Penggunaan Pertama Pelacakan Sidik Jari pada Kasus Pembunuhan di Inggris

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
27 Maret 2020 10:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pelacakan Sidik Jari. Dok: Pixabay/bluebudgie
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pelacakan Sidik Jari. Dok: Pixabay/bluebudgie
ADVERTISEMENT
Penggunaan sidik jari pada kasus-kasus kriminal seperti pembunuhan telah biasa digunakan. Sidik jari ini digunakan untuk identifikasi siapa pelaku dari aksi tersebut. Di London, Inggris, penggunaan sidik jari pertama kali dalam kasus pembunuhan dimulai pada tahun 1905.
ADVERTISEMENT
Kejadian pembunuhan itu terjadi pada seseorang bernama Thomas Farrow yang berusia 71 tahun. Farrow merupakan seseorang yang memiliki bisnis Chapman's Oil and Color Shop yang ia kelola, dan ditemukan tewas di toko tempat ia menjalankan bisnisnya.
Aksi pembunuhan yang terjadi pada Farrow tersebut dilakukan oleh dua orang yang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Alfred dan Albert Stratton. Menggunakan bantuan ilmu forensik serta penggunaan sidik jari untuk melacak, polisi berhasil meringkus dua pembunuh Farrow tersebut.
Barang bukti yang dimiliki oleh polisi berupa sebuah kotak uang kosong dengan sidik jari berdarah. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif dari pembunuhan yang dilakukan adalah perampokan.
Ilustrasi Darah Pembunuhan. Dok: Pixabay/MIH83
Aksi pembunuhan yang dilakukan pada 27 Maret 1905 itu terungkap satu jam setelahnya saat asisten dari Farrow, William Jones datang untuk bekerja dan mendapati bahwa pintu terkunci. Ia kemudian mendatangi salah satu perusahaan Chapman dan kembali ke lokasi dengan seorang asisten.
ADVERTISEMENT
Bersama-sama mereka masuk ke dalam toko melalui pintu belakang. Mayat dari Farrow pun ditemukan. Mereka melaporkan ke pihak berwenang.
Setelah pihak berwenang datang, mereka menuju ke lantai dua rumah tersebut dan ditemui juga istri Farrow, Ann.
Ann, ditemukan dalam kondisi luka parah, akan tetapi masih dapat bernafas. Oleh karen itu, ia segera dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan medis. Keterlambatan penanganan Ann ini mengakibatkan beberapa hari kemudian ia meninggal. Atas kematian Ann, maka tidak ditemukan saksi mata maupun senjata yang dapat menjadi barang bukti pembunuhan tersebut.
Selain mendapatkan kotak uang yang terdapat darah sidik jari, polisi juga mendapatkan keterangan dari dua orang yang mengaku melihat dua orang laki-laki meninggalkan toko Farrow sekitar pukul 07.15 pagi itu. Saksi ketiga justru dapat mengidentifikasi Alfred Stratton adalah orang yang berada di daerah itu pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Penelusuran terus dicari oleh polisi, mulai dari keterangan saksi hingga keterangan oleh pacar Alfred tentang kepemilikan pakaian Alfred yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh saksi. Para saksi juga tidak dapat memastikan bahwa Stratton bersaudara memang orang yang meninggalkan toko Farrow. Oleh karena itu, kasus pembunuhan tersebut perlu dibangun berdasarkan bukti yang dimiliki secara langsung.
Ilustrasi Pelacakan Sidik Jari. Dok: Freepik/ungvar
Baru sekitar empat tahun di Skotlandia Yard, penemuan tentang betapa kuatnya sidik jari dapat digunakan untuk mengungkap kasus kriminal yang sesuai. Oleh karena itu, apa yang dilakukan untuk menelusuri kasus Farrow ini difokuskan pada analisis sidik jari. Dengan adanya penelusuran dan analisis sidik jari tersebut tersangka tidak sadar bahwa sidik jari yang mereka tinggalkan dapat dimanfaatkan oleh para petugas untuk menemukan mereka. Hal tersebut dikarenakan metode pelacakan menggunakan sidik jari terbilang masih baru.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, sidik jari yang dimanfaatkan dalam kasus pembunuhan ini cocok dengan sidik jari dari Alfred dan Albert. Mereka berdua akhirnya dieksekusi pada bulan yang sama di HMP Wandsworth di London Selatan.
Sumber: