DPP GMNI Harapkan Perayaan Hari Raya Bisa Dongkrak Ekonomi Desa

DPP GMNI
Organisasi Pemuda dan Mahasiswa
Konten dari Pengguna
11 Juni 2018 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DPP GMNI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama perayaan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah, perputaran uang diprediksi akan meningkat tajam akibat peningkatan konsumsi rumahtangga. Dan, konsumsi rumahtangga adalah sumber utama pertumbuhan ekonomi, menyumbang sekitar 56,13 persen dari total produk domestik bruto (PDB). Menurut data Bank Indonesia, pada lebaran 2018 kali ini, pemerintah telah mengalokasikan uang tunai sebesar Rp 188,2 triliun. Angka ini meningkat 15,3 persen dibanding Hari Raya Idul Fitri tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Ketua DPP GMNI Bidang Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan Leonardus Lian Liwun berharap dengan tingginya perputaran uang dan konsumsi rumahtangga selama Lebaran dapat mengdongkrak perekonomian secara berkelanjutan, terutama di pelosok-pelosok desa.
“Harapannya perputaran uang dan meningkatnya konsumsi rumahtangga selama lebaran, dapat mendongkrak ekonomi desa. Berdampak pada usaha-usaha mikro di desa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa”, tutur Leonardus Lian Liwun
Seiring mengalirnya arus mudik, ekonomi ikut berdenyut kencang. Adanya ritual pulang kampung saat lebaran, masyarakat pun siap membelanjakan uangnya untuk berbagai kebutuhan hari raya. Apalagi, Kementerian Perhubungan memperkirakan, jumlah pemudik tahun ini akan mencapai lebih dari 30 juta orang.
“Kita bisa bayangkan, jika satu pemudik saja menghabiskan uang Rp. 100.000. Saat ini ada 30 juta pemudik. Maka uang yang berputar didaerah bisa mencapai Rp. 3 triliun. Itu jika satu pemudik menghabiskan Rp. 100.000 saja. Dipastikan lebih dari itu”, terang Ketua DPP GMNI Bidang Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perputaran uang selama lebaran dapat berdampak pada dua tempat, yakni berdampak pada ekonomi di sekitar jalur mudik, jalur yang dilalui para pemudik dan berdampak pada ekonomi di daerah asal pemudik. Hal ini tinggal bagaimana masyarakat mengalokasikan belanjanya agar dapat berdampak pada ekonomi mikro di desa-desa, supaya uang tetap berputar di desa tidak kembali mengalir ke kota. Sehingga rakyat kecil akan merasakan manfaat dari perputaran uang ini.
“Sekarang tinggal bagaimana 40 persen masyarakat kelompok ekonomi menengah yang menguasai 36 persen konsumsi nasional dan kelompok 20 persen terkaya yang menguasai 47 persen konsumsi nasional dapat membelanjakan uangnya di sentra-sentra ekonomi rakyat. Bisa berbelanja di pasar tradisional dan membeli barang yang dijual pedagang-pedagang kecil. Sehingga Hari Raya bisa menjadi berkah bagi rakyat kecil”, tutup Leonardus Lian Liwun, pria kelahiran Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT