ke kamar mandi.
Setelah mendapatkan penolakan dari seorang investor, Yanto masih belum menemukan investor lain yang bersedia. Ia sudah mengajukan permohonan kerjama ke beberapa calon investor, tapi tidak pernah ada balasan lagi.
Pria itu kebingungan bagaimana caranya bisa mendapatkan uang dengan jumlah banyak. Yanto ingin segera menjadi seperti orang-orang ditemui Yanto untuk dimintai kerjasama: kaya raya dan memiliki hidup mewah yang tak bisa semua orang miliki.
ADVERTISEMENT
Perusahaan miliknya bisa saja ia jual dan hasilnya ia pergunakan untuk modal bisnis lain. Namun, Yanto sendiri belum mengetahui bisnis apa yang mampu membuatnya kaya dan sesuai dengan keahliannya.
Hal tersebut pada akhirnya ia utarakan kepada Ki Ito. Ia adalah seorang dukun yang akhirnya dipilih oleh Yanto untuk menjadi jalan keluar terakhir atas apa yang ia inginkan.
“Seandainya kamu menginginkan kekayaan, kamu harus siap menanggung syaratnya?” kata Ki Ito.
“Memang apa syaratnya, Ki?” tanya Yanto.
“Kamu harus mempersiapkan sesajen dan jangan sampai kamu sekalipun meninggalkan kewajiban itu,” ujar KI ito dengan tatapan tajam.
“Baik, Ki, saya paham. Sisanya Ki Ito yang mengurus kan?” Yanto bertanya balik.
Ki Ito hanya mengangguk.
ADVERTISEMENT
Keesokan malamnya, Yanto menunggu istri dan kedua anaknya tertidur karena ia harus melakukan ritual yang sudah menjadi kewajibannya jika ingin kaya raya. Siangnya, ia sudah membeli semua keperluan ritual, mulai dari kembang hingga kemenyan.
Semua keperluan ia taruh di gudang yang letaknya di belakang rumah yang juga akan menjadi tempat bagi Yanto untuk melakukan ritual.
“Aku yakin kamu bakal berhasil kok, mas” ujar Halimah kepada Anto beberapa saat sebelum ia tertidur.
Mendengar kalimat itu, Anto hanya terdiam karena yang berada di dalam pikirannya sekarang adalah pesugihan yang akan dia lakukan.
Setelah semuanya kondusif, Yanto meninggalkan kamar tidur dan pergi menuju gudang. Ia menyalakan sebatang lilin untuk penerangan dan juga syarat ritual. Setelah sesajen dipersiapkan, ia mulai melafalkan doa yang sudah diberikan oleh Ki Ito pada secarik kertas.
ADVERTISEMENT
*
Dalam waktu 3 hari, apa yang dilakukan oleh Yanto di malam itu ternyata terbukti. Kinerja perusahaannya meningkat dan tidak pernah sekalipun mengalami penurunan selama 1 bulan penuh. Selain itu, Yanto juga menjadi lebih mudah untuk menumkan investor yang ingin menyuntikan dana pada perusahaannya, bahkan beberapa investor malah mengajukan diri dan menemui Yanto secara langsung.
Pendapatan Yanto naik berkali-kali lipat dalam waktu 4 bulan saja. Selama 4 bulan tersebut juga ia tak henti-hentinya untuk memberikan sesajen setiap dua minggu sekali.
Salimah sebagai sang istri merasa bahagia bahwa doa dan harapannya terkabul. Ia tidak menyangka bahwa ia dan suaminya dapat melawati masa-masa sulit dalam menjalankan sebuah rumah tangga dan membawa mereka menjadi keluarga yang lebih sukses dan makmur.
ADVERTISEMENT
*
Karena sudah merasa percaya dengan pesugihan Ki Ito, malam itu, Yanto membawa sesajen yang lebih banyak lagi dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih banyak pula. Seperti cara dia sebelumnya, ia menunggu seluruh penghuni rumah tertidur untuk bisa pergi ke gudang tempat ia mendapatkan kekayaan.
Waktu menunjukkan pukul setengah satu pagi, Yanto sudah sedikit mengantuk meskipun dihadapannya ada kemenyan dengan bau yang menyengat serta secarik kertas berisi mantra yang harus ia baca. Ketika ia baru melafalkan satu huruf, terdengar suara pintu gudang terbuka.
“Mas, kamu ngapain? Itu kamu nyiapin apa?” teriak salimah.
Yanto sontak membalikkan badan dan melihat istrinya berdiri dengan wajah penuh ketakutan.
“Salimah, ini gak seperti yang kamu pikir,” Yanto mencoba untuk menenangkan Salimah.
ADVERTISEMENT
“Aku gak nyangka kamu tega ngasih makan keluarga kamu pakai pesugihan,” ucap Salimah sembari menangis.
Yanto tidak ingin rahasianya terbongkar sehingga ia berlari mengejar Salimah, menariknya hingga terjatuh dan menonok wajahnya.
“Kamu jangan pernah bilang ini ke siapa-siapa,” ujar Yanto.
Salimah bersikukuh akan mengadukan hal ini ke orang tuanya dan orang tua Yanto. Ancam tersebut membuat Yanto kehilangan akan sehat sehingga ia mencekik istrinya sendiri hingga meregang nyawa.
*
Ingatan tersebut tidak bisa hilang dari dalam diri Yanto. Wajah istrinya dan kedua anak-anak selalu muncul ketika ia sedang makan, melamun, sebelum tidur, atapun saat berada di dalam mimpi.
Ia merindukan keluarga kecilnya walau yang sekarang bisa ia dengar hanyalah suara takbir. Yanto berharap ucapan Allah yang maha besar sebagaimana yang berkali-kali dilantunkan melalui pengeras suara di pagi buta ersedia mengampuni dosa besarnya.
ADVERTISEMENT
Di hari raya Idul fitri tersebut, Yanto ingin mulai berusaha untuk keluar dari masa lalunya dan menjadi pribadi yang lebih baik dan penjara memberikan waktu belasan tahun lagi dan ia tak ingin menghabiskannya untuk menangis.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.