news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sir Richard Burton, Penjelajah Paling Penting Abad ke-19

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2018 21:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sir Richard Burton, yang lahir di Hertfordshire, Inggris, merupakan seorang penjelajah, ahli bahasa, dan pengarang berkebangsaan Inggris yang tulisan-tulisan petualangannya paling banyak di baca. Dengan profesinya sebagai ahli bahasa dan pengarang, membuat buku-buku perjalanan karya Sir Richard Burton sangat lengkap, mudah dipahami, dan imajinatif.
ADVERTISEMENT
Karya-karya Sir Burton memberikan infromasi yang sangat baik bagi dunia Barat, mengenai wilayah-wilayah penting di dunia, terutama daerah Timur, pada abad ke-19.
Setelah bergabung dengan pasukan Inggris yang bertugas di India pada 1842, Sir Burton melakukan berbagai perjalanan di wilayah jajahan tersebut, mulai dari melakukan penjelajahan di bukit Nilgiri, menjalankan tugas di Sindh selama 5 tahun, dan mengumpulkan data-data untuk pembuatan bukunya, “The Unhappy Valley”, yang menceritakan kehidupan orang-orang India di lembah Sungai Indus.
Setelah kembali ke Inggris, Sir Burton segera melakukan persiapan untuk perjelanannya ke Saudi Arabia pada 1853. Di sana, ia menyamar sebagai seorang musafir muslim agar dapat mengunjungi kota Suci Mekkah dan Madinah. Selama perjalanannya di sana, ia menulis sebuah buku berjudul “Narrative of Pilgrimage of El Medina and Mecca”.
ADVERTISEMENT
Pada 1856, ia ikut serta dalam sebuah ekspedisi menemukan sebuah danau di pedalaman Afrika. Sir Burton pun menjadi orang Eropa pertama yang menyaksikan langsung Danau Tanganyika, dan Victoria Nyaza. Eksepdisinya kali ini diabadikan dalam karyanya berjudul, “Lake Regions of Equatorial Africa”.
Sir Richard Burton adalah orang yang tidak senang terhadap aturan, dan prosedur resmi. Secara terus-menerus, ia selalu bertentangan dengan kantor urusan luar negeri, yang seharusnya menjadi jalan pertama bagi upaya penjelajahannya. Akibatnya, Sir Burton tidak pernah mendapatkan jabatan penting, yang sebetulnya layak untuk ia dapatkan berkat jasa-jasanya.
Di antara tempat-tempat yang pernah dikunjunginya, bagi Sir Burton daerah yang paling “eksotis”, dan tidak dapat terlupakan adalah Fernando So, Santos di Brazil, dan Damaskus. Tempat-tempat itu dipilihnya karena keberadaannya yang terpencil dengan budaya non-Eropa yang sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang penulis, pencapaian terbesar yang diraih Sir Burton, yaitu berhasil membuat buku “Thousand Nights and a Night”, yang merupakan karya terjemahan dari buku “The Arabian Nights”.
Tetapi pencapaiannya terbesarnya, baik sebagai penulis, maupun penjelajah berasal dari karya-karya perjalanannya yang didokumentasikan secara baik, dan cerdas, tentang gaya hidup, serta cerita rakyat dari orang-orang yang tinggal di berbagai tempat yang ia kunjungi.
Dalam beberapa perjalanan terakhirnya, Sir Burton selalu ditemani oleh istrinya, Isabel. Saat itu keduanya mencoba untuk mengubah sifat Burton, yang cenderung sulit bersosialisai, tetapi pada akhirnya mereka gagal.
----------------
Sumber: Prescott, Jerome. 2007. 100 Penjelajah yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto: commons.wikimedia.org