news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

DPP GMNI: 117 Tahun Bung Karno, Islam dan Perkembangan Zaman

DPP GMNI
Organisasi Pemuda dan Mahasiswa
Konten dari Pengguna
9 Juni 2018 15:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DPP GMNI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
DPP GMNI: 117 Tahun Bung Karno, Islam dan Perkembangan Zaman
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Juni selalu identik dengan bulan Proklamator Republik Indonsia Bung Karno, tanggal 6 Juni 2018 kita memperingati 117 tahun hari kelahiran Presiden pertamaa RI sekaligus proklamator kemerdekaan; Ir. Soekarno. Dalam perjalanan hidupnya, Bung Karno telah banyak menorehkan karya dan pemikiran tentang bangsa, dasar negara hingga tentang islam. Namun pemikiran Bung Karno tentang islam belum banyak diketahui oleh anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), sebuah organisasi pemuda yang mengusung pemikiran Bung Karno ini, Robaytullah Kusuma Jaya, menguraikan beberapa ajaran Bung Karno yang sangat relevan untuk kembali ditelaah sebagai referensi kita untuk memahami persoalan yang kita hadapi hari ini.
“Banyak pemikiran Bung Karno yang belum kita telaah dengan cermat. Padahal banyak problem yang kita hadapi saat ini hampir memiliki pola yang sama dengan apa yang pernah dituliskan oleh Bung Karno dalam sejumlah karya-karyanya” ujar Robaytullah.
Salah satu pemikiran Bung Karno yang harus kembali ditelaah yakni pemikirannya tentang Islam. Menurut Robaytullah Kusuma Jaya, pemikiran Bung Karno tentang islam banyak membuka cakrawala baru tentang bagaimana ajaran islam seharusnya dimaknai, terutama dalam konteks berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
“Dalam karyanya yang berjudul Surat-Surat Islam Dari Ende, Bung Karno menganjurkan umat Islam untuk menyerap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mengejar ketertinggalannya dengan Barat. Bukan memimpikan untuk kembali ke “zaman khalifah”, melainkan harus melangkah ke depan, lari mengejar zaman, Islam is progress: Islam itu kemajuan, kata Bung Karno”, tutur Ketua Umum DPP GMNI.
Selain itu, Bung Karno juga banyak membahas bagaimana ajaran islam berperan dalam kehidupan sosial masyarakat. Terutama tentang bagaimana ajaran islam melakukan kritik terhadap ketidakadilan dan kebathilan.
“Bung Karno tidak ingin ada penyempitan makna tentang ajaran islam yang hanya sebatas pengharaman babi atau penutupan aurat belaka. Melainkan lebih dari itu, Bung Karno menggali kembali substansi ajaran islam, api perjuangan islam yakni menggugat ketidakadilan sosial. Ingat islam dengan keras melarang kita menghina si miskin, dan memakan haknya anak yatim”, ungkap Robaytullah.
ADVERTISEMENT
Saat ini banyak orang, terutama generasi milenial yang salah memaknai pemikiran Bung Karno tentang islam. “Mereka belum membaca pemikiran Bung Karno tapi sudah melabeli Bung Karno anti-islam dan komunis”, sebut Robaytullah.
Padahal menurutnya, apa yang dilakukan oleh Bung Karno menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap islam. Agar islam dapat berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara. Bukan lagi dengan gegabah menolak segala hal berbau modern sebagai produk kafir yang haram digunakan umat Islam.
“Yang dilakukan Bung Karno hanya ingin agar umat islam kembali kepada Qur’an dan Hadits dengan mengendarai kendaraannya pengetahuan umum. Bukan semata-mata taqlid buta. Sehingga umat islam dapat menjawab tantangan perkembangan zaman. Tentu, bukan dengan bereaksi menolak segala hal berbau modern sebagai produk kafir. Melainkan dengan sikap islam yang modern dan scientific”, pungkas Robaytullah.
ADVERTISEMENT
Pemahaman islam dalam konteks kebangsaan sangatlah penting akhir-akhir ini ditengah merebaknya paham Wahabisme yang sudah bersifat transnasional yang melahirkan sejumlah aksi terorisme atas nama agama dan surga. Maka kontekstualisasi pikiran Bung Karno tentang “Ketuhanan yang berkebudayaan” sangatlah penting.
“Tentu kita tahu penyebaran paham Wahabisme mulanya disponsori oleh negara-negara Barat dan kerajaan Saudi dengan gelontoran dana miliaran dollar untuk penguasaan sumber daya alam dan membendung pengaruh kekuatan lain di Timur Tengah. Tapi kita lihat hasilnya adalah “Arab Springs”, gelombang kemuakan dan frustasi rakyat membakar akar rumput yang kering di negeri-negeri Arab, konflik dan peperangan antar sesama bangsa terjadi di semua belahan negeri Timur Tengah. Untuk itu, penting untuk memahami kembali makna ajaran Bung Karno tentang Ketuhanan yang berkebudayaan”, tutup Robaytullah Kusuma Jaya pria kelahiran Madura, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT