Ganyang Malaysia, dan Kemungkinan Terjadinya Perang Dunia ke-III

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
26 Agustus 2017 12:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
go to hell with your aid (pergilah ke neraka dengan sekutumu) kepada pihak Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Malaysia yang berlindung di bawah kekuatan Inggris pada saat itu, di baca oleh Soekarno sebagai sebuah sinyal, akan munculnya sebuah neo-kolonialisme baru, dengan tameng ‘Negara Federasi’, jika benar begitu hal tersebut sama halnya dengan memasukan kembali Indonesia pada negara-negara kolonial, dengan kata lain ada kemungkinan terganggunya ketahanan serta kedaulaatan bangsa Indonesia.
Pembentukan Negara Federasi Malaysia yang di gagas oleh Inggris dan Malaya serta melibatkan negara bagian : Brunei, Singapura, Serawak dan Sabah/Kalimantan Utara, tak lebih dari akal bulus Inggris untuk menguasai kembali daera tersebut. Maka sejak seruan “Ganyang Malaysia” Februari 1963, Soekarno telah membuktikan keseriusannya menumpas imperialisme dan kolonialisme jauh dari Indonesia.
Bersamaan dengan seruan tersebut, kegiatan dan persiapan militer, ditingkatkan. Kegiatan gerilyawan dilancarkan dari Kalimantan, wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Serawak. Politik “Ganyang Malaysia” ini menggoncangkan kestabilan keamanan dan menimbulkan krisis di wilayah Asia Tenggara. Cina menyatakan dukungan terhadap sikap Indonesia.
ADVERTISEMENT
Melihat kenyataan tersebut, negara adidaya sebagai salah satu kekuatan terbesar, Amerika Serikat merasa khawatir, karena jika terjadi keterlibatan Inggris secara aktif, maka Australia dan Selandia Baru juga akan terlibat.
Amerika sebagai anggota ANZUS (Australia, New Zeland, United States) menghawatirkan bila ini terjadi maka Asia Tenggara akan menjadi kancah peperangan dimana Indonesia dan Cina akan berhadapan dengan kekuatan dunia barat.
Jika sudah demikian mau tidak mau akan mengundang Rusia untuk ikut terlibat dalam perang tersebut. Maka bukan tidak mungkin Perang Dunia ke-III akan pecah.
Sebagai upaya nyata untuk meredakan situasi tersebut, serta mencegah terjadinya perang pada Januari 1964, Presiden Johnson mengirimkan utusannya John Kennedy untuk mengatur gencatan senjata antara Indonesia dan Malaysia. Pertemuan pertama dilakukan di Tokyo dengan menteri luar negeri Indonesia Soebandrio. Selanjutnya utusan Presiden Johnson pergi ke Kuala Lumpur untuk bertemu dengan Tengku Abdul Rachman.
ADVERTISEMENT
Dari Kuala Lumpur, John Kennedy lalu menuju Jakarta dan Manila. Pertemuan di Jakarta menghasilkan persetujuan langkah pertama yang tepat yakni gencatan senjata.
Namun hal ini tidak membawa hasil, karena perbedaan pendapat antara delegasi Malaysia dan Indonesia. Malaysia mengajukan prasyarat agar pasukan gerilya dan kesatuan lainnya ditarik dari wilayah Malaysia. Sementara itu Indonesia menandaskan bahwa gencatan senjata bukan berarti penarikan gerilyawan dari posisi semula.
Melihat ikut campurnya Amerika, yang jelas-jelas juga tidak disukai oleh Soekarno, membuat ia marah besar , Presiden Soekarno melampiaskan amarahnya pada duta besar Amerika Serikat P. Jones di Jakarta, dengan menyatakan bahwa go to hell with your aid (pergilah ke neraka dengan sekutumu) kepada pihak Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan disisi lain, Uni Soviet belum tentu mau mendukung Indonesia dalam usahanya untuk mengganyang Malaysia, karena politik Indonesia yang berpihak pada Cina. PKI sebagai partai terkuat pada masa Demokrasi Terpimpin menggerakan politik luar negerinya ke Cina.
Meski pada akhir 1965-an konfrotasi yang terjadi antara Indonesia-Malaysia ini berhasil di redam, bahkan berujung damai dengan adanya perjanjian Bangkok pada 28 Mei 1966, akan tetapi konfrontasi panjang ini sempat menimbulkan kemungkinan terjadinya Perang Dunia ke-III yang bukan tidak mungkin bisa saja memporakporandakan Indonesia, dan negara Asia Tenggara Lainnya.
foto : totocalegpdip