Kegagalan Pasukan Revolusi Melenyapkan Pemimpin Komunis

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
21 Juli 2018 12:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Vladmir Iltich Lenin adalah pemimpin pemerintahan Bolshevik Rusia. Pada 1917, Lenin berhasil memimpin Partai Bolshevik mengambil alih kekuasaan dan mendirikan negara komunis pertama di dunia. Rezim pimpinan Lenin memiliki banyak musuh yang ingin menjatuhkannya, terutama partai-partai revolusioner yang telah kehilangan kekuasaannya seperti Partai Revolusioner Sosialis (SR).
ADVERTISEMENT
Para anggota partai SR menilai bahwa revolusi yang terjadi di wilayahnya telah berubah menjadi mimpi buruk. Hal itu terjadi karena polisi rahasia Bolshevik, The Cheka, melakukan serangkaian teror mengerikan bagi siapapun yang melanggar peraturan pemerintah. Partai SR tengah bersiap untuk melakukan serangan balik terhadap pemerintah Bolshevik dan mengambil alih kekuasaan.
Pada 30 Agustur 1918, salah satu pemimpin The Cheka di Petograd bernama Moisei Uritsky, berhasil dibunuh oleh Leonid Kanegiser, seorang anggota partai SR. Pada hari yang sama, Lenin berencana mengunjungi sebuah pabrik di pinggiran kota Moskow. Ia akan melakukan pidato di depan para pekerja pabrik tersebut. Akibat peristiwa pembunuhan itu, Lenin sempat akan membatalkan kunjungannya ke pabrik. Namun ia memutuskan untuk tetap melakukan pidatonya di depan para pekerja pabrik.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai berpidato dan meninggalkan gedung untuk menuju mobilnya, Lenin melewati sekumpulan massa yang berteriak memanggil namanya. Mereka, mayoritas perempuan, ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Lenin. Akhirnya ia berhenti dan menoleh untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika sedang berbincang, tiba-tiba muncul seorang perempuan mendorong kerumunan itu dan menarik sebuah revolver dari dalam tasnya.
Perempuan itu langsung menembakkan senjatanya ke arah Lenin sebanyak tiga kali. Lenin terkena dua tembakan, dan jatuh tersungkur dengan bersimbah darah. Lenin segera dibawa menuju Kremlin untuk mendapat perawatan dari dokter, yang diketahui harus pro terhadap pemerintahan Bolshevik. Satu peluru bersarang di lehernya, sementara peluru lain berada di paru-parunya. Dokter kemudian memutuskan untuk mengeluarkan peluru dari tubuh Lenin, walau dengan resiko yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, para pengawal Lenin berhasil menangkap tersangka penembakan, yang diketahui bernama Fanya Efimovna Kaplan. Tersangka berterus terang kepada para penyidik bahwa ia memang berusaha untuk membunuh Lenin karena menganggapnya sebagai pengkhianat gerakan revolusi. Setelah melakukan serangkaian penyelidikan, pada malam tanggal 3 September 1918, Kaplan ditembak oleh Komandan Pengawal Kremlin, Pavel Malkov.
Malkov mendapat perintah untuk memastikan sisa-sisa tubuh Kaplan dilenyapkan. Kaplan adalah satu dari sekian banyak orang yang kehilangan nyama akibat melakukan usaha pemberontakan pada pemerintahan Lenin. Setelah itu, The Cheka mulau melakukan “Teror Merah” terhadap anggota Partai Revolusioner Sosialis dan musuh-musuh pemerintahan lainnya. The Cheka mengeksekusi para pemberontak itu tanpa melalui proses hukum yang jelas. Kondisi Lenin yang semakin membaik membuatnya kembali berkuasa. Lenin berhasil membentuk sistem komunis yang bertahan kurang lebih selama 70 tahun.
ADVERTISEMENT
Sumber: Ballack, Luger. 2007. Kisah Tragis 28 Penguasa. Jakarta: Visimedia
Foto: commons.wikimedia.org