Borompu, Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Dayak

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
22 April 2018 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Borompu adalah sebuah upacara adat perkawinan yang dipercaya sebagai bagian dari tradisi masyarakat Dayak Kodatn, yang banyak tinggal di wilayah barat Kota Sanggau. Upacara perkawinan Borompu biasanya dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan mise atau pertunangan untuk mencari kesepakatan antara calon pengantin dan pihak keluarga ketika akan menyelenggerakan upacara tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut aturan adat yang berlaku di masyarakat Dayak Kodatn, pihak yang meminang memiliki kewajiban penuh untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. Upacara Borompu memiliki beberapa rangkaian acara yang wajib untuk dilaksanakan. Pertama, Miah yang berarti melakukan penjemputan kepada calon pengantin oleh orang tua beserta kerabat keluarga yang meminang. Setelah calon pengantin dijemput, rombongan akan kembali ke tempat upacara perkawinan diselenggarakan. Rombongan kembali dengan membawa parang beserta sarungnya, ayam betina, kain, dan peralatan makan.
Kedua, Nincong yang merupakan upacara penyambutan calon pengantin dan rombongan secara meriah, ditandai dengan adanya bunyi tembakan lantak dan gong. Para rombongan pun akan disuguhkan dengan minuman tuak, serta persembahan tarian adat khusus perkawinan. Ketiga, Mibu yang merupakan pembacaan doa agar segala kehidupan setelah pernikahan diberi keselamatan dan kebahagiaan. Pembacaan doa tersebut dilakukan sambil mengayun-ayunkan seekor ayam dengan sesekali mencabut bulu leher ayam tersebut. Bulu ayam yang sudah dicabut itu lalu dicampurkan ke dalam beras yang sudah disiapkan di dalam mangkok. Beras dan bulu ayam di dalam mangkok itu selanjutnya diletakkan ke atas kepala atau bahu calon pengantin beserta kerabat dekat yang hadir di situ.
ADVERTISEMENT
Keempat, para rombongan dan para tamu undangan akan beristirahat sejenak yang diisi dengan saling mengobrol dan menyantap hidangan yang telah disediakan. Kelima, Nomar Kobaya yang merupakan puncak acara, yang terdiri atas beberapa tahapan, di antaranya bersanding (kedua calon pengantin akan duduk diapit oleh kedua orang tua), mpau (dipanggilnya seluruh tamu undangan yang hadir oleh tetua masyarakat agar berkumpul, dengan membunyikan gong terlebih dahulu dan diakhiri dengan penjelasan tentang acara nomar kobaya), mibu (pembacaan doa selamat), mpori daun bisan (disahkannya kedua mempelai sebagai suami istri, diikuti dengan pembagian daging babi kepada orang tua dan kerabat dekat), dan yang terakhir ngajar (pemberian nasihat yang dilakukan oleh pemuka masyarakat atau anggota keluarga yang dituakan).
ADVERTISEMENT
Setelah rangkaian upacara perkawinan tersebut selesai dilakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan satu tahap penting lain, yaitu mpori manu. Tujuan mpori manu adalah untuk mengembalikan hak-hak ke dalam keluarga yang akan menjalani rumah tanggal, seperti misalnya disepakatinya hak waris. Mpori manu umumnya dilakukan setelah disahkannya perkawinan yang kemudian disepakati oleh kedua belah pihak. Melalui upacara perkawinan ini, orang Dayak Kodatn membangun kembali adat istiadat dan hubungan sosial dalam satuan keluarga yang luas. Sehingga tidak heran jika satu keluarga orang Dayak akan memiliki sistem kekerabatan yang sangat besar dan kompleks.
Sumber : warisanbudaya.kemendikbud.go.id
Foto : Pontianak.tribunnews.com