
Apa yang getir, manis, namun memabukkan? Jika Anda menjawab janji calon presiden, ya nggak salah sih. Tetapi, yang saya maksud adalah minuman keras (miras). Minuman yang dibilang “nektar iblis” ini menjadi fondasi peradaban. Diciptakan di masa berburu dan meramu, dikembangkan pada era kerajaan klasik, ia jadi mesin kapitalis di dunia modern.
Jogja yang romantis juga dibangun di atas fondasi miras. Terlepas dari moralitas, miras ikut menumbuhkan kultur nyeni dan romantis Jogja. Satu fragmen pada sejarah panjangnya bisa dibilang lebih penting dari yang lain: kelahiran miras oplosan.
Sebelum era pemberantasan premanisme pada 1983, kedai miras di Jogja seperti warmindo. Setiap sudut kampung ada penjaja “wedang galak” ini. Warung terang-terangan memajang botol-botol pipih khas miras. Ada Mansion, Topi Miring, Drum, dan merk lainnya. Anda akan mudah melihat orang terkapar di pinggir jalan sambil menunjuk-nunjuk tak karuan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814