Jean Jacques Rousseau dan Teori Pendidikan Anak Modern

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
10 Mei 2018 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jean Jacques Rousseau dilahirkan pada 1712 di Genewa, Swiss. Sejak kecil ia menjalani hidupnya dengan cukup sulit, ibunya meninggal tidak lama setelah ia lahir, sedangkan ayahnya diasingkan dari Genewa karena suatu kasus. Oleh karenanya Rousseau harus hidup sebatang kara di Genewa sampai berusia 16 tahun. Pada 1728, ia meninggalkan kota kelahirannya itu untuk mengembara tanpa tujuan yang jelas. Bertahun-tahun ia pergi dari satu tempat ke tempat lain, tanpa memiliki pekerjaan yang tetap. Hingga akhirnya tahun 1750 menjadi titik balik kehidupan Rousseau.
ADVERTISEMENT
Ketika berusia 38 tahun, nama Jean Jacques Rousseau mendadak terkenal setelah ia mendapatkan hadiah dari Akademi Dijon untuk esai terbaik dengan tema “apakah seni dan sains bermanfaat bagi manusia dan moral”. Esai yang dibuat oleh Rousseau berhasil memukau para juri dan menempatkannya sebagai esai terbaik. Dalam hasil karyanya itu, Rousseau menyimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan seni tidak bermanfaat bagi umat manusia.
Rousseau kemudian menulis banyak karya lainnya yang berisi pemikiran-pemikiran kritis dirinya mengenai berbagai hal. Beberapa di antara tulisannya semakin meningkatkan kualitas dirinya di mata masyarakat, seperti Discourse of the Origin of Inequality (1775), La Nouvelle Heloise (1761), Emile (1762), The Social Contract (1762), dan Confessions (1770). Rousseau juga sangat gemar menulis naskah untuk opera.
ADVERTISEMENT
Rousseau melalui karya-karyanya dapat disejajarkan dengan penulis-penulis besar angkatan Masa Pencerahan Prancis, seperti Denis Diderot, dan Jean d’Alambert. Namun pemikirannya sangat berbeda dengan penulis lainnya yang sezaman dengannya. Hal itu terjadi karena Rousseau menentang rencana Voltaire untuk membentuk teater di Genewa. Rousseau beranggapan bahwa teater adalah sekolah yang tidak bermoral. Akhirnya kedua filsuf besar itu menjadi musuh abadi, dengan berbagai perbedaan di antara keduanya.
Rousseau diketahui sangat mengedepankan emosionalisme dalam setiap karyanya, sedangangkan Voltaire sangat menjunjung tinggi nilai rasionalisme. Sejak 1762 hingga akhir hayatnya, Rousseau selalu bermasalah dengan pihak berwajib karena tulisan-tulisan yang dibuatnya banyak yang bertentangan dengan kepentingan politik pihak tertentu. Mereka khawatir akan banyak perselisihan yang ditimbulkan akibat dari tulisan-tulisan Rousseau.
ADVERTISEMENT
Faktanya memang tulisan-tulisan yang dibuat oleh Rousseau memiliki peranan penting dalam terbentuknya gerakan-gerakan sosialisme, nasionalisme, romantisme, totalitarianism, dan anti-rasionalisme. Selain itu juga pemikiran Rousseau menjadi jalan bagi terjadinya Revolusi Prancis. Rousseau memberikan kontribusi yang besar bagi ide-ide modern tentang demokrasi dan perasamaan.
Rousseau membuat banyak teori mengenai konsep pendidikan yang baik bagi anak-anak. Rousseau meminimalisasi penggunaan buku pelajaran dalam pendidikan anak-anak. Menurutnya, emosi dan pengalaman si anak lebih penting dalam membentuk karakter dan pemikirannya ketimbang buku-buku pelajaran yang hanya menampilkan teorinya saja. Sehingga jelas bahwa Rousseau, melalui pemikiran-pemikirannya sangat mempengaruhi teori pendidikan modern.
Sumber: Hart, Michael H. 2016. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta: Noura
Foto: prezi.com