Barbara Hauer, Simbol Kebebasan Rakyat Amerika dalam Peristiwa Perang Saudara

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
4 Mei 2021 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Barbara Hauer dan perannya dalam mengakhiri Perang Saudara di Amerika Serikat. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Barbara Hauer dan perannya dalam mengakhiri Perang Saudara di Amerika Serikat. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Perang Saudara menjadi salah satu peristiwa paling gelap dalam sejarah Amerika, yang menghancurkan peradaban negeri itu. Namun di balik itu semua, semangat zaman di Amerika masa Perang Saudara diwakili oleh kisah keberanian seorang perempuan, bernama Barbara Hauer Frietchie.
ADVERTISEMENT
Barbara Hauer Frietchie mampu mempertahankan rasa kemanusiaan untuk menciptakan kedamaian di tengah-tengah ancaman kematian dari lingkungannya.
Kisah heroik Barbara Hauer sebenarnya cukup diperdebatkan oleh para sejarawan. Beberapa pihak cukup meragukan kebenaran cerita tokoh tersebut, tetapi banyak orang yang percaya bahwa itu benar-benar terjadi.
Para ahli pun meyakini Barbara Hauer memiliki peran yang penting dalam kisah-kisah kekerasan Perang Saudara dan menjadi lambang perdamaian dalam sejarah Amerika. Sosok Barbara Hauer diabadikan dalam puisi populer karya John Greenleaf Whittier, berjudul 'Barbara Frietchie'.
Tahun 1862, Maryland dipimpin oleh Perwira Utara, tetapi dukungan warga Frederick, kota kedua terbesar di negara bagian itu, secara merata terbagi pada penguasa Utara dan Selatan.
Salah seorang warga Frederick, Barbara Frietchie, dengan tegas berpihak pada Union atau pasukan Utara. Janda berumur 95 tahun dari seorang pembuat sarung tangan itu menolak mengakui pihak Selatan dan tidak gentar untuk melakukan pertentangan.
Barbara Hauer | Wikimedia Commons
Tanggal 10 September 1862, pasukan Konfederasi atau Selatan, yang dipimpin Jenderal Robert E. Lee (1807-1870) dan Thomas Jonathan 'Stonewall' Jackson (1824-1863), melewati wilayah Frederick dalam perjalanan ke Pertempuran Antietam di Sharpsburg.
ADVERTISEMENT
Seperti digambarkan oleh para ahli, pasukan Konfederasi yang sudah kelelahan itu membutuhkan waktu 16 jam untuk melewati jalan-jalan di kota Frederick. Mereka berjalan dengan sangat lambat, dan dapat dibayangkan bagaimana beratnya pertempuran yang akan mereka lakukan seminggu berikutnya.
Dalam puisi Whittier, digambarkan perjuangan Barbara Frietchie mendukung kejayaan pasukan Utara. Patriot lanjut usia itu mengibarkan bendera Union di depan loteng rumahnya saat pasukan Selatan melintas ke kotanya. Barbara meyakini tindakannya adalah, “untuk menunjukkan bahwa masih ada satu hati setia”.
Saat kendaraan Stonewall Jackson melintas di depan rumah Barbara, dan melihat bendera Union berkibar, ia segera memerintahkan orang-orangnya untuk menembak jatuh bendera itu. Tetapi bukannya takut, Barbara langsung memasangnya kembali.
Barbara Frietchie segera menghadap Jackson, lalu berkata, “jika anda harus menembak, tembak saja kepala kelabu tua ini, tetapi biarkan bendera negaramu itu”. Itulah kalimat paling terkenal dalam puisi karya Whittier.
ADVERTISEMENT
Kota Frederick mengenang Barbara Frietchie sebagai salah satu warga mereka yang paling terhormat. Ia menjadi kekuatan bagi warga Friederick yang dilanda keterpurukan akibat ancaman dari pihak Utara dan Selatan.
Batu nisan Barbara Hauer. | Wikimedia Commons
Puisi Whittier lalu dipahat di batu nisan Barbara di Mt. Olivet Cemetery. Tiruan rumah pahlawan kemerdekaan itu dibangun di lokasi aslinya dan dijadikan museum.
***
Referensi: