Periode Perang Salib VII, Kemenangan Telak Pasukan Muslim

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
10 Mei 2018 8:50 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang Salib VII terjadi pada 1248 hingga 1254, masih dengan tujuan dan semangat yang sama dengan periode Perang Salib sebelumnya, yaitu membebaskan seluruh wilayah Jerusalem dari tangan pasukan Muslim. Periode Perang Salib kali ini, pasukan Eropa dipimpin oleh Louis IX dari Prancis.
ADVERTISEMENT
Wilayah Jerusalem, pada periode Perang Salib VI, berhasil direbut dari pasukan Muslim oleh pasukan salib Eropa pimpinan Friedrich II. Sebagian besar wilayah Jerusalem berhasil diamankan ketika itu oleh pasukan Eropa. Kekuasaan pasukan Eropa atas wilayah Jerusalem tersebut kurang lebih bertahan selama 15 tahun hingga akhirnya dapat direbut kembali oleh pasukan Muslim.
Perebutan kembali wilayah Jerusalem oleh pasukan Muslim itu terjadi pada 1244 ketika bangsa Khwarezmia baru saja terusir dari wilayahnya akibat dari invasi bangsa Mongol. Mereka yang tidak memiliki wilayah kekuasaan kemudian berusaha untuk merebut Jerusalem dengan bantuan kaum Mamluk Mesir. Jatuhnya wilayah Jerusalem dari tangan pasukan salib itu memicu seruan baru dari pihak gereja untuk kembali mengobarkan semangat Perang Salib ke seluruh wilayah Eropa.
ADVERTISEMENT
Namun kali ini berbeda dengan periode-periode sebelumnya, banyak kerajaan-kerajaan di Eropa yang kurang antusias menyambut seruan dari gereja tersebut. Bahkan masyarakatnya pun tidak bersemangat dalam menjalankan misi Perang Salib tersebut. Mereka sudah terlampau sering mendengar kabar mengenai pergantian kekuasaan di wilayah Jerusalem sehingga kejadian itu tidak lagi dianggap sebagai peristiwa yang luar biasa.
Kerajaan-kerajaan di Eropa banyak disibukkan dengan kepentingannya masing-masing sehingga tidak memiliki waktu untuk mendengar seruan dari gereja untuk Perang Salib VII ini. Ketika itu kekaisaran Romawi Suci masih berada dalam hubungan yang kurang harmonis dengan gereja akibat dari diturunkannya Friedrich II dari jabatannya sebagai kaisar.
Sedangkan Kaisar Bela IV dari Hongaria tengah disibukkan dengan pembangunan kembali kerajaan yang sebelumnya hancur akibat dari invasi bangsa Mongol pada 1241. Di Inggris pun, Raja Henry III sedang disibukkan dengan konflik lokal yang terjadi di dataran Inggris. Oleh karenanya, hanya Louis IX dari Prancis saja yang bersedia untuk melakukan ekspedisi Perang Salib pada 1245.
ADVERTISEMENT
Pada 1248, pasukan salib yang dipimpin oleh Louis IX melakukan berbagai serangan ke wilayah pasukan Muslim. Namun upaya mereka tidaklah mudah karena kali ini pasukan Muslim dipimpin oleh panglima perang yang sangat tangguh.
Beberapa petinggi pasukan Muslim yang sangat berpengaruh dalam Perang Salib VII di antaranya adalah Sultan Ayyubiah Turansyah dari Mesir, Farisad-Din Aktai pemimpin kaum Mamluk dari Bahri, Baibars al-Bunduqadri, Saifad-Din Al-Qutuz, Izzal-Din Aybak, dan Al Masur Qalawun.
Kehebatan pasukan Muslim pimpinan para petinggi militer itu terbukti dapat membuat pasukan salib Eropa tak berkutik ketika di medan perang. Bahkan pasukan Muslim berhasil menahan Louis IX dan beberapa petinggi pasukan salib pada 6 April 1250 dalam sebuah pertempuran di perairan Mesir.
ADVERTISEMENT
Ditahannya pemimpin pasukan salib membuat mereka tidak dapat berkutik dan memilih untuk melakukan perundingan dengan pasukan Muslim. Akhirnya disepakati pembebasan Louis IX dengan imbalan uang tebusan sebesar 800.000 bezant (sebutan untuk koin emas pada masa abad pertengahan). Setelah berhasil dibebaskan, Louis IX memutuskan untuk menarik mundur pasukannya kembali ke Eropa.
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant Book
Salahuddin setelah Pertempuran Hattin 1187. (Foto: Said Tahsine via Wikimedia Commons.)