Rekomendasi 5 Film Agar Perayaan Imlek Tak Sekadar Berbagi Angpao

Play Stop Rewatch
Media yang fokus membahas pop culture dan aktif di channel YouTube serta instagram.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2019 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Play Stop Rewatch tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film Playlist
zoom-in-whitePerbesar
Film Playlist
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta – Imlek bisa dirayakan tidak hanya dengan berbagi angpao atau berjibaku dengan pertanyaan soal “kapan nikah?”.
ADVERTISEMENT
Menonton film juga bisa menjadi salah satu cara merayakannya, hitung-hitung sambil mengenal kembali budaya Tionghoa yang cici dan koko mungkin belum tahu.
Play Stop Rewatch punya lima film yang pas ditonton saat perayaan Tahun Babi ini.
Yi Yi (WinStar Cinema)
Yi Yi adalah film yang pas ditonton bersama keluarga di kala Imlek. Bergenre drama slice of life, film kedelapan dari sutradara Edward Yang ini mengisahkan seluk beluk kehidupan keluarga yang beranggotakan NJ (Wu Nien-Jen), Yang-Yang (Jonathan Chang), dan Ting-ting (Kelly Lee).
Terutama, soal bagaimana masing-masing dari mereka berjibaku dengan masalah kehidupan sehari-hari mulai dari kekurangan uang, sulitnya mencari pacar, hingga nilai jeblok di kelas.
Perlu diketahui, film ini tidak memiliki tokoh sentral. Dengan alur yang bercabang, ketiga tokoh di atas memiliki cerita mereka sendiri-sendiri dan Yi Yi mengajak penonton untuk memahami mereka dari sudut pandang orang ketiga.
ADVERTISEMENT
Adapun kelebihan Yi Yi ada pada kemampuannya memproyeksikan masalah sehari-hari yang dihadapi NJ cs. Tanpa dramatisir yang berlebihan, Yi Yi menampilkan masalah-masalah tersebut dengan realistis yang tak pelak mampu membuat penonton merasa menonton cerminan kehidupan mereka sendiri.
In The Mood For Love (USA Films)
Sebuah penyesalan jika tidak menyelipkan satu film Wong Kar Wai di daftar tontonan saat Imlek. Dari sekian banyak film yang ia direksi, In The Mood For Love adalah salah satu yang pas masuk daftar ini.
Bergenre drama romantis, film ini menceritakan kehidupan percintaan dua tetangga, Chow Mo-Wan (Tony Leung) dan Su Li-Zhen (Maggie Cheung), yang sejatinya sudah memiliki pasangan hidup masing-masing.
Cinta tumbuh ketika pasangan mereka kerap meninggalkan keduanya sendirian di apartemen yang mau tak mau mendorong Mo-Wan dan Li-Zhen saling melengkapi satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Belakangan, keduanya pun mulai curiga bahwa apa yang sesungguhnya terjadi adalah mereka saling bertukar pasangan. Walau bergenre drama romantis dengan premis yang menggelitik, In The Mood For Love bukan film “mudah”. Butuh sedikit konsentrasi untuk menikmati film yang dikemas sebagai art-house movie ini.
Wong Kar Wai tidak menggunakan pendekatan ala sinetron atau FTV yang menyuapi kita dengan semua konflik, melainkan mendorong kita untuk secara halus dan perlahan mempelajari betapa rumitnya kehidupan berkeluarga dan percintaan itu.
Fly Me to Polaris (1999) (Sumber: IMDb)
Fly Me To Polaris pas untuk penggemar film romantis yang mampu membuat termehek-mehek. Bergenre romantic fantasy, film karya sutradara Jingle Ma ini bercerita tentang pemuda buta bernama Onion (Richie Jen) yang diam-diam menaruh hati pada perawat bernama Autumn Yue (Cecilia Cheung). Sayangnya, sebelumnya mampu menyatakan cintanya kepada Autumn, Onion meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas.
ADVERTISEMENT
Beruntung bagi Onion, berkat amal baik yang ia perbuat, akhirat menghadiahinya kesempatan untuk kembali ke bumi selama lima hari dan menyatakan cintanya kepada Autumn. Namun, syaratnya, ia akan kembali sebagai orang lain dan tidak boleh membuka identitasnya kepada Autumn. Fly Me To Polaris tergolong film Mandarin yang populer di akhir abad 20. Jika In The Mood For Love dirasa terlalu berat, Fly Me To Polaris lebih ringan untuk dinikmati bersama pasangan di kala Imlek.
Pai Kau (Archipelago Pictures)
Kali ini Play Stop Rewatch merekomendasikan film Indonesia. Di saat bioskop diramaikan oleh film-film Indonesia bergenre aksi, horror, drama romantis, pun komedi, Pai Kau mencoba menggebrak dengan drama keluarga yang memiliki pendekatan menyerupai film Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, penonton yang akrab dengan film-film Hong Kong atau Mandarin akan menemukan sejumlah kesamaan, terutama yang melibatkan keluarga gangster.
Film karya Sidi Saleh ini sendiri memiliki dua alur cerita yang berjalan paralel. Kisah pertama adalah tentang Siska (Ineke Valentina) yang berniat mengobrak-abrik pernikahan sahabatnya sendiri, Lucy (Irina Chiu), karena menikahi mantannya yang bernama Edy (Anthony Xi). Namun, target utama Siska bukanlah Lucy melainkan Edy di mana keduanya pernah memiliki hubungan haram.
Kisah kedua diambil dari sudut pandang keluarga Lucy, terutama ayahnya yang merupakan mafia bisnis hiburan malam yaitu Koh Lie (Tjie Jan Tan). Berusaha mempertahankan bisnisnya, Koh Lie menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan kompetitornya yang tanpa ia sadari mulai berdampak ke rencana pernikahan Lucy. Walhasil, ancaman pernikahan Lucy bukan hanya dari Siska, tetapi juga dari ayahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kelebihan film ini tidak hanya pada pendekatannya, namun juga treatment-nya terhadap budaya Tionghoa di Indonesia yang menjadi fondasi kisah filmnya. Nilai-nilai lokal digambarkan dengan apik walaupun tidak sepenuhnya lolos dari dramatisasi. Namun, setidaknya, penonton bisa mendapat potret budaya Tionghoa tersebut.
The Last Barongsai (Karnos Film)
Dari semua film yang telah disebutkan, mungkin ini yang paling ringan dan bisa mengundang tawa. Disutradarai Ario Rubbik, film ini berkisah tentang dilema yang dihadapi Aguan (Dion Wiyoko), antara melanjutkan studi ke luar negeri atau meneruskan sanggar barongsai Hong Shi yang dimiliki ayahnya, Kho Huan (Tio Pakusadewo), dengan mengikuti kompetisi Barongsai. Sayangnya, membujuk sang ayah yang keras kepala tersebut bukan perkara mudah.
The Last Barongsai adalah potret aktivitas sanggar Barongsai dan kehidupan anggota-anggotanya. Jika selama ini kita hanya sebatas melihat aksi mereka, film ini mencoba menguliknya secara lebih dalam. Malah, usai menonton film ini, penonton bisa mengecek langsung lokasi sanggar yang bisa dicapai dengan kereta commuter line jurusan Tangerang.
ADVERTISEMENT
Untuk lebih lengkapnya, kunjungi kanal Play Stop Rewatch di YouTube.
ANDRI | ISTMAN (@istman_mpd)