Wabah Penyakit Tidur Afrika yang Hampir Menghancurkan Eropa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
7 November 2018 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah, penyakit tidur (sleeping sickness) telah ada di Afrika selama berabad-abad, menyerang banyak penduduk di sana. Catatan pertama mengenai hal itu dibuat oleh Khaldun, seorang penjelajah Arab pada abad ke-14 M. Khaldun mencatat bahwa salah sorang kepala suku di wilayah Afrika menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tertidur, kemudian meninggal dua tahun setelahnya.
ADVERTISEMENT
Seperti korban penyakit tidur lainnya, kepala suku itu meninggal karena kelaparan akibat kelesuan hebat dan tidak berfungsinya beberapa organ. Diketahui bahwa penyakit tidur itu menekan nafsu makan penderitanya, sehingga keinginan untuk mengisi tenaga pun hampir tidak ada. Selain itu, penyakit ini juga merusak susunan saraf pusat secara perlahan selama bertahun-tahun, yang sering mengakibatkan kematian.
Penyakit tidur itu tidak menjadi permasalahan utama di Eropa sampai tahun 1800-an, karena penyebarannya terisolasi di daerah selatan Gurun Sahara. Akan tetapi, meningkatnya penjelajahan bangsa Eropa ke Afrika membuat penyakit itu mulai berkembang pesat di Eropa.
Pada 1902, pemerintah Inggris mengirimkan sekelompok ilmuwan untuk mempelajari penyakit tidur tersebut. Dokter ahli penyakit tropis dari Italia, Aldo Castellani (1874-1971), melakukan autopsi pada sejumlah korban. Hasilnya, pada sebagian otak korban ia menemukan adanya parasit yang tidak dikenal.
ADVERTISEMENT
Ketika dokter Inggris, Sir David Bruce (1855-1931) bergabung dengan kelompok ini, ia dan Castellani melakukan perbandingan hasil penemuan untuk mendapat kesimpulan yang lebih akurat. Bruce sebelumnya telah mempelajari penyakit Nagana yang menyerang sapi. Ia menemukan bahwa Nagana disebabkan oleh parasit “Trypanosoma”, yang ditularkan melalui gigitan lalat Tsetse.
Foto: commons.wikimedia.org
Kedua ilmuwan itu berhasil menemukan bahwa kasus-kasus yang mereka tangani saling berkaitan erat, yaitu parasit. Namun walau telah menemukan penyebab penyakit tidur itu, mereka masih harus mencari cara untuk menghindari terjadinya infeksi.
Untuk sedikit mencegah penyebarannya, Bruce membuat peta daerah yang banyak dijumpai lalat Tsetse, dan menyarankan para penjelajah untuk mengindari daerah tersebut.
Pada 1920-an, perusahaan obat Jerman, Bayer, memperkenalkan zat Arsenik, yang menjadi pengobatan efektif untuk membunuh parasit. Zat Arsenik bersifat sangat toksik, dan diperlukan hitungan secara tepat agar dapat membunuh parasit tanpa membahayakan penderitanya.
ADVERTISEMENT
Penyakit parasit ada lebih dari 100 jenis, banyak di antaranya yang telah dipelajari dan dicatat oleh para ilmuwan sejak zaman kuno. Parasit dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu protozoa, hemintiasis, dan artropoda. Penyebarannya memang membahayakan manusia, tetapi dapat diatasi dengan banyak cara, termasuk penggunaan obat.
Sumber: DeJauregui, Ruth. 2008. 100 Kejadian Penting Medis yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma