news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

2 Perwira Terbaik Amerika Serikat Semasa Perang Dunia II

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
8 Desember 2018 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua perwira terbaik Amerika Serikat (AS) semasa Perang Dunia II, George Patton dan Dwight D. Eisenhower, berperan besar memimpin pasukan AS meraih kemenangan di Eropa semasa perang tersebut.
ADVERTISEMENT
Lahir di Dennison, Texas pada 1890, Eisenhower lulus dari Akademi Militer Amerika Serikat di West Point pada 1915. Setelah mengabdi semasa Perang Dunia I, karier militernya tidak mengalami kemajuan selama beberapa tahun.
Sementara itu, George S. Patton Jr., lahir di California pada 1885, menyelesaikan pendidikan militernya pada 1904. Ia cukup disegani semasa Perang Dunia I karena prestasinya di Eropa ketika bertugas di bawah pimpinan Jenderal John Pershing. Setelah perang usai, karier Patton semakin maju, ia memperoleh pangkat jenderal bintang dua tahun 1941.
Tidak lama setelah AS masuk dalam Perang Dunia II, karier Eisenhower meningkat pesat. Tahun 1943, pangkatnya sudah jenderal penuh dan diberikan gelar Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Sekutu di Eropa. Jenderal Eisenhower memainkan peran sangat penting dalam perang tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai panglima tertinggi, Eisenhower adalah atasan Patton. Namun, keduanya sering kali terlibat dalam perdebatan yang panjang. Eisenhower pandai berdiplomasi dan juru damai yang baik, sedangkan Patton memiliki sifat keras dan mudah marah.
Pernah suatu ketika, Patton menghukum dua prajurit yang menurutnya sedang berpura-pura sakit di sebuah rumah sakit angkatan darat. Kejadian itu bahkan sampai membuat Eisenhower turun tangan dan menegur Patton dengan menurunkan sementara perannya sebagai komandan.
Walau demikian, Eisenhower sangat memercayai Patton. Ia yakin bahwa sebuah kesalahan jika membiarkan Patton mundur dari garis depan pasukan AS. Maret 1944, Eisenhower memberi Patton wewenang untuk memimpin Pasukan ketiga AS, yang menjadi salah satu batalion terbesar. Pada musim panas tahun itu, Patton dan pasukannya berhasil mengusir pasukan Jerman ke luar dari Normandia dan Prancis.
ADVERTISEMENT
Ketika pasukan Jerman melancarkan serangan balik di Pertempuran Bulge, Eisenhower menugaskan Patton untuk menyerang sayap selatan dari pasukan Jerman. Patton mampu menjalankan tugasnya dengan cemerlang. Ia berhasil membebaskan pasukan AS di Bastogne pada 26 Desember 1944, sekaligus memupus harapan terakhir pasukan Jerman untuk menguasai jalannya perang.
Setelah perang berakhir, Pasukan Ketiga di bawah pimpinan Patton berhasil menawan lebih dari 1 juta orang Jerman yang terlibat di dalam perang, angka yang melebihi pasukan mana pun selama terjadinya perang.
Kolaborasi antara Eisenhower dan Patton sangat ditakuti oleh pihak musuh, maupun pihak sekutu. Mereka mampu melancarkan serangan mematikan dengan strategi yang sangat terukur. Patton yang handal di medan perang selalu berhasil menjalankan tugas Eisenhower dengan sangat baik.
ADVERTISEMENT
Seusai perang, Eisenhower mengetahui rencana Patton untuk merekrut mantan tentara Nazi. Patton berencana menjadikan mantan prajurit Hitler itu bagian dari pasukan AS. Pasukan baru itu, menurut keyakinan Patton, akan dilibatkan dalam perang besar melawan Rusia. Namun, rencananya itu cukup mendapat banyak pertentangan.
Tahun 1945, Eisenhower menggeser kedudukan Patton sebagai komandan Pasukan Ketiga. Dua bulan kemudian, setelah terlibat dalam sebuah kecelakaan mobil, George S. Patton, meninggal dunia. Patton dielu-elukan oleh banyak orang sebagai serdadu penyerang terhebat yang dimiliki AS. Sementara Eisenhower melanjutkan kariernya untuk menjadi presiden AS tahun 1953.
---
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Hubungan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma
Foto: Wikimedia Commons