Pakaian Masyarakat Jawa Abad ke-19

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
19 Januari 2018 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: blogtorik.com
Penduduk Jawa menggunakan pakaian yang lebih baik jika dibandingkan dengan penduduk di India ketika abad ke-19. Bahan untuk membuat baju banyak didapat dari hasil pertanian sendiri dan sebagian di impor dari India. Para penguasa biasanya membutuhkan bahan baku yang banyak untuk membuat kemeja, celana, jaket, dengan meniru gaya orang-orang Eropa. Jenis dan model pakaian yang digunakan oleh masyarakat sesuai dengan tingkatan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Pakaian untuk bangsawan dan penguasa akan berbeda dengan pakaian yang digunakan oleh masyarakat biasa. Akan tetapi, ketika kekuasaan dipegang oleh orang-orang Eropa, tidak ada perbedaan yang terlalu besar dari cara berpakaian masyarakat.
Pakaian yang umum digunakan oleh masyarakat adalah kain sarung yang dibuat oleh perempuan di setiap daerah. Terdapat perbedaan corak pakaian antara orang Melayu dengan orang Jawa. Orang Melayu hanya menggunakan corak kotak-kotak, sedangkan orang Jawa menggunakan corak yang lebih beragam.
Ketika diadakan sebuah perayaan atau pesta, masyarakat akan menggunakan pakaian yang terbuat dari sutera dengan ukuran yang lebih besar dari pakaian sehari-harinya, walaupun cara memakainya tetaplah sama.
Laki-laki dari kalangan petani, atau rakyat biasa menggunakan celana kain selutut dengan kain yang melilit di pinggang. Kain tersebut selalu dipakai ketika sedang berada di sawah atau berpergian, tapi akan dilepas ketika bertemu dengan orang yang lebih berkuasa.
ADVERTISEMENT
Ketika berpergian jauh masyarakat akan menggunakan topi lebar yang terbuat dari bambu untuk melindungi dari panas matahari dan hujan. Keris dan belati dipakai oleh semua kalangan sebagai pelengkap dari pakaian orang-orang Jawa.
Perempuan dari kalangan petani menggunakan kain yang dililitkan dari pinggang hingga mata kaki, dan menggunakan penutup tubuh bagian atas yang hanya memperlihatkan bagian leher, pundak, dan lengan. Perempuan Jawa tidak menggunakan ikat kepala, biasanya rambut mereka diikat menggelung ke atas. Setiap perempuan akan mengenakan cincin di jari mereka yang terbuat dari kuningan atau tembaga sebagai pelengkap pakaian.
Para penguasa daerah biasanya menggunakan pakaian yang lebih panjang untuk menutupi seluruh bagian tubuhnya. Penguasa akan menggunakan kain panjang untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, dan pakaian serta jaket untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Mereka pun menggunakan kain di pinggang yang terbuat dari kain sutera.
ADVERTISEMENT
Ketika sedang di rumah, biasanya para pria akan menggunakan pakaian seperti masyarakat umum, tetapi ketika sedang menghadiri perayaan mereka akan menggunakan pakaian yang terbuat dari sutera dengan banyak aksesoris terbuat dari kuningan. Ketika sedang beraktifitas di luar ruangan mereka biasanya menggunakan topi lebar, seperti topi koboi yang terbuat dari bambu dengan dilapisi kain.
Para ulama menggunakan kain berwarna putih dan menggunakan sorban seperti orang Arab yang banyak tinggal di beberapa wilayah di Jawa. Ketika dilaksanakan upacara pernikahan atau upacara adat lainnya, para pria akan mengenakan celana yang dililit oleh kain samping dari sutera, dengan diberi hiasan ikat pinggang emas.
Bagian atas badan tidak tertutup oleh pakaian, hanya bagian bawahnya saja. Ditambahkan pula aksesoris keris yang disimpan dipinggang.
ADVERTISEMENT
Sumber : Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History of Java. Yogyakarta : Penerbit Narasi.