Willemstad, Bukti Peradaban Eropa di Karibia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
14 Januari 2019 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 1634, Belanda membangun sebuah pusat perdagangan di pelabuhan alam di kawasan Karibia, di Pulau Curacao. Di tempat itu lalu berdiri sebuah kota bernama Willemstad, yang selama berabad-abad terus berkembang, mulai dari kebudayaan, perekonomian, hingga pemukiman.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa kawasan bersejarah di kota Willemstad yang mencerminkan konsep pemukiman masyarakat Eropa abad Pertengahan. Terdapat tiga gaya pemukiman di kota itu, yaitu gaya Belanda, Spanyol, dan Portugis. Pada masa perdagangan, masyarakat Spanyol dan Portugis membentuk sebuah kelompok sosial di kota tersebut karena mereka menjadi mitra perdagangan terbesar Belanda saat itu.
Willemstad merupakan pusat pelabuhan yang telah memakmurkan wilayah Pulau Curacao. Selain karena aktivitas perdagangannya, pulau itu juga menjadi kawasan industri penyulingan minyak Belanda, Shell, pada 1914.
Kota Willemstad memiliki luas kurang lebih 450 kilometer persegi, dan menjadi ibu kota dari Pulau Curacao, serta pusat pemerintahan Kerajaan Belanda. Daerah Willemstad terbagi menjadi empat bagian kota, yaitu Pietermaii, Scharloo, Punda, dan Otrobanda.
ADVERTISEMENT
Wilayah terbesar dan terkenal dari kota itu adalah Punda dan Otrobanda, yang dipisahkan oleh Teluk St. Anna sebagai pintu masuknya. Punda dibangun tahun 1634, saat Belanda merebut bagian kota itu dari Spanyol. Sementara, Otrobanda baru dibangun sekitar tahun 1707, sehingga menjadi bagian terbaru dari Willemstad, namun telah dinyatakan sebagai pusat budaya kota itu.
Wilayah Punda mewakili sejarah struktur masyarakat pedesaan yang padat di Belanda, dan mencerminkan keaslian dari bentuk kota tersebut sebelum akhirnya menjadi pusat pelabuhan.
Berbeda halnya dengan Otrobanda yang menggambarkan struktur lorong-lorong kota padat dan tata ruang kota baru yang lebih terbuka. Sementara untuk wilayah Pietermaii dan Scharloo menyajikan gambaran tata ruang kota yang bebas, dengan jalan-jalan terbuka sepanjang kota dan rumah-rumah mewah di setiap sisinya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Arsitektur di Willemstad dimulai setelah pengaruh gaya Belanda masuk ke sana sekitar abad ke-16 dan abad ke-17. Pengaruh itu membuat pembangunan di Willemstad lebih banyak meniru struktur kota di negeri Belanda, walau masih banyak mempertahankan gaya yang sudah ada.
Pada abad ke-18, bentuk arsitektur Barok mulai berkembang di kota itu. Pada setiap bangunan terlihat adanya beranda yang luas, dengan lengkungan unik di atasnya. Memasuki abad ke-19, gaya bangunan di empat bagian kota sudah hampir seragam, dengan Otrobanda dan Pitermaii yang menjadi pusatnya.
Pelabuhan Willemstad telah mewakili contoh pusat perdagangan dan administrasi negara kolonial Belanda. Kota ini menggambarkan adanya perpindahan masyarakat dari tradisi klasik Eropa menuju dunia baru. Pengaturan yang baik dari pemerintah Willemstad membuat kota pelabuhan itu mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang mengelilingi kota tersebut. Sehingga para pedagangan dan masyarakat yang tinggal di sana merasa lebih nyaman dan transaksi dapat berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Sumber : Perwito Mulyono, dkk. 2009. World Heritage Nature & Culture Volume 5. Surakarta : Batara Publishing.
Foto : commons.wikimedia.org