news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hoegeng: Kisah Polisi Jujur di Indonesia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
8 Desember 2018 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hoegeng lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah, dengan nama Iman Santoso. Hoegeng lulus dari sekolah kepolisian tahun 1952 dan pertama kali ditempatkan sebagai polisi di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Hoegeng dipindahtugaskan ke Sumatera Utara sebagai Kepala Reskrim. Saat Hoegeng bertugas, daerah Sumatera Utara terkenal sebagai daerah penyelundupan barang-barang ilegal, termasuk barang yang dilarang oleh pemerintah.
Sebuah kejadian menarik terjadi ketika Hoegeng pertama bertugas di Sumatera Utara. Setibanya di Sumatera Utara, Hoegeng diberi sebuah rumah pribadi dan mobil oleh beberapa bandar perjudian di sana. Mereka menamakan hadiah itu sebagai “ucapan selamat datang”. Mengetahui hal tersebut, dengan tegas Hoegeng menolaknya dan memilih untuk menginap di hotel sampai ia mendapatkan rumah dinas.
Berbagai cara terus dilakukan oleh para mafia perjudian untuk mendapat hati Hoegeng. Seperti rumah dinas Hoegeng yang telah diisi oleh para mafia itu dengan perabotan mewah. Tanpa berpikir panjang, Hoegeng pun langsung menaruh barang-barang tersebut di pinggir jalan depan rumahnya. Kejadian tersebut membuat Kota Medan gempar karena ada seorang polisi yang tidak dapat disuap.
ADVERTISEMENT
Setelah bertugas di Medan, Hoegeng ditugaskan ke Jakarta sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Sebelum bertugas, Hoegeng menutup usaha toko bunga yang sebelumnya dijalankan oleh istrinya di jalan Cikini karena khawatir orang-orang yang berurusan dengan imigrasi sengaja memborong bunga di tokonya tersebut untuk mempermudah urusan mereka.
Atas usulan Sultan Hamengkubuwono IX, tahun 1965, Hoegeng diangkat menjadi Menteri Iuran Negara kabinet Seratus Menteri. Kemudian tahun 1968, Hoegeng diangkat menjadi panglima angkatan kepolisian.
Hoegeng terlahir dari keluarga jaksa. Ayahnya bernama Sukario Hatmodjo pernah menjabat sebagai kepala kejaksaan di Pekalongan. Kejujuran dan pendirian Hoegeng sebagai penegak keadilan yang jujur kiranya telah ditanamkan oleh ayahnya sejak ia masih sangat kecil.
Ayahnya sering berkata kepada Hoegeng kecil, “yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan”.
ADVERTISEMENT
Mantan Presiden Abdurrachman Wahid juga pernah mengatakan dengan sedikit nada bercanda bahwa di negeri ini ada dua polisi yang tidak bisa disuap, pertama polisi tidur dan kedua, Hoegeng.
---
Sumber: Adam, Asvi Warman. 2010. Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Foto: Kompas