Sisi Lain Pelarangan Musik Barat Era Soekarno

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
25 September 2017 21:34 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: newsagency.id
Musik Barat era Soekarno dilarang keras masuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Soekarno yang anti terhadap Barat dan kolonialisme, pada masa kepemimpinannya secara ketat melarang musik populer utamanya yang berbau dan berhubungan dengan Barat masuk ke Indonesia, dengan alasan bahwa masuknya industri musik mereka ke tanah air sama halnya dengan penjajahan model baru dengan terlebih dahulu masuk ke dalam budaya bermusik masyakarat Indonesia.
Selain itu yang terkena imbas langsung dari pelarangan itu adalah grup musik KoesBros (yang kemudian menjadi Koes Bersaudara dan setelah itu berganti menjadi KoesPlus), mereka yang masih ‘ngeyel’ bahkan sempat merasakan dinginnya penjara Glodok selama 3 bulan pada 1965.
Terlepas dari masalah pelarangan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga dampak positif dari pelarangan itu, secara tidak langsung pelarangan ini mendorong munculnya kreatifitas para seniman musik untuk mengubah berbagai lagu daerah ke dalam musik populer.
ADVERTISEMENT
Pada waktu itu berkembang lagu populer dari daerah Minang, Sunda, Betawi, atau Jakarta dan Maluku. Lagu Minang dibawakan oleh penyanyi Nurseha dan Elly Kasim. Lagu sunda dibawakan oleh penyanyi Upit Sarimanah dan diteruskan oleh Lilies Suryani. Lagu Betawi pada mulanya dibawakan oleh Benyamin Sueb. Kemudian muncul lagu pop Maluku yang dibawakan oleh Pattie Bersaudara
Dampak lainnya adalah munculnya lagu-lagu bertema perjuangan. Tema lagu ini berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia ketika merebut Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia.
Meski pelarangan masuknya musik asing di Indonesia kala era Soekarno menajadikan Indonesia dinilai sebagai negara yang mengisolasikan diri, akan tetapi dampak lain dari pelarangan tersebut nyatanya telah membuat masyarakat Indonesia lebih dekat dengan lagu-lagu nasional, tanpa adanya unsur Barat yang tercampur didalamnya.
ADVERTISEMENT
Sumber : Alkatiri, Zeffry. 2010. Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai: Sisik Melik Jakarta 1970-an. Jakarta: Masup Jakarta