Jaket Khusus Tunanetra Karya Mahasiswa UNDIP

20 Juli 2017 0:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaket tunanetra karya mahasiswa Undip (Foto: Antara/Zuhdiar Laeis)
zoom-in-whitePerbesar
Jaket tunanetra karya mahasiswa Undip (Foto: Antara/Zuhdiar Laeis)
ADVERTISEMENT
Sekelompok mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, merancang alat bantu untuk para tunanetra dalam bentuk jaket. Jaket yang diberi nama Jetnet itu, dirancang untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017.
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Perancang Jetnet, Teguh Kurniawan, mengatakan cara kerja Jetnet tergolong sederhana, karena mengandalkan peran sensor yang terpasang di beberapa bagian jaket.
Sensor tersebut, kata dia, berfungsi untuk mendeteksi keberadaan objek-objek tertentu di sekitar pengguna jaket. Sinyal suara tersebut diperdengarkan melalui headset, yang mengeluarkan bunyi "awas bawah" dan "awas depan".
"Begitu sensor mendeteksi ada objek, misalnya lubang atau tembok, segera mengirimkan data ke alat bernama Arduino dan mengirimkan sinyal berupa suara," jelas Teguh, dilansir Antara, Rabu (19/7).
Teguh mengatakan setidaknya ada delapan sensor yang dipasang dengan daya jangkau berbeda. Jarak depan dan bawah masing-masing tiga meter, jarak serong kanan dan kiri masing-masing dua meter, serta jarak kanan dan kiri masing-masing 1,5 meter.
Jaket tunanetra karya mahasiswa Undip (Foto: kampusundip.com)
zoom-in-whitePerbesar
Jaket tunanetra karya mahasiswa Undip (Foto: kampusundip.com)
Beranggotakan tiga orang dari jurusan Teknik Elektro yakni Krismon Budiono, Rose Mutiara Suin, dan Yuni Prihatin Ningtyas, Teguh optimistis jaket rancangan mereka dapat menjadi pemenang dalam ajang bergengsi tingkat nasional tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah seorang anggota tim, Krismon, mengatakan perancangan jaket tersebut memerlukan waktu sekitar empat bulan dan telah melalui beberapa kali revisi.
"Awalnya, kami pakai jaket berwarna merah. Namun, kurang rapi dan pendeteksian sensor kurang maksimal. Kami revisi hingga jadi seperti sekarang ini," ujar Krismon.
Biaya yang dikeluarkan untuk riset jaket tersebut, kata Krismom, mencapai Rp 3,1 juta. Namun biaya yang diperlukan untuk memproduksi satu buah jaket, kurang dari Rp 1 juta.
"Tenaganya pakainya satu baterai 12 volt. Bisa di-charging. Sensornya bisa dilepas kalau jaketnya mau dicuci. Jadi, sangat mudah dan aman," jelasnya.
Sementara itu, Aris Triwiyatno, salah satu pengajar Jurusan Teknik Elektro yang menjadi pembimbing tim mahasiswa tersebut, mengapresiasi ide dari keempat anak didiknya itu.
ADVERTISEMENT
"Idenya murni dari mahasiswa. Namanya saja program kreativitas mahasiswa. Mereka ini salah satu dari delapan tim yang dari Fakultas Teknkik yang maju ke PKM 2017," ujar Aris.