Thomas Hardy dan Kebangkitan Gaya Naturalis dalam Novel

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
6 Februari 2019 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novelis dan penyair besar Inggris, Thomas Hardy, dilahirkan di Upper Bockhampton, Dorset, pada 1840. Walau pada usia 16 hingga 30-an ia bekerja sebagai arsitek kontrak, yang membawanya pada kehidupan sangat baik, tetapi Hardy tidak menemukan cukup kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Sebagai arsitek, Hardy menghasilkan cukup banyak karya rancangan, namun ia merasa tidak ada sedikitpun gairah di dalamnya. Kegemarannya membaca membuat Hardy mencoba menyiapkan dirinya untuk karier kesusasteraan, yang telah ia mulai sejak berusia belasan tahun.
Sempat menulis beberapa karya puisi, Hardy kembali menemukan ketidakpuasan pada karyanya. Ia pun kemudian mencoba penulisan fiksi, di mana novel pertamanya berisi suatu komentar sosial tentang kehidupan masyarakat, The Poor Man and the Lady.
Setelah menerbitkan Far from the Madding Crowd pada 1874, Hardy merasa yakin telah menemukan jalan hidupnya dan meninggalkan karier arsitekturnya. Selama 21 tahun berikutnya, Hardy mengabdikan dirinya untuk rangkaian novel yang dikenal sebagai 'Wessex Novel' –mengacu pada pengaturan di dalam wilayah pada zaman Raja Alfred.
ADVERTISEMENT
Secara umum novel jenis Wessex ini memandang segala sesuatu secara universal, tidak hanya pemandangan geografis, tetapi juga perilaku manusia. Seperti yang dilakukan oleh Hardy dalam beberapa karyanya, ia menempatkan karakter umum yang biasa ditiru oleh manusia lain.
Thomas Hardy. (Foto: poetryfoundation.org)
Pada 1895, ketika menerbitkan Jude the Obscure, Hardy mendapat banyak kritik keras dari masyarakat karena keterusterangannya akan perilaku seks dan perkawinan. Ia pun lalu memutuskan untuk beralih mempersembahkan dirinya menulis puisi, sesuatu yang sebelumnya ingin ia hindari.
Kali ini Hardy yakin bahwa dengan menulis puisi, masyarakat dapat lebih melihat perbedaan dari isi pikirannya, dan ia merasa lebih mampu berekspresi. Namun walau demikian, Hardy tetap dikenang sebagai novelis dibandingkan penyair karena karya fiksinya lebih banyak diterbitkan.
ADVERTISEMENT
Meski mendapat banyak kritik dan publik selalu menemukan celah-celah kesalahan dari karyanya, sampai tahun-tahun terakhir hidupnya Hardy disebut sebagai 'Kakek Literatur Inggris' karena ia tidak berhenti menghasilkan karya.
Belakangan karya novelnya, seperti Far from the Madding Crowd (1874), The Return of the Native (1878), The Mayor of Casterbridge (1885), Tess D’Urbervilles (1891), dan Jude the Obsecure (1895) mendapat pujian dari kritikus sastra.
Bagi para kritikus, Hardy memiliki kemampuan melukiskan alam sebagai suatu latar simbolis untuk memperdalam karakter tokoh-tokoh yang dibuatnya. Walau bersifat umum, tetapi karakter dan latar yang dibuatnya mampu menyatu menjadi bagian cerita menarik. Sumber: Perkins, Christine N. 2005. 100 Penulis yang Membentuk Sejarah Dunia. Jakarta: Progress
ADVERTISEMENT