news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Vonis Belanda Atas Tragedi Berdarah Rawagede

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
22 Mei 2017 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 2011 lalu pengadilan Den Haag memutuskan bahwa Belanda bertanggung jawab atas pembantaian Rawagede 1947.
ADVERTISEMENT
Tragedi berdarah yang terjadi di Rawagede bermula saat Belanda melancarkan Agresi Militer I. Kampung Rawagede, antara Karawang-Bekasi, ratusan orang terbunuh. Mereka ditembak dengan cara membabi buta, kebanyakan dari mereka ada kaum laki-laki yang ikut berjuang. Tak ayal tragedi berdarah tersebut ternyata selain meninggalkan trauma keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga mebuat janda para korban dan saksi mata peristiwa tersebut bertahun-tahun lamanya menuntut keadilan, dengan tuntutan hukum ke Den Haag.
Pada 14 September 2011 pengadilan Den Haag memvonis Belanda sebagai negara yang bertanggung jawab atas tragedi Rawagede, yang tepatnya terjadi pada 9 Desember 1947. Vonis tersebut menolaj argumen pemerintah Belanda yang berkelit bahwa pembunuhan Rawagede yang berlangsung 70 tahun yang lalu sudah kadaluarsa dan tidak bisa diperkarakan, sehingga mau tidak mau Belanda tetap harus menerima kosekuensi itu.
ADVERTISEMENT
Selain meminta maaf kepada para korban, pihak Belanda juga membayar ganti rugi kepada yaitu sebesar 20 ribu euro yang disampaikan langsung oleh Tjeerd de Zwaan, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Republik Indonesia saat itu.
Meski pada akhirnya Belanda mengaku salah, tetapi pada kenyataannya seperti yang dikatakan Joss Wibisono dalam tulisannya terkait hal ini bahwa sebenarnya Den Haag tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam tapi tetap bisa memohon maaf, dan karena permintaan maaf itu pamor serta gengsi Belanda naik di pentas Internasional, seolah mengikis kejahatan-kejahatan perang Belanda yang lainnya atas Indonesia.
Sumber : Wibisono, Joss. 2012. Saling Silang Idonesia-Eropa: dari Diktator Musik, Hingga Bahasa. Jakarta : Marjin Kiri. foto :mercusuar.uzone.id