Pentingnya Pembekalan Anak Perempuan sebagai Pemimpin dari Sejak Kecil

Plan Indonesia
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada tahun 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2023 16:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Plan Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis: Zakiah, 19 Tahun, Pendidik Sebaya Young Health Programme Plan Indonesia
Foto 1: Zakiah sedang memimpin rapat saat mengambil alih peran di Girls Takeover #GirlsBelongHere2021 (Dok. Plan Indonesia)
Pada era globalisasi ini nyatanya perempuan masih terbelenggu dalam stigma yang terjadi di masyarakat. Stigma tersebut merupakan budaya yang tercipta dari pandangan-pandangan masyarakat terhadap perempuan. Kehadiran perempuan dianggap tidak memiliki peran besar di masyarakat, banyak perempuan yang dituntut segera menikah, dan tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi. Bahkan bagi anak perempuan, seringnya kami tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan mengekspresikan diri di sekolah maupun di rumah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BMBP D.I Yogyakarta pada artikel “Peningkatan Pemenuhan Hak Anak Di Sekolah Melalui Kegiatan Pembelajaran Di Sekolah”, anak menghabiskan waktu di sekolah selama 6-8 jam setiap harinya. Sekolah merupakan tempat di mana murid belajar untuk memahami proses belajar mereka sendiri. Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di sekolah tentunya, memengaruhi bagaimana murid berinteraksi, memiliki perspektif terhadap hal, dan cara berfikir saat menghadapi suatu masalah di masa mendatang bahkan hingga saat berkarir. Di dalam kelas, sekolah juga membantu murid untuk mampu menyusun gagasan dan bahkan menyampaikan aspirasi mereka terhadap suatu permasalahan.
Misal, dalam kepengurusan organisasi di sekolah, peran anak perempuan sebagai seorang pemimpin ternyata belum sepenuhnya terlaksana bahkan diterima. Bisa dihitung jari beberapa kali pemimpin suatu organisasi adalah seorang anak perempuan. Banyak murid bahkan guru yang menginginkan pemimpin ya laki-laki, di mana ini masih menjadi penghambat bagi anak perempuan untuk mengambil peran dalam kepemimpinan. Saat saya masih di bangku sekolah misalnya, pada waktu itu terhitung hanya 3 kali seorang Ketua OSIS dan Ketua MPK adalah perempuan. Pada saat pemilihan berikutnya, banyak sekali siswa-siswi dan juga guru yang lebih menginginkan seorang pemimpinnya adalah laki-laki, entah kenapa begitu! Sehingga seringkali kita jumpai minimnya keterlibatan perempuan dalam memimpin bahkan di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
Di lingkungan masyarakat pun hak perempuan untuk menempuh pendidikan tinggi masih seringkali dipertanyakan bahkan dianggap remeh. Saat kelas 10, saya berlibur ke kampung untuk menjenguk nenek saya, di sana banyak sekali yang sedang berkumpul untuk mengobrol asyik, tiba-tiba saya diajak berbincang mengenai hal apa yang akan saya lakukan setelah selesai SMA. Saya menjawab bahwa saya akan mendapatkan beasiswa untuk ke perguruan tinggi. Ternyata respon mereka tidak sesuai yang saya harapkan. Mereka mempertanyakan mengapa saya ingin ke perguruan tinggi, toh nanti akan berakhir di dapur dan hanya suami yang bekerja. Pada saat itu tentu saya sangat terkejut, “kenapa ya masyarakat masih saja berpikiran seperti itu? Apakah kurang banyak contoh atau sosok pemimpin perempuan di negeri ini?” Menurut saya hal seperti itu tidak dapat dibenarkan lagi apalagi di zaman sekarang. Perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal memimpin. Karena, kepememimpin bukan tentang siapa dia, tetapi tentang kemampuan yang ia miliki untuk memimpin.
ADVERTISEMENT
Saya suka mempelajari hal baru sehingga pada 2021, saya mendaftar menjadi salah satu Pendidik Sebaya dari Young Health Programme (YHP) Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), sebuah program global yang berfokus pada pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) pada kaum muda. Dalam proses yang saya jalani selama menjadi Pendidik Sebaya, saya mendapatkan pengetahuan untuk lebih menanamkan pemahaman terkait kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan sehingga menjadi bekal perjalanan hidup saya untuk mencapai prestasi lain khususnya di bidang kepemimpinan dan public speaking. Hal ini mengantarkan saya mendapatkan salah satu pelajaran paling berharga.
Pada 2022, melalui YHP, saya berkesempatan mengikuti Girls Takeover (GTO) #GirlsBelongHere menggantikan posisi Country President AstraZeneca Indonesia selama sehari. Girls Takeover sendiri merupakan salah satu program kampanye global yang di inisiasi oleh Plan Indonesia yang diselenggarakan setiap tahunnya di 75 negara untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional setiap tanggal 11 Oktober.
ADVERTISEMENT
Selama saya menjadi pemimpin sehari tersebut, saya melihat bahwa dalam lingkungan perusahaan Astrazeneca Indonesia dan Plan Indonesia sendiri sudah merepresentasikan peran kepemimpinan perempuan, di mana banyak jajaran tinggi yang di antaranya adalah perempuan. Di mana hal ini patut menjadi contoh bahwa perempuan juga dapat memimpin dalam suatu perusahaan atau lingkup di masyarakat. Setelah mengikuti GTO saya juga lebih berani untuk menyampaikan pandangan saya di muka umum terkait suatu permasalahan yang sedang menjadi topik.
Pengalaman ini juga membuka perspektif saya bahwa peran perempuan khususnya sejak dari kecil dalam pengambilan keputusan juga sangat penting karena akan menentukan jalan hidup mereka ke depannya. Mungkin mereka akan menghadapi permasalahan yang cukup kompleks, sehingga mereka harus belajar untuk menyampaikan pendapaat mereka. Sejatinya saya percaya setiap pribadi memiliki opini dan aspirasi mereka sendiri. Dan semua berhak untuk menyampaikannya
ADVERTISEMENT
Tentu saja pencapaian saya tidak hanya dukungan dari pihak luar namun juga dukungan dari orang tua saya, yaitu ibu saya yang senantiasa mendukung dan mendampingi setiap kegiatan yang saya jalani. Di sinilah menurut saya peran orang tua menjadi penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk berani memimpin. Bukan hanya memimpin orang lain, namun juga dirinya sendiri.
Peran sekolah dan perusahaan juga sangat penting mendukung kesetaraan gender dimana perempuan dan laki-laki dapat sama-sama memiliki hak yang seharusnya. Seperti mulai untuk mengajak perempuan berkontribusi dalam pengambilan keputusan suara saat menyelesaikan suatu masalah, memperbolehkan perempuan untuk memimpin atau menjadi seorang pemimpin di perusahaan tersebut. Apabila peluang terbuka lewat sekolah dan perusahaan maka perempuan akan semakin berani untuk menyuarakan hak dan pendapat mereka selayaknya laki-laki yang dapat memilih dan memutuskan sendiri mau ke mana arah hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sayaingin perempuan dan laki-laki sama, menyuarakan tentang kesetaraan gender dan mengambil peran untuk berkontribusi dalam keadilan kepemimpinan di masyarakat. Mari sama-sama kita mengubah konstruksi sosial di masyarakat tentang stigma kepada perempuan dan perempuan muda yang ingin keluar dari belenggu zona tersebut. Saya yakin, di zaman yang semakin canggih ini peran perempuan menjadi sangat penting untuk ada dalam setiap keputusan.