'Ini Negara Hukum, Tapi Saya Tak Tahu ke Mana Mencari Keadilan'

5 Agustus 2017 12:40 WIB
Siti Zubaidah. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Siti Zubaidah. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Duka masih menyelimuti hati Siti Zubaidah, istri pria berinisial MA yang tewas dibakar massa di Bekasi. Kini ia harus berjuang sendiri membesarkan putra pertamanya yang masih berusia 4 tahun, dan melahirkan anak keduanya tanpa kehadiran suami.
ADVERTISEMENT
Di mata sang istri, MA adalah sosok pekerja keras yang bertanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga kecil mereka. Siti bercerita, sehari-hari MA mencari nafkah dengan bekerja sebagai penjual barang bekas dan tukang reparasi alat elektronik.
"Kadang- kadang ada orang nyuruh dia (MA) servis kayak alat-alat pengeras suara, alat pengeras suara musik dia perbaiki. Dia itu tulang punggung keluarga kami,"ujarnya kepada kumparan (kumparan.com) di kediamannya, Kampung Jati, Desa Cikarang Kota, Kabupaten Bekasi, Jumat (4/8) malam.
Siti juga mengenang MA sebagai suami yang selalu setia menemaninya untuk berbagi cerita, ringan tangan membantu pekerjaan rumahnya, gemar bercanda, dan rajin mengajak ia dan anaknya salat berjemaah.
Ia mengaku sangat terpukul atas tindakan warga yang menghakimi suaminya hingga tewas karena tuduhan mencuri, padahal menurutnya MA adalah pribadi yang dikenal baik oleh para tetangganya.
ADVERTISEMENT
"Saya rindu sifatnya, dia suka bercanda dengan saya. Sama tetangga sini juga baik, suka bercanda sama ibu-ibu. Dia juga sering ngajak salat saya sama anak. Kalau pulang kerja sore, salat selalu bareng sama anaknya. Itu yang saya rindukan," ucap Siti.
"Kadang kalau saya lagi nyuci, saya kan lagi hamil 6 bulan, pasti digantiin sama dia. Sikapnya selalu begitu, dia sayang banget sama saya dan anak saya," imbuhnya.
Terkait proses hukum yang sedang dilakukan pihak kepolisian terhadap kasus suaminya itu, Siti menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang. Bagi Siti, yang terpenting adalah kebenaran dan keadilan harus ditegakkan.
"Saya nyerahin semua ke kepolisian. Saya kan enggak ngerti masalah hukum gimana. Saya cuman minta keadilan saja buat suami saya, walaupun seumpamanya suami saya terbukti mencuri, tapi kan enggak seharusnya dianiya seperti itu," jelas Siti.
ADVERTISEMENT
Tak ada firasat buruk yang dirasakan Siti di hari kepergian suaminya itu. Sebelum tewas dibakar massa pada Selasa (1/8), kata Siti, MA sempat berpamitan padanya untuk pergi bekerja.
"Enggak ada firasat sih, biasa saja. Dia pamit saja untuk kerja. Cuma waktu itu dia sempat balik lagi ke rumah karena ketinggalan alat kerjanya. Nanyain ke saya alat kerjanya yang ketinggalan. Itu saja yang enggak biasa, soalnya dia biasanya orangnya rapi, sebelum kerja sudah menyiapkan semuanya dengan baik," ucap Siti.
Kepergian MA yang begitu mendadak, diakui Siti membuat dirinya kebingungan soal masa depan anak-anaknya kelak. Hingga kini Siti belum bisa memikirkan rencana ke depan untuk menghidupi kedua anaknya.
"Saya enggak tahu mau gimana lagi ke depannya, saya bingung. Saya enggak punya pikiran kemana-mana," ucap Siti.
ADVERTISEMENT