Pembangunan 'Kerajaan Tengah' yang Gagal oleh Keluarga Burgundy

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2018 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keluarga Burgundy memerintah dalam waktu yang sangat singkat atas suatu wilayah yang mestinya bisa menjadi pemerintahan bentuk baru, bernama “Kerajaan Tengah”, yang letaknya berada di bagian barat Eropa, antara Prancis dan Kekaisaran Romawi.
ADVERTISEMENT
Cikal bakal berdirinya keluarga Burgundy dimulai ketika Robert, putra kedua Raja Robert II dari Prancis, dianugerahi gelar Duke of Burgundy. Terlihat bahwa keluarga Burgundy adalah keluarga terhormat, keturunan penguasa Prancis.
Keluarga Burgundy berkuasa atas sebuah wilayah pertanian yang kaya di sebelah timur Prancis, yang berpusat di sekitar Dijon. Keberadaan keluarga itu cukup penting bagi keseimbangan kerajaan Prancis. Namun pada tahun 1361, pewaris terakhir takhta keluarga Burgundy meninggal dunia. Untuk menjaga keutuhan keluarga Burgundy, Philip, putra ke-4 Raja John II dari Prancis diperintahkan untuk memipin keluarga itu.
Philip, dikenal juga sebagai “Philip si Pemberani”, memerintah Burgundy antara tahun 1364 sampai 1404. Selama masa kepemimpinan Philip, Prancis sedang berperang dengan Inggris. Philip memiliki peran sangat besar untuk mengendalikan “jalur tengah” demi kepentingan kerajaan Prancis, tetapi ada kalanya ia memilih untuk berpihak kepada kerajaan Inggris.
ADVERTISEMENT
Oleh sebagian pihak, keputusan keluarga Burgundy untuk berada di dua sisi tersebut dianggap sebagai pengkhianatan. Namun walau demikian, keluarga Burgundy memiliki kekuatan yang sangat baik, sehingga baik Inggris maupun Prancis berebut perhatian Burgundy semasa Perang Seratus Tahun.
Sebuah peristiwa menghancurkan hubungan baik Burgundy dengan kerajaan Prancis. Dalam sebuah periode genjatan senjata, Duke John dari Burgundy, dibunuh oleh para pengikut raja-raja Valois dalam sebuah pertemuan damai. Sejak saat itu, keluarga Burgundy bersumpah akan membalas dendam pada kerajaan Prancis.
Duke Philip, memerintah antara tahun 1419-1467, berkuasa ketika keluarga Burgundy sedang dalam masa keemasannya. Pemerintahannya mampu menyaingi Inggris dan Prancis dari segi militer, dan kekayaannya. Keluarga Burgundy pun semakin berhasrat untuk menciptakan sebuah kerajaan baru, yang terpisah dari Prancis.
Ilustrasi bangunan dari zaman Romawi (Foto: Ángel M. Felicísimo/Wikimedia Commons)
Dengan melakukan hubungan baik, melalui pernikahan bangsawan, dengan penguasa-penguasa lain, Philip memperoleh jauh lebih banyak wilayah kekuasaan dibandingkan para pendahulunya. Philip menjadi seorang “liege lord” –penguasa feodal yang berhak mendapat kesetiaan dan pengabdian– di wilayah Flanders, Brabant, Hainut, Luxemburg, Limburg, Gelderland, Zeeland, Belanda, Artois, dan sebagian Picardy.
ADVERTISEMENT
Semasa pemerintahan Philip, wilayah Dijon menjadi pusat kesenian yang banyak dikunjungi seniman-seniman Eropa. Para pelukis itu berkeliling di sekitar wilayah Dijon untuk menetap di lembah-lembah subur yang sangat indah di Burgundy. Daerah lainnya, Bruges dan Brussel, juga berkembang sebagai pusat seni lukis dan musik di Eropa.
Maka tidak berlebihan jika menyebut bahwa masa itu sebagai puncak dari “Renaisans Burgundy” di daratan Eropa. Banyak bukti-bukti kesenian Abad Pertengahan yang dihasilkan oleh seniman-seniman masa pemerintahan Philip di Burgundy, yang dikenal baik hingga saat ini.
Sepeninggalan Duke Philip, keluarga Burgundy dipimpin oleh Duke Charles, yang memerintah tahun 1467-1477. Ia segera harus berhadapan dengan kekuatan Prancis yang lebih besar dari sebelumnya, terutama setelah berhasil keluar sebagai pemenang perang. Raja Louis XI dari Prancis membuat persekutuan dengan Kaisar Romawi untuk mengincar wilayah Burgundy.
ADVERTISEMENT
Kekalahan demi kekalahan dialami oleh keluarga Burgundy. Hal itu disebabkan oleh ketidaksabaran Charles dalam menghadapi pasukan-pasukan Swiss dalam pertempuran Nancy tahun 1477. Pemerintahan Burgundy yang dipimpin oleh duke berakhir setelah kematian Charles.
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Keluarga yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: commons.wikimedia.org