Perubahan Iklim: Kesenjangan antara Realita dan Persepsi

Prasad Aditya
Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Freelance Copywriter yang berfokus pada konten media sosial.
Konten dari Pengguna
29 Mei 2022 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prasad Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dampak perubahan iklim. Sumber:Unsplash/ Kelly Sikkema
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dampak perubahan iklim. Sumber:Unsplash/ Kelly Sikkema
ADVERTISEMENT
Isu lingkungan adalah topik yang kompleks. Pembakaran bahan bakar fosil yang melepaskan gas CO2 dan gas rumah kaca menyebabkan perubahan iklim yang dampaknya kini bisa dirasakan oleh manusia (Lewandowsky, 2021). Secara lokal, dampak dari perubahan iklim telah dirasakan oleh masyarakat tradisional yang menggantungkan pencahariannya dari alam. Seperti yang dialami oleh komunitas nelayan di pesisir Probolinggo, khususnya Desa Tamansari Kecamatan Dringu. Perubahan iklim menyebabkan nelayan mengalami masalah ekonomi dan sosial dimana kerentanan terhadap kemiskinan bertambah sebagai dampak dari berkurangnya sumber daya perikanan, serta masalah sosial yang muncul dari kesulitan dalam menentukan musim karena cuaca yang tidak dapat diprediksi (Ulfa, 2017).
ADVERTISEMENT
Selain masyarakat tradisional, masyarakat perkotaan juga diproyeksikan akan merasakan dampak dari perubahan iklim, terutama pada kota-kota yang dekat dengan badan air. Susandi et al (2008) mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan muka air laut akan menyebabkan masalah sosial ekonomi pada daerah Kota Banjarmasin berupa terganggunya lalu lintas, terdapat banyak genangan air di daerah perkotaan, berkurangnya lahan produktif sektor pertanian, dan bekunya aktivitas industri. Kesehatan manusia juga terdampak akibat meningkatnya kapasitas penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor atau air (Lewandowsky, 2021). Perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan curah hujan di daerah Jawa barat memiliki korelasi dengan kenaikan kejadian demam berdarah (Raksanagara et al, 2015). Perubahan iklim juga mempengaruhi produksi pangan yang bergantung pada cuaca. Pada Provinsi Maluku, dampak anomali iklim El Nino menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan, terutama pada jenis tanaman kedelai (Santoso, 2016).
ADVERTISEMENT
Dampak dari perubahan iklim adalah dampak yang nyata dan telah dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Selain dampak yang nyata, telah terdapat konsensus diantara para ilmuwan dan jurnalis mengenai perubahan iklim yang bersifat antropogenik (Walter et al, 2017). Namun, masih banyak porsi dari masyarakat Indonesia yang tidak mempercayai perubahan iklim. Menurut survei yang dilakukan oleh YouGov, sebanyak 18 persen responden asal Indonesia tidak mempercayai perubahan iklim yang didorong oleh aktivitas manusia (Renaldi, 2019). Indonesia menduduki peringkat paling atas dalam jumlah penolak perubahan iklim yang diikuti oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa delapan persen responden Indonesia percaya bahwa pemanasan global merupakan bagian dari teori konspirasi dan enam persen percaya bahwa iklim tidak berubah sama sekali (Rogova, 2021). Menurut Yuyun Harmono selaku manajer kampanye mengenai perubahan iklim dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), tingginya angka skeptisisme terhadap perubahan iklim didasari dari rendahnya edukasi mengenai lingkungan di sekolah (Renaldi, 2019). Walau begitu, perkembangan media digital juga tidak dapat luput dari faktor tingginya angka penolak perubahan iklim di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perkembangan media digital telah mengubah bagaimana seseorang mendapatkan informasi. Jurnalisme tradisional yang dulunya menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar audiens telah bergeser dimana user generated content (UGC) telah menjadi pelengkap bagi informasi yang ditampilkan oleh media massa pada ranah daring (Porten-Chee & Eilders, 2015). Media digital seperti media sosial, blog, atau forum telah membuka peluang bagi pengguna untuk beropini ataupun berdiskusi tentang masalah perubahan iklim, dimana opini semua pengguna memiliki kesempatan untuk didengar dan disebarluaskan. Hal ini membuka peluang bagi diversifikasi pendapat mengenai perubahan iklim termasuk penolakan dan disinformasi (Lewandowsky, 2017). Di Indonesia sendiri, forum diskusi Kaskus.co.id telah menjadi tempat pertukaran opini pengguna dimana topik perubahan iklim dan pemanasan global menjadi topik yang diperbincangkan. Salah satu thread yang diunggah pada tahun 2018 oleh pengguna dengan username Salkrye dengan judul “Ngaku Pinter? Jangan Mau Dibohongi, Global Warming itu Hoax!!!” adalah salah satu dari banyak thread teori konspirasi yang menyebarkan disinformasi mengenai perubahan iklim. Thread tersebut banyak mengangkat isu populisme dan globalis dimana premis utama yang dipergunakan adalah terdapat sebuah kelompok elit yang ingin menguasai dunia dengan berbagai cara termasuk menciptakan isu pemanasan global dan perubahan iklim. Selain thread, terdapat juga forum debate club dimana pengguna saling berdebat mengenai perubahan iklim apakah hal itu adalah konspirasi atau fakta.
ADVERTISEMENT
Selain pada laman Kaskus, media sosial juga menjadi ruang disinformasi bagi perubahan iklim. Media sosial yang banyak digunakan oleh orang Indonesia adalah media sosial YouTube (Lidwina, 2021) dengan pengguna mencapai 139 juta pengguna pada tahun 2022 (Jemandu & Prastya, 2022). Salah satu video yang membahas mengenai perubahan iklim adalah video dengan judul “CLIMATE WAR YANG JAHAT !!! INI KUNCI MEMANIPULASI CUACA ALA GLOBALIS CABAL !!! - Mardigu Wowiek” yang diunggah oleh kanal YouTube Bossman Mardigu. Video tersebut telah diputar sebanyak lebih dari 340 ribu kali dan mendapatkan 10 ribu likes. Premis utama yang dikemukakan dalam video tersebut mengungkapkan kelompok elit yang menggunakan teknologi untuk memanipulasi cuaca guna mendapatkan kekuasaan. Video tersebut juga membahas masalah ekonomi dan politik dunia yang dianggap mempengaruhi perubahan iklim dan pemanasan global. Mardigu Wowiek selaku pembuat dan pengunggah video tersebut sendiri merupakan seorang pengusaha yang juga dikenal sebagai pengamat politik yang kerap melontarkan pendapat yang tidak biasa (Indrajaya, 2022).
ADVERTISEMENT
Berkembangnya media-media baru yang memungkinkan persebaran disinformasi mengenai perubahan iklim yang berbahaya bagi pergerakan penanggulangan dan edukasi mengenai perubahan iklim itu sendiri. Maka itu terdapat tugas yang harus diemban bagi komunikator sains untuk melawan disinformasi tersebut. Komunikator sains sendiri memiliki tuga sutama untuk membuat sains lebih mudah diakses dan meningkatkan jangkauan sains kepada audiens yang lebih luas (Lin, 2021). Penggunaan media sosial oleh komunikator sains telah terbukti dapat mendatangkan audiens yang besar. Salah satu komunikator sains besar dalam ranah media sosial adalah Hank Green yang memiliki 6.6 juta pengikut dan lebih dari 450 juta likes pada media sosial TikTok, telah menggunakan media sosial sebagai media komunikasi sains.
Untuk memerangi disinformasi mengenai perubahan iklim seperti yang terjadi dalam media sosial, seorang komunikator sains dapat menerapkan teori inokulasi, yakni dengan secara sengaja mengekspos audiens kepada misinformasi lemah dengan tujuan mendapatkan “antibodi” terhadap disinformasi yang bersifat persuasif (Cook, 2019). Proses inokulasi terjadi pada dua elemen, yakni peringatan jelas bahwa akan disampaikan sebuah disinformasi kemudian pembongkaran argumen yang telah disampaikan guna menunjukan kecacatan logikanya (Lewandowsky, 2021). Selain itu, komunikasi sains yang dilakukan untuk menangkal disinformasi harus terapropriasi dengan baik agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh audiens secara luas, bahkan audiens yang tidak familiar dengan isu sains yang sedang dibicarakan. Penggunaan cara-cara tersebut diharapkan bisa menanggulangi disinformasi mengenai perubahan iklim yang tersebar dalam diskusi pada media sosial.
ADVERTISEMENT

Referensi

Cook, J. (2019). Understanding and countering misinformation about climate change. In I. Chiluwa & S. Samoilenko (Eds.), Handbook of Research on Deception, Fake News, and Misinformation Online (pp. 281-306). IGI-Global.
Green, H. [@hankgreen1]. (n.d.). [TikTok Profile]. TikTok. Retrieved May 15, 2022, from https://vt.tiktok.com/ZSd9oUy6K/
Indrajaya, I. N. (2022, January 31). Mengenal Mardigu Wowiek Alias Bossman Sontoloyo, Pemilik 32 Perusahaan yang Dikenal Juga Sebagai Pengamat Politik dan Terorisme. Tren Asia. https://www.trenasia.com/mengenal-mardigu-wowiek-alias-bossman-sontoloyo-pemilik-32-perusahaan-yang-dikenal-juga-sebagai-pengamat-politik-dan-terorisme
Jemandu, L., & Prastya, D. (2022, February 23). Jumlah Pengguna Media Sosial Indonesia Capai 191,4 Juta per 2022. Suara.com. https://www.suara.com/tekno/2022/02/23/191809/jumlah-pengguna-media-sosial-indonesia-capai-1914-juta-per-2022#:~:text=Jumlah%20pengguna%20YouTube%20di%20Indonesia,dari%20total%20penduduk%20selama%202022.&text=Jumlah%20pengguna%20media%20sosial%20Indonesia%20capai%20194%2C4%20juta%20orang,Pengguna%20Yotube%20paling%20banyak
Lewandowsky, S. (2021). Climate change disinformation and how to combat it. Annual Review of Public Health, 42(1), 1-21. https://doi.org/10.1146/annurev-publhealth-090419-102409
Lidwina, A. (2021, February 17). 94% orang Indonesia Akses YouTube dalam Satu Bulan Terakhir. Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Indonesia | Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/17/94-orang-indonesia-akses-youtube-dalam-satu-bulan-terakhir
ADVERTISEMENT
Lin, F. (2021, September 14). Why I left academe to become a science communicator. Inside Higher Ed. https://www.insidehighered.com/blogs/rethinking-research/why-i-left-academe-become-science-communicator
Porten-Cheé, P., & Eilders, C. (2015). Spiral of silence online: How online communication affects opinion climate perception and opinion expression regarding the climate change debate. Studies in Communication Sciences, 15(1), 143-150. https://doi.org/10.1016/j.scoms.2015.03.002
Raksanagara, A., Arisanti, N., & Rinawan, F. (2016). Dampak perubahan iklim terhadap kejadian demam berdarah Di jawa-barat. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(1), 43-47. https://doi.org/10.24198/jsk.v1i1.10339
Renaldi, A. (2019, May 14). Indonesia is home to the most climate change deniers in the world. Vice. https://www.vice.com/en/article/a3x3m8/indonesia-is-home-to-the-most-climate-change-deniers-in-the-world
Rogova, V. (2021, July 4). CLIMATE CHANGE IN INDONESIA: DENIAL AND DISASTERS. New Bloom. https://newbloommag.net/2021/07/04/indonesia-climate-change/
Salkrye. (2018, 9). Ngaku Pinter? Jangan mau Dibohongi, global warming ITU hoax!!! [Thread]. KASKUS. https://www.kaskus.co.id/thread/5ba4a12b6208812e228b4567/ngaku-pinter-jangan-mau-dibohongi-global-warming-itu-hoax/
ADVERTISEMENT
Santoso, A. B. (2016). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan Di Provinsi Maluku. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 35(1), 29. https://doi.org/10.21082/jpptp.v35n1.2016.p29-38
Susandi, A., Herlianti, I., Tamamadin, M., & Nurlela, I. (2008). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin. Jurnal ekonomi lingkungan, 12(2).
Ulfa, M. (2018). Persepsi Masyarakat Nelayan dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ditinjau dalam Aspek Sosial Ekonomi. Jurnal Pendidikan Geografi, 23(1), 41-49. https://doi.org/10.17977/um017v23i12018p041
Walter, S., Brüggemann, M., & Engesser, S. (2017). Echo chambers of denial: Explaining user comments on climate change. Environmental Communication, 12(2), 204-217. https://doi.org/10.1080/17524032.2017.1394893
Wowiek, M. (2021, August 7). CLIMATE WAR YANG JAHAT !!! INI KUNCI MEMANIPULASI CUACA ALA GLOBALIS CABAL !!! - Mardigu Wowiek [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=gDQh6m2gqso
ADVERTISEMENT