Dinasti Idrisiyah, Ancaman Pemerintahan Dinasti Abbasiyah di Maroko

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
8 Juni 2018 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dinasti Idrisiyah didirikan oleh salah seorang penganut Syi’ah, bernama Idris bin Abdullah pada 789 M. Ia pernah ikut ambil bagian dalam perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap orang-orang Dinasti Abbasiyah pada 786 M.
ADVERTISEMENT
Terbentuknya Dinasti Idrisiyah sangat didukung oleh para tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara, yang sangat terkesan dengan keturunan Ali bin Abi Thalib. Idris kemudian memilih kota Fez sebagai pusat pemerintahannya.
Dinasti Idrisiyah muncul menjadi pemerintahan yang kuat, selain karena dukungan orang-orang Barbar Zenata, letak geografisnya yang sangat jauh dengan pusat pemerintahan Abbasiyah di Baghdad, membuat Dinasti Idrisiyah sulit untuk ditaklukan.
Pada masa khalifah Harus Ar-Rasyid, pemerintahan Abbasiyah merasa terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah. Ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan penyerangan ke wilayah Fez, namun gagal karena kurangnya persiapan.
Sebagai gantinya, khalifah mengirimkan mata-mata, bernama Sulaiman bin Jarir, yang berpura-pura menentang pemerintahan Abbasiyah. Sulaiman yang berhasil masuk ke dalam pemerintahan Idrisiyah mampu membunuh Idris dengan cara meracuninya.
ADVERTISEMENT
Terbunuhnya Idris bin Abdullah tidak membuat kekuatan pemerintahan Idrisyah menurun. Hal itu terjadi karena orang-orang Barbar Zenata segera menunjuk pengganti Idris, yang bernama Idris II. Putra Idris bin Abdullah itu berhasil menyatukan suku-suku Barbar Zenata, dan imigran-imigran Arab, di bawah satu kekuasaan politik. Mereka pun berhasil membangun kota Fez menjadi kota suci tempat tinggal Shorfa (keturunan Nabi dari Husain bin Ali bin Abi Thalib), dan kota pusat perdagangan.
Pada masa pemerintahan Muhammad bin Idris, Dinasti Idrisiyah membagi wilayah kekuasannya kepada delapan orang saudaranya. Sementara, Muhammad bin Idris tetap memerintah Fez dan memiliki kekuasaan terhadap delapan wilayah lainnya. Setelah berhasil membangun Dinasti Idrisiyah selama masa yang cukup tenang, Muhammad bin Idris digantikan oleh putranya Ali bin Muhammad.
ADVERTISEMENT
Pada masa pemerintahan Ali bin Muhammad, terjadi konflik di dalam keluarga yang menginginkan kekuasaan atas seluruh wilayah Dinasti Idrisiyah. Hingga akhirnya kekuasaan Ali bin Muhammad berpindah ke tangan saudaranya, yaitu Yahya bin Muhammad.
Pada masa ini, kota Fez banyak dikunjungi imigran dari Andalusia dan beberapa wilayah di Afrika. Kota Fez, sebagai pusat pemerintahan Dinasti Idrisiyah, berkembang dengan sangat pesat di segala bidang kehidupan, termasuk banyak berdirinya bangunan-bangunan megah.
Kekuasaan kemudian berpindah kepada Yahya II, namun pada masa ini Dinasti Idrisiyah mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh ketidakcakapan Yahya II menjalankan pemerintahannya. Akibatnya terjadilah perpecahan, dan terbaginya wilayah kekuasaan Dinasti Idrisiyah.
Selain itu juga Yahya II sempat melakukan perbuatan tidak bermoral terhadap kaum perempuan. Sehingga ia pun diusir oleh masyarakat Fez, dan mencari perlindungan ke wilayah Andalusia hingga akhir hayatnya.
ADVERTISEMENT
Setelah terjadi kekosongan kekuasaan itu, muncul seorang tokoh bernama Ali bin Umar, yang mengambil alih kekuasaan. Namun ia tidak memerintah lama karena terjadi pemberontakan di wilayah Fez. Akhirnya Yahya III berhasil menduduki tahta kekuasaan Dinasti Idrisiyah.
Pemerintahan baru ini berhasil mengembalikan situasi di wilayah Fez sehingga menjadi tentaram dan aman. Yahya III memerintah cukup lama, ia kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada teman kerabatnya yang mendapat gelar Yahya IV.
Pada masa pemerintahan Yahya IV, wilayah-wilayah yang sebelumnya terpecah dan dikuasai kerabat-kerabat penguasa, dipersatukan kembali dalam satu pemeritahan politik. Setelah kembali pulih, Dinasti Idrisiyah harus dihadapkan dengan konflik yang terjadi antara Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Fatimiah di Mesir, dalam memperbutkan kekuasaan di wilayah Afrika. Kota Fez pun menjadi wilayah pertikaian antara dua dinasti yang berbeda paham ini.
ADVERTISEMENT
Dinasti Idrisiyah pun akhirnya harus jatuh setelah perpecahan kembali terjadi, yang membuat wilayah-wilayah Dinasti Idrisiyah terbagi ke dalam kekuasaan yang cukup banyak. Perpecahan itu juga membuat kekuatan Idrisyah menjadi lemah, sehingga ketika datang serangan dari Dinasti Fatimiah, mereka tidak dapat bertahan.
Sumber: Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Foto: medievalists.net