Aladdin (2019) Melanjutkan Evolusi Para Disney Princesses Zaman Now

Konten Media Partner
29 Mei 2019 10:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jasmine versi Naomi Scott yang melawan tirani Jafar (Foto: Disney)
zoom-in-whitePerbesar
Jasmine versi Naomi Scott yang melawan tirani Jafar (Foto: Disney)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta – Saat ini, setidaknya sudah ada belasan karakter yang kita sebut “Disney Princesses” seperti Cinderella, Belle dan Snow White. Para princess ini terkenal dengan kemiripan arc story-nya yang sudah diceritakan sejak puluhan tahun lalu. Seorang putri anggun yang mengalami konflik dalam menanti kedatangan prince charming-nya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Namun dalam satu dekade terakhir, Disney mencoba menggeser paradigma tersebut. Aladdin (2019) menjadi bukti terakhir dari rangkaian “evolusi” para Disney Princess yang nampaknya masih akan terus berlanjut ini.
Tidak dapat luput dari mata bahwa Disney membawa kembali film-film animasi klasiknya dalam format real action. Mulai dari Cinderella, Beauty and The Beast hingga yang akan datang seperti Mulan dan Lion King. Tidak serta-merta mengadopsi plot ceritanya 100%, Disney juga membuat ekspansi terhadap karakter-karakternya.
Dapat terlihat bahwa baik dalam film remake atau film baru, jelas Disney berusaha meninggalkan formula yang tidak akan berhasil di layar lebar pada hari ini. Dimulai dari The Princess and The Frog (2009), karakter Tiana bukanlah seorang princess yang tidak berdaya. Namun seorang karakter kuat yang memiliki motivasi selain menemukan cinta.
Para Disney Princess versi live action (Foto: @savannahileese)
Pada tahun 2013, Frozen mengadopsi formula tersebut lebih jauh dengan mengeksplorasi hubungan saudara yang retak. Moana bahkan sama sekali tidak memiliki karakter love interest. Sementara Maleficent sedikit memodifikasi konsep true love’s kiss dari kisah Aurora.
ADVERTISEMENT
Jasmine sendiri, dalam versi original Aladdin (1992) sudah merupakan karakter yang progresif. Di era yang sama dengan Megara, Belle dan Ariel, sang putri Sultan sudah berani memberontak melawan ayahnya. Dalam versi terbaru Aladdin (2019), Jasmine bahkan diberikan motivasi baru selain menemukan cinta: menjadi Sultan.
Motivasi ini membuatnya memiliki peran lebih besar dibandingkan dengan versi original-nya. Pada akhir film, sangat masuk akal kenapa Jasmine memiliki kapasitas lebih baik dari Aladdin untuk memimpin sebagai Sultan di Agrabah.
Proses re-imagining yang dilakukan Disney untuk para princess nya boleh dibilang sukses. Hari ini, orang akan percaya jika seorang Disney Princess tidak hanya mencari prince charming. Orang-orang juga akan percaya jika seorang Disney Princess mampu bertarung atau bahkan memimpin negara. Disney masih akan merilis banyak film remake kedepannya, dan sangat menarik untuk ditunggu bagaimana mereka akan menghidupkan kembali karakter-karakter klasik tersebut.
ADVERTISEMENT
SATRIAWAN WIGUNA