Semangat Keadilan Bernegara melalui Karya Agung Cicero

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
12 November 2018 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika para pendiri Amerika sedang mengupayakan kemerdekaan bagi negerinya dari tangan Inggris pada 1776, mereka mendapat inspirasi perjuangan dari buku On the Republic karya Marcus Tullius Cicero, seorang negarawan dan orator besar Romawi, yang hidup pada hari-hari terakhir Republik Romawi.
ADVERTISEMENT
Dalam Deklarasi Kemerdekaan, Thomas Jefferson berkata, “Kita menerima segala kebenaran yang akan terbukti bahwa semua manusia diciptakan setara." Hal itu sama seperti yang diungkapkan oleh Scipio, tokoh utama yang diperkenalkan Cicero dalam On the Republic. Ia berkata, “Kesetaraan hak harus memberi nafkah bagi semua warga negara dari pemerintahan yang sama…"
Cicero menulis On the Republic di sebuah gulungan daun lontar, yang ditulisnya pada 51 Sebelum Masehi (SM). Dalam bukunya tersebut, Cicero menggambarkan bentuk pemerintahan yang ideal. Ia pun menunjukkan bahwa Republik Romawi telah mencapai kondisi yang sempurna sebagai sebuah pemerintahan. Di dalamnya bergabung berbagai elemen pemerintahan; monarki, aristokrasi, dan demokrasi, dengan porsi yang seimbang dan tepat.
Cicero menulis bahwa kesempurnaan itu dapat dihancurkan oleh karena kemerosotan moral aristokrasi. Hal itulah yang terjadi ketika ia mulai menyebarkan bukunya tersebut. Kemerosotan seperti itu dapat mengantarkan pada terbentuknya sebuah tirani di dalam pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Cicero menyebut bahwa persatuan di masyarakat harus diatur oleh satu hukum yang adil, dan siapapun yang mengabaikannya harus dijatuhi hukum yang tepat dan sesuai. Bagi Cicero, suatu pemerintahan yang gagal melindungi rakyat dan harta benda, berhak untuk digulingkan oleh warga negaranya, dan membentuk suatu pemerintahan baru yang lebih ideal.
Thomas Jefferson mengatakan hal yang serupa dengan ungkapan Cicero tersebut. Jefferson sama-sama meyakini bahwa ketika hak warga negara dilecehkan oleh orang lain maka menjadi sebuah kewajiban untuk mereka melakukan perlawanan. Sebagai salah satu pendiri Amerika Serikat, Jefferson benar-benar menjadikan On the Republic sebagai dasar pemikirannya.
ADVERTISEMENT
Sejak usia 20-an, Cicero dikenal sebagai seorang pengacara yang membela warga negara melawan ketidakadilan. Ia mempelajari filsafat, kesusastraan, dan ilmu hukum untuk membantu membangun pola pikirnya. Cicero berbicara lantang di depan para pemimpin Romawi yang tidak adil.
Setelah kematian Julius Caesar di Senat Romawi pada 45 SM, Cicero membacakan pidatonya yang sangat terkenal, Phillipics. Isi pidatonya itu mencaci Marc Antony karena menghasut para pemimpin Romawi lain, sehingga terjadi perang saudara di sana.
Berbagai aksi penentangannya terhadap pemerintahan Romawi membuat Cicero terpaksa harus melarikan diri ke Yunani. Namun, di sana ia ditangkap dan dibunuh oleh pasukan Romawi. Kepala dan tangannya dipakukan pada mimbar Senat di Roma, dan menjadi peringatan mengeringkan bagi siapapun yang ingin mengkritik mereka yang memegang kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Cicero mengungkapkan seluruh pemikirannya mengenai pemerintahan yang ideal, dan keadilan bagi warga negara di dalam On the Republic. Berbagai ungkapan yang berapi-api di dalam karyanya, mampu menyulut terjadinya Perang Kemerdekaan Amerika, dan Revolusi Prancis. Bahkan 2000 tahun setelah kematiannya, karya agung Cicero tersebut masih mampu menggolakan semangat republik-republik yang demokratis di seluruh dunia.
***
Sumber: Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: Wikimedia Commons