Kemunculan Detektif Fiktif Paling Abadi dalam Kesusastraan Inggris

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
19 November 2018 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam novel A Study in Scarlet, Sir Arthur Conan Doyle memperkenalkan sosok seorang detektif bernama Sherlock Holmes untuk pertama kalinya. Detektif fiktif itu telah menjadi salah satu karakter paling abadi dalam kesusastraan Inggris, yang masih terasa hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Lahir di Skotlandia pada 1859, Arthur Conan Doyle mulai menulis untuk membiayai kuliahnya di jurusan kedokteran, Universitas Edinburgh. Setelah lulus, ia menjadi seorang ahli kacamata, sambil tetap menulis beberapa buku. Di tengah-tengah kesibukannya itulah, ia berhasil menciptakan karakter Sherlock Holmes, yang terinspirasi dari salah seorang guru besar tempat ia belajar dulu.
Novel yang diterbitkan pada tahun 1887 itu mendapat respon yang baik di masyarakat, dan segera menjadi sangat populer. Para pembaca terpikat oleh kehebatan Holmes dalam memecahkan kasusnya dengan mengambil kesimpulan yang deduktif, serta penampilannya yang eksentrik.
Bahkan, beberapa kebiasaan Holmes--bermain biola, bermain anggar, mengisap pipa Meerschaum, dan menggunakan topi--menjadi tren yang banyak diikuti oleh masyarakat Inggris.
Sherlock Holmes Museum (Foto: Flickr/Now)
Kecerdikan dan kepintaran sosok Sherlock Holmes yang mampu menggunakan beberapa petunjuk, yang pada dasarnya mustahil dikenali, dalam memecahkan kasus-kasusnya sangat dinikmati oleh para pembacanya.
ADVERTISEMENT
Holmes adalah karakter sempurna yang diciptakan oleh Arthur Conan Doyle, kemampuan fisik, kepintaran, kecerdikan, dan berbagai keterampilan lainnya, telah membuat Holmes dipuja layaknya karakter di dunia nyata.
Dalam A Study in Scarlet juga, Arthur Conan Doyle memperkenalkan sahabat Holmes, Dr. Watson, dan tandingannya, Profesor Moriarty, seorang pakar kriminolog. Dr. Watson diceritakan menjadi asisten sang detektif, yang melengkapi keberadaan Holmes dalam memecahkan kasus-kasusnya. Dr. Watson digambarkan sangat mengagumi sosok Holmes, dan selalu siap memberikan bantuan kepadanya.
Dengan penerbitan A Study in Scarlet, Arthur Conan Doyle ikut memopulerkan bentuk paling awal dari ragam cerita detektif, yaitu fiksi misteri. Setelah Sherlock Homles, mulai bermunculan karakter-karakter detektif lain yang meramaikan ragam karya sastra tersebut.
ADVERTISEMENT
Tokoh Sherlock Holmes masih tetap abadi hingga saat ini. Para penggemarnya terus memunculkan sosoknya agar tetap bertahan melalui klub-klub pengikut sang detektif, termasuk Baker Street Irregulars di New York dan Sherlock Holmes Society di London.
***
Sumber: Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma
Foto: Wikimedia Commons