Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Apakah Nilai Estetika Musik Mulai Memudar pada Zaman Sekarang?
1 Desember 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Priki Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu musik merupakan sebuah karya seni murni (fine art) yang fokus pada nilai estetika, di mana para musisi bebas membuat musik atau lagu sesuai genre yang mereka sukai tanpa perlu memikirkan musik atau lagu itu dapat menyapu bersih tangga lagu atau tidak. Para pendengar musik juga hanya mendengarkan dan menikmati musik yang mereka sukai saja, di mana mereka akan mendengarkannya karena memang ingin menikmati setiap alunan alat musik, irama, harmoni, dan vokal di dalam musik atau lagu tersebut tanpa ada alasan eksternal lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, pada saat sekarang ini nilai estetika dari musik itu makin memudar terutama setelah dijadikannya musik sebagai produk komersial dan penyanyinya dijadikan sebagai objek idola bagi para pendengarnya, sehingga zaman sekarang banyak orang-orang yang akhirnya lebih fokus pada penyanyi atau idola tersebut dan mengesampingkan musik itu sendiri.
Contohnya, K-pop sebagai salah satu genre musik sudah seharusnya hal yang menjadi sorotan utama dari K-pop itu sendiri adalah musiknya, tetapi nyatanya yang menjadi sorotan utama dari K-pop pada sebagian orang saat sekarang ini adalah penyanyi atau idolanya, sehingga preferensi musik mereka bukan lagi berdasarkan dari indahnya hasil karya musik tersebut melainkan dari siapa yang menyanyikan lagu tersebut. Sebagian para penggemar K-pop bahkan akan dengan sukarela memaksakan dirinya untuk suka dengan lagu yang dikeluarkan oleh idola favoritnya dengan berbagai cara, misalnya dengan mensugesti dirinya untuk menyukai lagu tersebut atau memaksakan dirinya untuk mendengarkan lagu tersebut berulang-ulang hingga merasa terbiasa dengan iramanya, sehingga musik yang seharusnya dinikmati dan disukai karena pengalaman emosional yang murni akan keindahan musik tersebut makin ditinggalkan.
Sistem chart dan streaming musik juga makin memperparah pudarnya nilai estetika musik itu sendiri, banyak penggemar yang menyetel lagu para idolanya seharian bukan untuk didengarkan dan dinikmati keindahan lagunya, melainkan agar jumlah streaming dan chart idolanya makin meningkat dan mencapai target yang mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan mereka memutar musik tersebut hanya untuk memuaskan hasrat mereka agar idolanya makin terkenal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga ada istilah payola (pay for play) di mana agensi musik atau label rekaman membayar stasiun radio untuk memutar lagu-lagu artis mereka dengan tujuan supaya lagu artis mereka makin terkenal, atau meningkatkan posisi lagu artis mereka dalam tangga lagu, sehingga adakalanya penyanyi yang lagunya menguasai tangga lagu baik secara nasional maupun internasional bukan dikarenakan pertumbuhan popularitas lagunya yang organik, melainkan karena adanya bantuan dari agensi atau label rekaman mereka dalam menaikkan chart lagu tersebut melalui payola, dan isu mengenai fenomena ini tidak hanya terjadi di industri musik K-pop saja, tetapi juga di industri musik barat.
Para musisi zaman sekarang juga makin dituntut untuk membuat lagu-lagu yang sesuai dengan kehendak pasar agar makin banyak orang-orang yang mau mendengarkannya, sehingga ruang eksplorasi musik makin menyempit karena fokus pada irama-irama yang catchy saja. Bahkan agar sebuah musik makin sering didengar berulang-ulang dan menjadi terkenal, selain fokus pada irama yang catchy, musisi akhirnya memperpendek durasi lagu terutama menghilangkan bagian bridge-nya sehingga durasi lagu yang biasanya mencapai 3-5 menit menjadi sekitar 2 menit saja, hal ini dilakukan agar pendengar mau memutar lagu tersebut berulang-ulang karena merasa belum puas, dan pada akhirnya jumlah streaming lagu juga turut meningkat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijabarkan di atas dapat terlihat bagaimana musik saat sekarang ini dijadikan sebagai ajang untuk berlomba mendapatkan popularitas, prestasi, dan kekayaan oleh beberapa kalangan, bahkan agar musik atau lagu tersebut terkenal ada oknum-oknum yang rela memakai cara yang curang untuk mendapatkan semua itu. Sementara itu dari sisi penggemar, mereka jadi lebih fokus untuk menaikkan popularitas idolanya agar makin terkenal, dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka saat idolanya mencapai popularitas yang diinginkan, serta menjadi ajang pembuktian mereka kepada orang-orang bahwa idolanya adalah penyanyi yang populer dan berprestasi.
Musik yang awalnya dilihat sebagai karya seni murni yang fokus pada nilai estetika dan bertujuan untuk menampilkan irama, nada-nada, vokal, atau alunan alat musik yang kaya dan harmonis, tampaknya pada zaman sekarang mulai memudar dan berubah arah.
ADVERTISEMENT