Ambohimanga, Area Ritual Suci Masyarakat Madagaskar di Afrika Selatan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
1 Maret 2019 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret kompleks peninggalan Kerajaan Ambohimanga, Afrika Selatan. Foto: Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Potret kompleks peninggalan Kerajaan Ambohimanga, Afrika Selatan. Foto: Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Bukit Kerajaan Ambohimanga menjadi salah satu tempat yang paling dikeramatkan masyarakat Republik Madagaskar di Afrika Selatan. Area bukit itu terdiri dari sebuah bekas kota kerajaan dan situs makam, serta sejumlah tempat keramat lainnya.
ADVERTISEMENT
Ambohimanga telah menjadi identitas spiritual masyarakat Madagaskar, dan digunakan sebagai tempat ritual selama lebih dari 500 tahun. Hingga kini Ambohimanga tetap dijaga kelestariannya sebagai tempat keramat yang selalu dikunjungi oleh banyak peziarah dari Madagaskar dan daerah-daerah lainnya.
Bukit Ambohimanga berada di kota Ambohimanga Rova, Provinsi Antananarivo Avaradrano, Republik Madagaskar, Afrika Selatan. Salah satu ciri khas dari banguann-bangunan yang ada bukit itu adalah bentuknya yang bersatu dengan alam di sekitarnya, sehingga terlihat seperti terlindungi oleh sistem ekologis di sana.
Ambohimanga diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-15, dan berkembang pesat selama abad ke-17 hingga abad ke-18. Selama masa pemerintahan Andriantsimitoviaminandriana, dari tahun 1740 sampai 1745, Ambohimanga berkembang menjadi sebuah kota benteng yang sangat kokoh.
ADVERTISEMENT
Setelah istana kerajaan dipindahkan ke Antananarivo pada 1794, Ambohimanga dijadikan sebagai tempat pemakaman para raja dan ibukota agama. Sehingga di tempat itu tidak ada aktivitas politik apapun.
Pada awal abad ke-18, tembok pertahanan baru dibangun mengelilingi benteng utama. Hal itu dilakukan saat Afrika Selatan dikuasai oleh pemerintah Prancis, yang dikhawatirkan akan merusak bangunan sakral di Ambohimanga.
Salah satu sudut kota peninggalan Kerajaan Ambohimanga. Sumber: Wikimedia Commons.
Benteng yang dapat dijumpai saat ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Ratu Ranavalona I (1826-1861), setelah benteng sebelumnya hancur akibat kondisi alam dan konflik di Afrika Selatan. Sang ratu juga menambahkan bangunan istana baru pada 1871 sebagai tempat singgah saat mengunjungi makam leluhurnya.
Wilayah kota Kerajaan Ambohimanga dibagi menjadi beberapa area, sesuai dengan fungsi ritualnya masing-masing. Sektor timur menjadi tempat paling sakral karena digunakan sebagai tempat pemujaan roh-roh leluhur dan area makam raja.
ADVERTISEMENT
Jenazah para raja akan disemayamkan di sebuah rumah khusus yang terbuat dari kayu, dinamakan Tranomanara, sebelum akhirnya dibawa menuju area pemakaman. Diketahui terdapat sebelas orang raja yang disemayamkan di bangunan-bangunan makam di sana.
Namun pada 1897, dalam upaya menghilangkan pengaruh keagamaan di Madagaskar, pemerintah kolonial Prancis memindahkan kerangka para raja ke Antananarivo. Hal itu sempat mendapat pertentangan, namun pada akhirnya masyarakat harus merelakan kesakralan area makam itu ternoda karena kekuatan Prancis yang terlampau besar.
Di sekitar area pemakaman terdapat sebuah danau buatan, Ampharthy, yang digunakan hanya untuk kalangan keluarga kerajaan dan kegiatan ritual saja. Beberapa kegiatan yang dilakukan di danau suci itu adalah mandi tahunan keluarga raja, khitanan pangeran, dan aktivitas ritual penting lainnya.
ADVERTISEMENT
Sumber: Perwito Mulyono, dkk. 2009. World Heritage Nature & Culture Volume 1. Surakarta: Batara Publishing.