news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menelisik Penciptaan Antiseptik

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
1 November 2018 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsep menjaga kebersihan di lingkungan rumah sakit telah diterapkan sejak 1847 oleh Ignaz Semmelweis. Salah satunya dengan melakukan pencucian tangan rutin sebelum mulai bekerja. Meski demikian, ia tidak dapat meyakinkan banyak rumah sakit mengenai pentingnya menciptakan kondisi steril di lingkungan yang rawan penyebaran penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Teori Semmelweis baru terbukti pada 1865, setelah Joseph Jackson Lister, seorang ahli bedah Inggris, mempelajari lebih dalam mengenai sterilisasi. Awalnya, Lister membaca teori Louis Pasteur mengenai kuman, dan ia mengetahui bahwa kuman adalah penyebab sebuah luka mengalami infeksi.
Joseph Lister selalu melakukan operasi secara hati-hati, baik besar maupun kecil, dengan memperhatikan kebersihan peralatan operasi dan seluruh bagian tubuhnya. Tetapi meski telah melakukan hal itu, banyak pasien Lister yang akhirnya meninggal karena keracunan darah akibat infeksi pada luka bekas operasi.
Joseph Lister (Foto: wikipedia)
Lister lalu menyelidiki masalah tersebut untuk memperbaiki proses operasi yang dilakukannya. Ia menyadari bahwa ketika pasien mengalami patah lengan atau kaki, tanpa luka terbuka, maka infeksi tidak akan terjadi. Sebaliknya, ketika pasien mengalami luka terbuka, maka dapat dipastikan bahwa akan terjadi infeksi.
ADVERTISEMENT
Sebelum Lister menyadari adanya peran kuman di dalam luka yang terinfeksi, proses bernanah, dan suhu tinggi yang dialami pasien dipercaya akibat pengaruh cuaca, atau suhu di udara.
Percobaan pertama Lister untuk membuat antiseptiknya dilakukan pada 12 Agustus 1865 terhadap seorang laki-laki dengan fraktur multiple, di mana tulang yang patah terlihat melalui kulit yang terbuka. Lister lalu melakukan sterilisasi luka dengan memakai asam karbol (fenol). Didapati bahwa pasien yang dikiranya akan meninggal, ternyata berhasil sembuh.
Setelah itu Lister tidak hanya memberikan asam karbol pada luka di tubuh pasien, tetapi juga mencuci semua peralatan operasi dan tangannya menggunakan antiseptik temuannya itu. Demi meyakinkan dirinya, Lister bahkan menyemprotkan asam karbol di udara untuk membunuh kuman.
ADVERTISEMENT
Joseph Lister mulai menggunakan antiseptik saat melakukan operasi untuk mencegah terjadinya infeksi. Penemuannya itu berhasil menekan angka kematian pasien pasca operasi. Laporan mengenai temuan Lister menyebar dengan sangat cepat, sehingga banyak ahli beda yang datang kepadanya untuk mempelajari antiseptik dan proses sterilisasi.
Penelitian demi penelitian terus dilakukan pada proses sterilisasi yang akhirnya mengantarkan para dokter pada kesimpulan bahwa kuman tidak hanya berasal dari udara, tetapi juga sumber-sumber lain seperti kotoran pada luka, peralatan yang tidak bersih, tangan dokter bedah, dan instrumen lainnya.
Akhirnya pada 1886, perusahaan Amerika, Johnson & Johnson, memperkenalkan pembalut steril siap pakai untuk pertama kalinya. Robert Wood Johnson pernah mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Lister pada 1876, kemudian ia mulai mengembangkan pembalut steril, yang ditutup dalam kemasan tertutup untuk menjaga kondisinya tetap baik.
ADVERTISEMENT
Pengembangan antiseptik terus dilakukan, kemudian para dokter menemukan antiseptik yang lebih baik dari asam karbol karena tidak membakar kulit pasien. Antiseptik temuan baru itu dibuat dari isopropyl alkohol, yang terdiri dari klor dan yodium, serta perak nitrat, yang digunakan untuk melindungi mata bayi yang baru lahir terhadap infeksi gonore.
Sumber: Dejauregui, Ruth. 2008. 100 Kejadian Penting Medis yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: commons.wikimedia.org