Manfaat dan Hambatan Telemedicine Saat Pandemi COVID-19

Prasad Aditya
Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Freelance Copywriter yang berfokus pada konten media sosial.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2023 5:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prasad Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teknologi telemedicine. Sumber:Unsplash/ National Cancer Institute
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teknologi telemedicine. Sumber:Unsplash/ National Cancer Institute
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melindungi diri pada masa pandemi COVID-19 adalah suatu prioritas. Persebaran Virus COVID-19 yang bisa menular melalui tetesan air yang keluar melalui mulut atau hidung penderita ketika bersin, batuk, berbicara, atau bernyanyi membuat seseorang yang berkontak dengan penderita atau berada pada satu ruangan bersama penderita menjadi sangat berisiko untuk tertular Virus COVID-19 (World Health Organisation, 2021).
ADVERTISEMENT
Maka itu, Pemerintah indonesia menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak Agustus 2021 guna mengendalikan persebaran virus dengan cara membatasi mobilisasi masyarakat agar tidak terjadi kontak fisik (Sendari, 2022).
Kontak fisik juga harus dihindari bagi tenaga kesehatan yang bertugas, khususnya dokter dalam melaksanakan konsultasi kesehatan. Salah satu cara untuk menghindari kontak fisik dalam melaksanakan fungsi kesehatan pada masa pandemi adalah dengan menggunakan teknologi telemedicine. \
Teknologi telemedicine sendiri mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi digital untuk berkomunikasi dengan pasien dan kemudian memberikan diagnosa yang dilanjutkan dengan mengirimkan pelayanan kesehatan pada lokasi pasien (Lupton, 2014).
Ilustrasi telekonsultasi online dengan dokter. Foto: Shutter Stock
Pada kondisi pandemi COVID-19, telemedicine diperlukan pada daerah populasi padat yang memiliki risiko penularan tinggi seperti perkotaan (Adnan & Pramaningtyas, 2021). Indonesia sendiri telah mengadopsi teknologi telemedicine sejak tahun 2015 dengan kemunculan aplikasi Halodoc (Ardyles & Ilyas, 2022).
ADVERTISEMENT
Kemunculan pandemi COVID-19 juga menjadi katalis dalam perkembangan telemedicine di indonesia. Walau memberikan manfaat krusial dengan memfasilitasi komunikasi jarak jauh sehingga mengurangi risiko penularan, perkembangan telemedicine di Indonesia juga mengalami hambatan.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa perusahaan penyedia layanan telemedicine dengan perusahaan Halodoc sebagai layanan dengan pengguna paling banyak (Annur, 2022).
Pengguna jasa telemedicine di Indonesia mengalami peningkatan hingga mencapai 44 persen pada periode Oktober 2021 hingga Maret 2022. Peningkatan tersebut diakibatkan terpaparnya pengguna terhadap Virus COVID-19 yang mengharuskan pengguna mengunduh dan menggunakan aplikasi telemedicine guna mendapatkan layanan isolasi mandiri dari pemerintah di mana terdapat distribusi obat gratis melalui layanan telemedicine (Setyowati, 2022).
Ilustrasi telekonsultasi online dengan dokter. Foto: Shutter Stock
Faktor health stress yang meningkat selama pandemi berlangsung juga mendorong peningkatan pengguna aplikasi telemedicine yang memberikan rasa merawat kesehatan diri sendiri melalui fasilitas telemedicine (Hsiao-Han et al, 2021).
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sendiri telah menggandeng 11 penyedia jasa telemedicine untuk mendistribusikan paket obat gratis pada pasien isolasi mandiri (Sari, 2021).
Selain berperan sebagai sarana pendistribusian obat, layanan telemedicine juga berperan untuk mendistribusikan vaksin COVID-19. Pada awal masa vaksinasi berlangsung, Halodoc sebagai penyedia jasa telemedicine menjadi mitra pertama dan satu-satunya pemerintah dalam menyediakan layanan pos vaksinasi drive thru, di mana para peserta vaksin harus mendaftarkan diri melalui aplikasi Halodoc (Widyawati, 2021).
Selain sebagai sarana distribusi obat gratis pagi pasien isolasi mandiri, layanan telemedicine juga memfasilitasi konsultasi rutin non-darurat antara penyedia jasa kesehatan dan pasien yang terpaksa menggunakan layanan kesehatan jarak jauh akibat pandemi COVID-19 (Ardyles & Ilyas, 2022).
Ilustrasi telemedicine gratis. Foto: Shutter Stock
Pinzon et al (2020) mengungkapkan bahwa layanan telemedicine membantu konsultasi pasien penderita penyakit neurologi yang membutuhkan konsultasi jarak jauh selama masa pandemi, mengingat tingkat kerentanan yang tinggi pada pasien dengan penyakit neurologi terhadap bahaya Virus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Hasil survei yang dilakukan juga menunjukkan respons positif dari pasien terhadap cara konsultasi jarak jauh yang baru pertama kali diimplementasikan. Implementasi layanan telemedicine juga terbukti meningkatkan mutu kualitas pelayanan rumah sakit selama masa pandemi COVID-19.
Implementasi layanan telemedicine Halodoc terhadap pelayanan rumah sakit tipe C, tepatnya Rumah Sakit Surya Husada dan RSU Bali Royal yang terletak di Denpasar, terbukti berpengaruh positif pada kepuasan pasien, kepercayaan pasien, dan loyalitas pasien. Implementasi telemedicine juga memiliki pengaruh positif pada mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Putra & Suryanata, 2021).
Selain menyediakan layanan medis jarak jauh, telemedicine juga dipergunakan sebagai sarana edukasi kesehatan selama masa pandemi berlangsung.
Ilustrasi telemedicine gratis. Foto: Shutter Stock
Fathema Djan Rahmat selaku Direktur Utama Pt. Pertamina Bina Medika menyatakan bahwa aplikasi telemedicine memiliki potensi yang besar jika dipergunakan sebagai sarana edukasi vaksinasi Virus COVID-19 mengingat besarnya pengguna telepon pintar di mana pengguna telepon pintar tersebut memiliki akses kepada aplikasi telemedicine itu sendiri (CNBC Indonesia, 2020).
ADVERTISEMENT
Walau memiliki banyak manfaat untuk meminimalisir penularan dan meningkatkan pelayanan selama masa pandemi, penggunaan layanan telemedicine di Indonesia sendiri belum diterima secara luas oleh masyarakat.
Menurut survei dari Katadata Insight Center, 32 persen warga belum pernah menggunakan fasilitas telemedicine (Annur, 2022). Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melihat faktor penggunaan layanan telemedicine baik oleh masyarakat secara umum maupun oleh pasien.
Siboro et al (2021) mengungkapkan bahwa kepercayaan menjadi faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas telemedicine di Pulau Jawa. Kepercayaan yang rendah disebabkan oleh anggapan responden bahwa telemedicine tidak dapat melakukan diagnosa sebaik bertemu secara tatap muka.
Ilustrasi konsultasi dengan ahli. Foto: Thinkstock
Tidak adanya perlindungan pasien jika terjadi kesalahan dalam diagnosa juga menjadi kecemasan masyarakat yang belum menggunakan fasilitas telemedicine. Selain Itu, tingkat kepercayaan mengenai kualifikasi dokter yang melaksanakan praktik melalui sarana telemedicine juga diragukan oleh pengguna.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga sejalan dengan hasil survei dari Katadata Insight Center yang menyatakan bahwa 72 persen responden yang belum pernah melaksanakan konsultasi melalui telemedicine lebih memilih interaksi secara langsung dan 30 persen kurang yakin dengan diagnosis yang bisa diberikan melalui telemedicine (Annur, 2022).
Selain faktor kepercayaan, terdapat juga faktor aksesibilitas yang menghambat penggunaan fasilitas telemedicine. Aksesibilitas tersebut meliputi sarana dan prasarana untuk menunjang penggunaan telemedicine (Siboro et al, 2021).
Sarana dan prasarana penunjang seperti infrastruktur dasar yang meliputi listrik, perangkat keras, sarana telekomunikasi, dan perangkat lunak dalam gawai menjadi tantangan bagi negara-negara berkembang untuk implementasi penggunaan telemedicine (Adnan & Pramaningtyas, 2021).
Ilustrasi pasien dengan kanker serviks. Foto: Rocketclips, Inc./Shutterstock
Daerah di mana fasilitas penunjang implementasi telemedicine kurang memadai, seperti daerah yang secara geografis terpencil, biasanya adalah daerah yang justru paling banyak menerima manfaat dari fasilitas telemedicine itu sendiri. Pasalnya, daerah terpencil biasanya tidak memiliki fasilitas kesehatan atau berada jauh dari fasilitas kesehatan terdekat.
ADVERTISEMENT
Manfaat telemedicine selama masa pandemi serta pemanfaatannya di masa yang akan datang bisa membawa banyak keuntungan pada bidang kesehatan. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan fasilitas telemedicine, regulator melalui Kementerian Kesehatan perlu mengeluarkan peraturan yang meregulasi jalannya praktik telemedicine serta melindungi data pasien.
Regulasi jalannya praktik meliputi verifikasi dokter dan perlindungan pasien dari kesalahan diagnosis selama proses telemedicine berlangsung.
Perlindungan data pasien juga harus dijamin baik melalui Kementerian Kesehatan maupun melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menjaga keamanan data pengguna dalam ranah daring.
Dengan pengimplementasian peraturan yang jelas, diharapkan skeptisisme masyarakat mengenai kepercayaan terhadap fasilitas telemedicine bisa diminimalisir dan perluasan penggunaan telemedicine bisa membawa manfaat pada bidang kesehatan di masa depan.
ADVERTISEMENT