news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hubungan Unik Raja Prusia dengan Filsuf Prancis

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
15 Desember 2018 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua sosok hebat, Voltaire dan Frederick yang Agung, menjalin hubungan persahabatan yang unik selama bertahun-tahun. Penulis sekaligus filsuf Prancis itu, mengagumi namun juga mencaci sosok Frederick sebagai raja Prusia, begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Voltaire telah menulis banyak karya sastra sejak tahun 1700-an, dan menjadi tokoh Renaisans Prancis yang sangat berpengaruh. Ia terkenal hampir dalam setiap aliran sastra –sejarah, puisi, filsafat, roman, dan sajak sindiran.
Tidak jauh berbeda dengan Voltaire, Frederick yang Agung memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya sastra, terutama syair. Walaupun sejak 1740 telah dinobatkan sebagai penguasa Prusia, yang saat itu berfokus pada pengembangan kekuatan militer, Frederick tetap mencintai dunia sastra.
Frederick begitu mengagumi gagasan-gagasan yang dibuat oleh Voltaire selama masa pencerahan di Prancis. Ia terpikat oleh karya-karya Voltaire, yang menurutnya berbeda dengan penyair manapun di Eropa. Frederick mulai banyak mengirimi Voltaire surat untuk mengungkapkan kekagumannya tersebut.
Voltaire yang saat itu cukup banyak mendapat hujatan dari pengikut Raja Louis XV, merasa sangat senang ketika penguasa Prusia mengagumi karyanya. Ia pun segera pergi ke Jerman untuk menemui Raja Frederick. Akhirnya pada 11 September 1740, keduanya bertemu untuk pertama kalinya, di Cleves.
Frederick king of Prussia (Foto: wikimedia.commons)
Voltaire lalu mendapat undangan dari Frederick untuk bertemu di Berlin pada Agustus 1743. Di depan umum, baik Voltaire maupun Frederick, mengungkapkan dengan jelas bahwa mereka saling mengagumi dan menghormati. Namun pada saat yang sama secara diam-diam mereka juga saling mengeluh mengenai siafat buruk kawannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi Frederick, Voltaire terlalu tamak, karena ia selalu berusaha mendapatkan kekayaan Prusia untuk membiayai pengeluaran pribadinya. Begitu pula raja di mata Voltaire, walau berwibawa, tetapi syair-syair gubahannya begitu buruk, sama seperti permainan sulingnya.
Voltaire kambali ke Paris setelah menetap selama dua bulan di Berlin, dalam kemewahan kerajaan. Tahun 1744, Prancis dan Prusia terlibat perang, selama masa itu Voltaire tidak berhubungan dengan Frederick.
Sebelum tahun 1748, kedua tokoh besar itu kembali saling mengontak. Frederick kembali memberikan tawaran yang sangat mewah bagi Voltaire untuk kembali tinggal di Berlin dan bertemu dengannya. Tahun 1750, Voltaire memutuskan untuk meninggalkan Paris menuju Berlin.
Kunjungan keduanya kali ini berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Saat itu, Voltaire terlilit banyak masalah, dan ia meminta bantuan Frederick untuk membantu permasalahan keuangannya.
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Masalah yang dilibatkan Voltaire bahkan membawa pengaruh buruk bagi negaranya, karena ia mengadakan diplomasi tidak resmi sebagai perwakilan Prancis, yang seharunya tidak boleh dilakukan.
Pada 1753, Voltaire pun meninggalkan Jerman, dan setelahnya ia tidak pernah melihat Fredirick. Walau begitu, hubungan keduanya masih berlanjut dari kejauhan. Sampai akhir 1760-an, keduanya masih sering bertukar surat yang berisi pujian atas kinerjanya masing-masing.
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Hubungan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma