news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jesse Owens, Pelari Afrika-AS yang Permalukan Hitler di Olimpiade Berlin 1936

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2020 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jesse Owens (di atas podium-tengah) usai memenangkan  lompat jauh di Olimpiade Berlin 1936. Ia mengalahkan atlet Jerman, Luz Long (kanan), yang juga sahabatnya. Naoto Tajima dari Jepang di posisi ketiga. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Jesse Owens (di atas podium-tengah) usai memenangkan lompat jauh di Olimpiade Berlin 1936. Ia mengalahkan atlet Jerman, Luz Long (kanan), yang juga sahabatnya. Naoto Tajima dari Jepang di posisi ketiga. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1931, International Olympic Committee menyerahkan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 1936 ke Berlin, Jerman. Ini sebagai simbol kembalinya Jerman untuk masyarakat dunia setelah kekalahan di Perang Dunia I .
ADVERTISEMENT
Namun, tak lama setelah mengambil alih kekuasaan sebagai kanselir Jerman, Adolf Hitler membuat Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin tahun 1936 sebagai propaganda superioritas ras Arya dan legitimasi partai Nazi.
Olimpiade Musim Panas Berlin 1936 juga pertama kali diliputi televisi sehingga dapat disaksikan di seluruh dunia. Hitler juga menyediakan dana yang besar untuk Olimpiade Berlin, agar menjadi Olimpiade modern terbesar.
Alih-alih menjadi kompetisi yang menyatukan banyak ras dan budaya, pada April 1934 Hitler malah melarang orang Yahudi dan kulit hitam mengikuti ajang olahraga internasional itu. Termasuk melarang atlet Olimpiade lompat tinggi Jerman, Gretel Bergmann, turut serta--Gretel bermigrasi ke Amerika Serikat pada Mei 1937 dan bertekad tidak akan menginjakkan kakinya di Jerman lagi.
Terlihat di podium kehormatan dari kiri ke kanan: Kanselir Jerman, Adolf Hitler (5 dari kiri), ketua Komite Penyelenggara Olimpiade di Berlin, Theodor Lewald (7 dari kiri), ketua Komite Olimpiade Internasional, Henri de Baillet -Latour (4 dari kiri), Menteri Propaganda Reich Ketiga, Joseph Goebbels (8 dari kiri), Perdana Menteri Nazi Jerman, Hermann Goering (9 dari kiri), wakil dari Adolf Hitler, Rudolf Hess (kedua dari kiri) pada Agustus 1936. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Kebijakan "Aryans-only" itu memicu kemarahan global dan membuat asosiasi Olimpiade di Amerika Serikat dan Eropa berencana batal berpartisipasi. Pada 1935, sejumlah kelompok atletik di Amerika Serikat mendorong boikot Olimpiade Berlin, tetapi setelah desakan dari International Olympic Committee, partisipasi atlet Yahudi dan kulit hitam disetujui secara terbatas pada Desember 1935.
ADVERTISEMENT
Olimpiade Berlin resmi dibuka pada 1 Agustrus 1936 dan ada 18 atlet Afrika-Amerika yang berkompetisi saat itu. Jesse Owens, yang berdarah Afrika-Amerika Serikat, menjadi atlet lari paling sukses dengan perolehan 4 medali emas.
Jesse Owens saat lompat jauh di Olimpiade Berlin 1936. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Owens menang pada cabang lari 100 meter dengan waktu 10,3 detik dan memecahkan rekor dunia dalam lomba 200 meter (20,7 detik), serta finis di posisi pertama pada lompat jauh mengalahkan atlet Jerman, Luz Long. Pada 9 Agustus 1936, ia mendapatkan medali emas keempatnya di cabang lari estafet 400 meter.
Prestasi Owens tentu saja mematahkan supremasi atlet-atlet kulit putih Jerman dan mempermalukan Hitler. Setelah Owens memenangkan medali pertamanya, Hitler tidak memberikan selamat kepadanya dan hanya berjabat tangan dengan atlet peraih emas dari Jerman.
ADVERTISEMENT
Ia dan para atlet Olimpiade Amerika Afrika lainnya diremehkan oleh sebuah surat kabar Nazi yang menulis mereka sebagai "pembantu hitam" dari tim Amerika.

Tak Dapat Pengakuan di Amerika

Jesse Owens (kiri), Ralph Metcalfe (kiri kedua), Foy Draper (kanan kedua) dan Frank Wykoff (kanan), Tim estafet 4x100 meter AS di Olimpiade Berlin 1936. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Meski tak mendapat ucapan selamat langsung dari Hitler, selama di Jerman Owens mendapat perlakuan yang sama dengan timnya atau atlet lain berkulit putih. Berbeda dengan kehidupannya di Amerika Serikat yang justru mendapat diskriminasi ras kulit hitam lebih buruk.
Bahkan, sekembalinya ke Amerika Serikat, Owens sama sekali tidak mendapat penghormatan layaknya pemenang Olimpiade, apalagi dengan 4 medali emas di tangan. Dia tidak diundang ke Gedung Putih dan tidak diberikan penghargaan seperti atlet kulit putih lainnya oleh Presiden Franklin D. Roosevelt.
Para atlet kulit hitam Amerika yang berkompetisi di Berlin tidak diakui oleh Gedung Putih sampai 2016, ketika Presiden Barack Obama mengundang kerabat para atlet ke sebuah acara untuk memberi penghormatan terharap prestasi mereka.
ADVERTISEMENT
“Saya punya empat medali emas, tetapi Anda tidak bisa makan empat medali emas. Tidak ada televisi, tidak ada iklan besar, tidak ada dukungan saat itu. Bukan untuk pria kulit hitam,” tegas Owens dalam wawancara pada tahun 1971.
***
Referensi:
ADVERTISEMENT