news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Filsafat Pembangun Peradaban Tiongkok

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 April 2018 10:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada era Dinasti Zhou, bangsa Tiongkok mengalami kemajuan pengetahuan filsafat yang pesat, yang berkembang hampir di seluruh penjuru negeri. Filsafat paling awal yang muncul pada masa itu adalah filsafat dari tokoh Konfusius. Ajaran filsafat Konfusius berisi pendidikan moral yang ditujukan untuk memjukan moral masyarakat.
ADVERTISEMENT
Konfusius menyebarkan ajarannya ketika terjadi kekacauan besar yang melanda negeri pada masa pemerintahan Dinasti Zhou. Pada masa itu terjadi banyak penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah, yang sangat menyimpang dari ajaran para pendahulunya.
Selain itu juga masyarakat hidup tanpa aturan yang jelas, sehingga menyebabkan banyak terjadinya pemberontakan, kejahatan di lingkungan masyarakat, degradasi moral, dan anarki intelektual. Pemerintahan Zhou dianggap gagal mempertahankan kebudayaan yang telah dibangun oleh dinasti-dinasti sebelumnya.
Konfusius selalu menekankan ajaran kebaikan bagi sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan para dewa. Menurutnya manusia harus selalu memegang teguh prinsip “ren”, yang berarti bahwa manusia harus mengasihi sesamanya, dan juga jangan melakukan perbuatan jahat kepada orang lain jika ingin diperlakukan adil.
ADVERTISEMENT
Prinsip ren juga dapat berarti keinginan untuk mengembangkan potensi diri maupun lingkungan. Filsafat konfusius mengajarkan manusia untuk hidup saling menghormati karena sejatinya tidak ada manusia yang ingin diperlakukan buruk.
Salah satu ajaran paling terkenal dari filsafat Konfusius, yaitu “apa yang kita tanam adalah apa yang akan kita tuai”. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain akan berdampak positif bagi diri kita, sebaliknya jika kita berbuat buruk maka akan berdampak negatif pada diri kita sendiri.
Konfusius bukan berasal dari golongan kelas bangsawan, melainkan golongan rakyat biasa, yang sudah sering melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh para penguasa. Ia dikenal sangat cerdas dan memiliki pribadi yang baik sehingga dikenal oleh semua orang. Konsfusius aktif di perpolitikan negerinya sebagai seorang revolusioner yang ingin mengubah keadaan di sana. Ia ingin mengubah kehidupan sosial dan budaya masyarakat demi kemajuan bersama.
ADVERTISEMENT
Para pengikut ajaran Konfusius banyak berasal dari kalangan pemuda. Ia berperan sebagai guru dan pembimbing yang mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan dan moral. Salah satu ajaran Konfusius bagi murid-muridnya yang masih muda adalah berbakti kepada orang tua.
Menurutnya, seorang anak sepenuhnya bergantung kepada orang tuanya, paling tidak selama 3 tahun pertama dalam kehidupannya. Oleh karennya ketika orang tuanya meninggal, seorang anak harus berkabung selama waktu kurun waktu tertentu sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada orang tua.
Konfusius percaya bahwa generasi muda dapat memperbaiki peradaban Tiongkok ketika itu yang berada di ambang kehancuran. Menurutnya, bangsa Tiongkok dapat kembali bangkit jika para anak muda memiliki banyak bekal ilmu pengetahuan dan kepribadian baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Mereka diajarkan mengenai budaya, sosial, politik, dan ilmu lainnya agar kelak dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan menjadi ahli di segala bidang kehidupan. Generasi yang terdidik dan memiliki moral yang tinggi dapat membawa negeri menjadi maju dan mengurangi tingkat kejahatan.
Sumber : Septianingrum, Anisa. 2017. Sejarah Peradaban Dunia Kuno Empat Benua. Bantul : Sociality
Foto : nehwayoflife.com