Pembentukan Miranda Right, Hak Tersangka untuk Tidak Menjawab

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
22 Juli 2020 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Kursi Interogasi. Dok: PixabayTama66
“You have the right to remain silent. Anything you say can and will be used against you in a court of law. You have a right to an attorney. If you cannot afford an attorney, one will be appointed for you.”
ADVERTISEMENT
Kutipan kalimat di atas merupakan kalimat yang biasa didengar ketika pada acara televisi yang menyiarkan tentang penegakkan hukum. Seorang petugas polisi biasanya membacakan kepada tersangka tentang Hak Mirandanya. Setelah menahan tersangka, maka petugas akan mengatakan sesuatu yang mirip dengan kutipan kalimat di atas.
Kata-kata maupun kalimat yang digunakan pada Miranda Right dapat bervariasi. Asalkan inti dari kata-kata yang disampaikan tetap sesuai dan dapat dipahami oleh tersangka. Seperti halnya jika tersangka bukan merupakan orang yang menggunakan bahasa Inggris, maka harus diterjemahkan sampai mereka benar-benar paham.
Miranda Right diciptakan pada tahun 1966. Saat itu, terdapat suatu kasus yang terjadi pada Miranda di Arizona. Mahkamah Agung Amerika Serikat pun menetapkan prinsip bahwa semua tersangka kriminal harus diberitahu tentang hak-hak mereka sebelum dilakukan interogasi. Miranda Right atau yang juga dikenal sebagai Miranda Warning tersebut berfungsi untuk melindungi hak Amandemen Kelima bahwa tersangka dapat menolak menjawab atas pertanyaan yang memberatkan diri sendiri. Berdasarkan kasus tersebut, keberadaan Miranda Right ini akhirnya menjadi dianggap sebagai prosedur standar polisi.
Ilustrasi Interogasi. Dok: Pixabay/Kritchanut
Keberadaan Miranda Right itu bermula pada 2 Maret 1963 ketika ada seorang wanita Phoenix berusia 18 tahun yang mengatakan bahwa ia telah diculik kepada polisi. Selain diculik, ia juga dibawa ke padang pasir dan diperkosa. Berdasarkan pernyataannya tersebut, detektif memberikan pertanyaan dengan melakukan tes poligraf, namun hasilnya tidak meyakinkan. Selanjutnya, pelacakan dilakukan terhadap nomor plat mobil yang menyerupai penyerang gadis tersebut dan hasilnya mengarah ke Ernesto Miranda, seseorang yang sebelumnya pernah tercatat melakukan pengintipan. Meskipun sang korban tidak mengidentifikasi Miranda sebagai kandidat tersangka, polisi tetap membawa Miranda ke tahanan polisi dan melakukan interogasi.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi selanjutnya pada interogasi Miranda masih diperdebatkan tatapi polisi meninggalkan interogasi dengan pengakuan bahwa Miranda mengakui kesalahan tanpa menyadari bahwa ia berhak tidak mengatakan apa pun. Pengakuan yang diutarakan Miranda sangat singkat dan berbeda dalam hal-hal tertentu dengan apa yang disebutkan oleh korban. Meskipun berbeda, pengacara yang ditunjuk Miranda juga tidak memberikan saksi mana pun dalam persidangan berikutnya, sehingga Miranda pun tetap dihukum.
Dok: Wikimedia
Setelah Miranda di penjara di negara bagian Arizona, Serikat Kebebasan Sipil Amerika menerima permohonan darinya dan melakukan klaim bahwa pengakuan yang dibuatnya tersebut merupakan suatu hal yang salah dan karena paksaan. Sebab, meskipun ia telah menulis pengakuannya yang mengatakan bahwa ia sepenuhnya menyadari hak-hak hukumnya, pengacaranya berpendapat bahwa hak-hak tersebut belum diterangkan kepada Miranda secara jelas. Oleh sebab itu pengakuan dari Miranda seharunya tidak dapat diterima. Berdasarkan hal tersebut Mahkamah Agung membatalkan putusan yang diberikannya sebab pengakuan Miranda tersebut tidak dapat digunakan sebagai bukti dalam persidangan pidana.
ADVERTISEMENT
Persidangan ulang pun dilakukan terhadap kasus Miranda yang disebabkan pengakuan Miranda bukan merupakan sebuah bukti. Berdasarkan hal tersebut, Mahkamah Agung mengubah prosedur pidana Amerika Serikat. Meskipun demikian, tidak akan ada perubahan yang berarti untuk Miranda terhadap hal tersebut. Hal tersebut dipicu dengan datangnya mantan pacarnya, Twila Hoffman yang menawarkan kesaksian terhadapnya. Hoffman mengungkapkan bahwa Miranda telah bercerita tentang kejahatannya ketika dia berada di penjara. Oleh sebab itu, meskipun masih tidak ada bukti konkret, Miranda akhirnya dinyatakan bersalah dan dipenjara selama 20-30 tahun.
Sebagai akibat dari kasus terhadap Miranda, setiap orang di Amerika yang menjadi tersangka harus diberi tahu tentang haknya hingga benar-benar memahami.
Dok: Office for Victims of Crime - An official website of the United States government, Department of Justice
sumber:
ADVERTISEMENT