Sepulangnya Tan Malaka

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
28 September 2017 21:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“....tiba-tiba saya sudah berada dalam semangat dan paham yang lazim dinamai revolusioner”.
ADVERTISEMENT
(Tan Malaka)
Selain karena keadaan ekonomi keluarga, Tan juga dikenal sebagai seorang murid yang cerdas. Keberangkatannya ke Belanda pada 1913 adalah untuk belajar selama 2-3 tahun. Janjinya pada keluarga. Namun kenyataannya ia tinggal di Belanda selama 6 tahun dan baru pulang ke Indonesia pada tahun 1919. Di Belanda inilah, Tan mulai mengalami persentuhan dengan pemikiran revolusioner. Dia mengupas semboyan Revolusi Perancis, Liberte, Egalite, Fraternite, membaca buku-buku Marx dan Engels, Karl Kautsky, dan memerhatikan perkembangan Revolusi Oktober 1917 di Rusia (Fakih 2015: 28-29). Singkatnya, secara tidak sadar, dia mengakui telah memiliki semangat revolusioner. Setelah ‘bersemedi’ selama 6 tahun di Belanda, Tan pulang ke Indonesia pada 1919 dengan menaiki kapal dari dermaga Amsterdam.
ADVERTISEMENT
November 1919 Tan tiba di kampung halamannya, Sumatera Barat. Namun tak lama kemudian yakni pada Desember 1919 Tan tiba di Deli, Sumatera Utara. Tepatnya di perkebunan teh Sanembah, Tanjung Morawa. Januari 1920 Tan mulai mengajar anak-anak kuli kontrak disana. Dia mengajarkan bahasa Melayu. Pengajaran yang diberikannya sering dikritik para pembesar Belanda. Karena mereka berpikir seharusnya Tan memberikan pengajaran tentang cara mencangkul dan bekerja, bukan yang lainnya (Fakih 2015: 31).
Di Deli inilah Tan Malaka menyaksikan betapa melaratnya bangsa pribumi saudaranya. Sedangkan tuan-tuan Belanda menikmati keuntungan yang sangat besar dari perkebunan teh di Deli ini. Tan sampai pada suatu simpulan sikap, ‘Janganlah sekali-kali Belanda dikasih hati’. Sejak saat itu Tan memfokuskan perjuangannya melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini dengan mengajar anak para kuli kontrak.
foto : www.boombastis.com/
ADVERTISEMENT