Porta Nigra, Gerbang Romawi Terbesar yang Masih Berdiri

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
19 Juni 2020 8:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Porta Nigra, Gerbang Romawi Terbesar yang Masih Berdiri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika kita menelisik peninggalan Romawi di masa kini, terdapat sebuah bangunan berbentuk gerbang yang hingga kini masih berdiri kokoh. Bangunan tersebut adalah Porta Nigra atau "gerbang hitam". Tidak ada tempat lain di utara Pegunungan Alpen yang dapat menyerupai secara alami era Romawi yang lebih otentik daripada di Trier. Hal tersebut disebabkan oleh keberadaan pusat Antiquity di Jerman yang terletak di Tier. Kota ini dulunya salah satu pusat kota terbesar di Kekaisaran Romawi. Sebagai pusat perdagangan dan administrasi yang berkembang. Selain itu, kota ini juga menjadi tempat tinggal para kaisar di bagian barat Kekaisaran Romawi pada Zaman Akhir.
Lantai dua Porta Nigra. Dok: Wikimedia/Chris 73
Porta Nigra merupakan sebuah bangunan terkenal di Trier. Terbuat dari blok batu pasir besar yang beratnya mencapai 6 ton yang dijadikan satu dengan klem besi. Bangsa Romawi membangunnya masa pemerintahan Marcus Aurelius (161-1180). Secara dendrochronologis, bangunan ini bertanggal tahun 170 M.
ADVERTISEMENT
Porta Nigra menjadi gerbang kota Romawi di utara Pegunungan Alpen yang paling terpelihara. Bangunan ini juga masuk dalam Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO. Gerbang kota dibangun pada sekitar 170 M menggunakan sekitar 7200 blok batu, dan telah dipertahankan hingga hari ini berkat konstruksinya yang kokoh.
Dok: Wikimedia/Dietmar Rabich
Berakhirnya Kekaisaran Romawi dan waktu yang terus berubah, membuat gerbang kota digunakan untuk berbagai tujuan. Seperti pada abad ke-11, Porta Nigra pernah berfungsi sebagai tempat tinggal bagi Santo Simeon. Ia hidup sebagai seorang pertapa. Selanjutnya saat Santo Simoen meninggal, gerbang kota diubah menjadi gereja. Hal tersebutlah yang menjadi alasan lain bangunan ini tetap bertahan.
Langkah-langkah untuk merenovasi serta pemeliharaan dilakukan pada abad-abad. Pada 1803, di bawah pemerintahan Napoleon, gereja tersebut dibubarkan. Napoleon memerintahkan untuk mengembalikan desain kuno dari bangunan tersebut. Hingga saat ini pun, juga terus dilakukan langkah-langkah untuk merenovasi serta melestarikan keberadaan Porta Nigra.
St Josef Stift dan Porta Nigra dan Museum Kota Simeonstift, Trier, Rhineland-Palatinate, Jerman (2015). Dok: Wikimedia
sumber:
ADVERTISEMENT