Di Balik Megahnya Bangunan Lawang Sewu Semarang

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
5 April 2020 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lawang Sewu. Dok: WIkimedia
zoom-in-whitePerbesar
Lawang Sewu. Dok: WIkimedia
ADVERTISEMENT
Saat berkunjung ke kota Semarang, tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi salah satu destinasi wisata terkenal di sana, Lawang Sewu. Banyak cerita yang beredar di masyarakat mengenai Lawang Sewu. Mulai dari cerita sejarah, kemegahan arsitekturnya, hingga yang paling terkenal adalah cerita mistis bangunan ini. Bagaimana sebetulnya sejarah berdirinya Lawang Sewu? Yuk, kita simak ceritanya berikut ini!
ADVERTISEMENT

Sejarah Lawang Sewu

Lawang Sewu. Dok: Wikimedia
Lawang Sewu atau yang berarti ‘seribu pintu’ ternyata tidak benar-benar memiliki 1.000 buah pintu dalam bangunannya. Istilah Jawa ‘lawang sewu’ digunakan sebagai kiasan karena bangunan ini memiliki banyak pintu dan jendela besar yang menyerupai pintu hingga seolah-olah bangunan ini memiliki pintu yang berjumlah 1.000 buah. Lawang Sewu yang terletak di kawasan Tugu Muda-Semarang sebetulnya hanya memiliki 429 buah pintu dengan gaya arsitektur Belanda.
Gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini dulunya merupakan kantor pusat perusahaan kereta api swasta bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Gedung seluas 18.232 m2 ini dibangun secara bertahap mulai tanggal 27 Februari 1904 hingga Juli 1907. Pada perkembangannya dibangun pula gedung tambahan di sekitarnya pada tahun 1916-1918.
ADVERTISEMENT
Bangunan ini dirancang oleh dua orang arsitektur Amsterdam bernama Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B. J. Ouendag dengan elemen utama berupa bentuk lengkung dan rancangan sederhana. Selain elemen lengkung, terdapat ornamen-ornamen unik lainnya yang menyimpan makna.
Pertama, ornamen kaca patri asli dari pabrik Johannes Lourens Schouten. Ornamen kaca tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan tanah Jawa, kekuasaan kolonial Belanda atas kota Semarang dan Batavia, wilayah maritim, serta kejayaan kereta api. Selanjutnya, ada pula ornamen tembikar pada elemen lengkung di atas balkon, kubah kecil berlapis tembaga di puncak menara air, serta hiasan perunggu di puncak menara. Adapun perjalanan sejarah bangunan ini dapat kita lihat secara lengkap dalam rangkuman berikut ini.
• Terhitung mulai Juli 1907 digunakan sebagai kantor pusat administrasi NIS
ADVERTISEMENT
• Tahun 1942-1945 diambil alih oleh kependudukan Jepang dan digunakan sebagai kantor Riyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang)
• Mulai tahun 1945 pascakemerdekaan diubah menjadi Kantor Eksploitasi Tengah DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia)
• Tahun berikutnya (1946) jatuh kembali ke tangan Belanda sebagai markas tentara
• Tahun 1949 digunakan oleh Kodam IV Diponegoro setelah pengakuan kedaulatan RI
• Tahun 1994 diserahkan kembali kepada Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) yang kemudian berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
• Tahun 2009 direstorasi oleh PT KAI
• Tanggal 5 Juli 2011 diresmikan sebagai Purna Pugar Cagar Budaya Lawang Sewu

Cerita Mistis Lawang Sewu

Lawang Sewu. Dok: Wikimedia
Di balik kemegahannya, Lawang Sewu menyimpan sejuta kisah menarik bagi para pengunjung, termasuk cerita mistis Lawang Sewu yang telah melegenda. Ketika tiba di lorong bangunan, pengunjung disuguhkan dengan ruangan penuh pintu. Di sudut lantai pertama, pengunjung akan menemukan sebuah tangga turun menuju ruang bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan cerita pengelola gedung, ruang bawah tanah tersebut dulunya digunakan sebagai ruang penjara. Satu buah bilik hanya berukuran 2x2 meter dan harus digunakan untuk menampung 6 orang narapidana. Selain bilik sempit tersebut, bagian lain di ruang bawah tanah tersebut juga digunakan sebagai ruang eksekusi narapidana. Sudah tak terhitung lagi jumlah nyawa yang dieksekusi di ruang tersebut selama bertahun-tahun.
Tak jarang pengunjung yang mengatakan sering mendengar suara-suara dari bekas penjara bawah tanah tersebut. Ruang bawah tanah tersebut menjadi salah satu saksi bisu yang dianggap paling menyeramkan di dalam bangunan Lawang Sewu. Meskipun kini Lawang Sewu telah dipugar dan ditata sedemikian cantik untuk menjadi objek wisata, cerita ruang bawah tanah tersebut nyatanya tak lekang oleh waktu.
ADVERTISEMENT
Lokomotif di Lawang Sewu. Dok. Wikimedia
Sumber: