Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa UMM di Home Industry Batu Bata Merah

Defaendha Dwi Prastyo
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
15 September 2021 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defaendha Dwi Prastyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa UMM di Home Industry Batu Bata Merah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, pembangunan perumahan sangat banyak terjadi bukan? Hal ini dilakukan karena kebutuhan akan tempat tinggal sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin banyak. Saat ini, dalam membangun rumah banyak menggunakan bata ringan atau batako sebagai dinding penutup rumah karena dinilai efektif. Namun, jangan lupakan bahan dinding yang dari zaman dahulu sudah sangat umum digunakan di Indonesia yaitu batu bata merah. Kelebihan dari bata merah yaitu mudah ditemui dan mampu menciptakan suasana sejuk di dalam rumah dan tahan terhadap api sehingga memberikan perlindungan ekstra bagi penghuni rumah.
ADVERTISEMENT
Dalam sebulan kami mendampingi pembuatan batu bata tersebut, Pak Sanipan mengajari bagaimana proses pembuatan dari awal sampai akhir. Menurut beliau, dalam membuat batu bata merah terdapat 6 kegiatan utama yaitu proses nyelep, nyitak, nyigir, ngelinggo, mbakar, dan terakhir ngirim. Kegiatan pertama yakni nyelep, merupakan proses pembuatan adonan batu bata yaitu mencampurkan seluruh bahan material dengan perbandingan yang biasa dilakukan oleh Bapak Sanipan. Perbandingan bahan material tersebut yaitu 2:1, dimana 2 cungkru (argo) pasir dan 1 cungkru (argo) tanah liat, serta air kurang lebih 1 ember. Setelah mendapat campuran yang diinginkan, kegiatan dilakukan dengan mencetak adonan dengan alat cetak yang biasa digunakan dan dijemur di area yang sudah disediakan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan nyigir merupakan lanjutan setelah proses nyêlèp dan nyitak, yaitu memindahkan bata merah yang telah dicetak dan setengah kering ke samping lahan dan ditata rapi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengosongkan lahan agar dapat dipakai untuk proses mencetak lagi, dan menjemur di tengah terik matahari. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan ngelinggo yaitu proses pemindahan batu bata merah yang sudah mengalami proses pengeringan dari cahaya matahari ke pawon (tempat pembakaran). Setelah ditata dan sesuai perhitungan, maka bata tersebut kemudian dibakar selama 2 hari non-stop agar bata merah matang sepenuhnya. Langkah terakhir tentunya memasarkan ke pelanggan yang sudah memesan barang tersebut.
Program ini diharapkan mampu mendukung industri masyarakat yang tentunya saat ini sangat menurun karena dampak pandemi Covid-19. Juga diharapkan jika terdapat kelompok lain yang mengabdi di home industry ini dapat memberikan lebih banyak manfaat serta inovasi guna memajukan produk batu bata merah sekaligus meningkatkan perekonomian di Desa Wajak ini.
ADVERTISEMENT