
Bicara cinta, maka kita harus mengamini lirik salah satu lagu Agnez Mo, “kadang-kadang tak ada logika.” Cinta memang bisa buta dan jauh dari kata logis. Cinta tak mendengar cibiran dan mengabaikan moral di masyarakat. Dia tak pula memandang usia, status sosial, meski kadang memandang seragam. Siapa pun berhak dan bisa dicintai. Termasuk para pembunuh dan psikopat.
Fenomena Bharada E atau Richard Eliezer Pudihang Lumiu di kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat adalah contoh paling anyar. Di tengah polemik dugaan pembunuhan yang didalangi oknum petinggi Polri, Irjen Ferdy Sambo, ada barisan pemuja Bharada E. Sejumlah perempuan ini rajin hadir di persidangan untuk memberikan dukungan moral kepada salah satu eksekutor pembunuhan terviral tahun ini.
Saya akan menyingkirkan dugaan buzzer atau penggemar bayaran. Fenomena seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Sepanjang sejarah, banyak pembunuh, termasuk pembunuh berantai, yang justru punya fans garis keras. Mereka memuja para pelaku ini sebagai sosok ideal bahkan sempurna sebagai pasangan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten